Hidup Sehat

5 Dampak Sering Konsumsi Makanan Berpengawet yang Memperburuk Kesehatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apakah Anda suka sama makanan kemasan, kalengan atau olahan? Di balik rasa enak dan tahan lama terdapat bahan aditif yang dapat melahirkan dampak makanan berpengawet.

Makanan berpengawet adalah makanan yang ditambahkan bahan aditif. Bahan aditif sendiri termasuk bukan bahan alami melainkan sintesis atau kimiawi yang sengaja dicampurkan ke makanan supaya warna, rasa atau tekstur makanan lebih menggiurkan dan daya simpan lebih lama. [2]

Bahan sintetis dalam makanan berpengawet sering digunakan industri makanan seperti pengemulsi atau pengental untuk membuat produk lebih terlihat kualitas. Bahan aditif itu dapat mengikat minyak dan air sehingga dapat menghasilkan tekstur dan penampilan seragam. [3]

Selain itu bahan aditif banyak digunakan dalam makanan karena dapat mempertajam komponen nutrisinya yang terjadi pada asam askorbat sintetis (Vitamin C) dan asam folat. [2]

Dari kelebihan bahan aditif dalam makanan berpengawet menjadi alasan produsen memanfaatkannya karena biaya produksi lebih terjangkau daripada bahan tambahan alami. [2]

Contoh makanan berpengawet yang seringkali ditemukan dalam supermarket seperti keripik, soda, mayones, roti, yoghurt, makanan kaleng, makanan olahan dan lain sebagainya. [2]

Sedangkan bentuk pengawet seperti pengemulsi yang ada dalam cokelat, margarin, daging olahan. Dan berbentuk pemanis dan pewarna. [1]

Dampak Buruk Sering Konsumsi Makanan Berpengawet

Di sisi lain  jika sering mengkonsumsi  makanan berpengawet dapat menimbulkan dampak pengawet makanan terhadap kesehatan, antara lain:

1. Menurunkan Fungsi Imun

Salah satu bahan makanan berpengawet yang sering dimanfaatkan industri makanan karena dapat meningkatkan waktu penyimpanan yaitu TBHQ (Tert-Butylhydroquinone). Berdasarkan pendapat Environmental Working Group (EWP) zat itu terdapat dalam 1.250 makanan olahan. [6]

Tapi TBHQ dalam makanan berpengawet berpengaruh buruk bagi kesehatan kita salah satunya memunculkan imunotoksik yang bisa bersifat sementara atau permanen. Imunotoksik merupakan gangguan yang membuat tubuh menghasilkan sedikit antibodi sehingga mengakibatkan tidak optimal sistem imun dalam melawan infeksi yang masuk dalam tubuh. [6]

Gejala yang dapat dirasakan seseorang ketika mengalami imunotoksik, meliputi: [6]

  • Autoimunitas.
  • Imunostimulasi yang mengakibatkan kerusakan jaringan melalui reaksi imun.
  • Imunosupresi yang melemahkan imun dalam menyerang zat asing.
  • Peradangan kronis.
  • Hipersensitivitas.

Bahan TBHQ pernah diuji coba pada hewan berdasarkan hasil ToxCast (pengujian toksikologi) dan data studi memaparkan bahwa THBQ secara langsung dan tak langsung dapat memengaruhi penurunan sistem imun. [11]

2. Meningkatkan Kecemasan

Dalam sebuah penelitian telah ditemukan kesimpulan bahwa ada keterkaitan kesehatan usus dan bakteri usus dapat mempengaruhi kesehatan mental. Hal itu dibuktikan dari hasil studi pada tahun 2011 tentang mengobati tikus dengan salah satu bakteri baik yaitu lactobacillus rhamnosus yang dapat mengakibatkan perubahan otak dan menimbulkan kecemasan.[7]

Adanya bentuk makanan berpengawet berupa pengemulsi yang biasanya terdapat dalam margarin atau daging olahan dapat mengubah mikrobioma tikus sehingga menyebabkan peradangan usus dan terhambatnya fungsi metabolisme. [7]

Hal itu bisa memicu terganggunya mental, sesuai hasil studi para peneliti yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports. Dalam penelitian itu para peneliti menambahkan CMC dan P80 (jenis pengemulsi) ke air minum tikus selama 12 minggu. [8]

Dan berdasarkan penjelasan Prof. Geert de Vries bahwa zat pengemulsi dapat memicu peradangan sistemik yang berpengaruh pada otak dan perilaku tikus tersebut. [8]

3. Berisiko Tinggi Obesitas dan Diabetes Tipe 2

Salah satu bahan kimia pengawet makanan yang sering dimanfaatkan yaitu agen anti-jamur propionat, jika secara alami dihasilkan oleh bakteri di usus berupa asam lemak rantai pendek. [9]

Sedangkan propionat yang berbentuk pengawet dinamakan E282 yang terdapat dalam roti dan makanan panggang, sereal, susu dan telur, sosis, keju olahan dan minuman olahraga. [9]

Makanan berpengawet menyebabkan penyakit seperti yang dikandung dalam propionat. Hal itu dibuktikan oleh penelitian yang diadakan oleh Dr. Amir Tiros seorang profesor kedokteran Fakultas Kedokteran Sackler Universitas Tel-Aviv dan direktur Institut Endokrinologi di Sheba Medical Center. Penelitian itu melakukan eksperimen terhadap tikus yang sehat dan tidak obesitas yang diberikan propionat dan FABP4. [9]

Hasilnya bahwa zat pengawet itu meningkatkan sistem saraf simpatik dan kadar hormon glukagon, FABP4 yang mengakibatkan hati menghasilkan glukosa tinggi dan menaikan kadar insulin dalam darah. [9]

Setelah itu penelitian diteruskan dengan memberi makan tikus dengan kadar propionat sebesar 0,15-0,3% selama seminggu. Dan hasilnya menaikan  kadar glukagon, FABP4, insulin tinggi dan terjadi resistensi insulin yang merupakan ciri khas diabetes tipe 2. [9]

Penelitian itu diteruskan dengan objek yaitu 14 sukarelawan dengan kondisi sehat dan tidak gendut. Kemudian para objek peneliti diberikan makanan yang mengandung 500 kalori dan 1 gram kalsium propionat. Dan hasilnya para objek penelitian mengalami kenaikan pada glukagon, FABP4, insulin darah tinggi dan daya sensitivitas insulin rendah. [9]

Namun menurut pendapat Dr. Tiros, hasil penelitian itu masih terlalu dini karena hanya berdasarkan satu studi kasus sehingga tidak merekomendasikan masyarakat untuk wajib menghindari propionat. [9]

4. Mudah Lelah

Dampak pengawet makanan terhadap kesehatan salah satunya disebabkan dari penggunaan fosfat. [10]

Fosfat merupakan bahan aditif dalam makanan berpengawet yang berfungsi untuk meningkatkan daya simpan dan rasa makanan. Contoh makanan mengandung fosfat yang laris manis di pasaran seperti minuman cola, makanan beku, jus jeruk kemasan. [10]

Dari penggunaan fosfat menurut peneliti Dr. Wanpen Vongpatanasin sebagai profesor penyakit dalam dan direktur Program Beasiswa Hipertensi di UT Southwestern Medical Center bahwa penelitian yang melibatkan hewan menghasilkan fakta jika adanya fosfat tinggi dalam darah akan berefek tubuh malas bergerak dan jarang berolahraga. Hal itu dapat  memicu tubuh mudah lelah ketika banyak bergerak. [10]

Hasil penelitian itu Dr. Wanpen menyarankan untuk membatasi konsumsi fosfat tidak lebih dari 700 mg/hari. [10]

5 . Memicu Kanker

Bahaya mengkonsumsi makanan berpengawet dapat menstimulasi munculnya kanker. Hal itu berdasar pada pendapat Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2015 yang mengkategorikan daging olahan memiliki sifat karsinogenik pemicu kanker yang berdasar pada penelitian yang memaparkan fakta hubungan konsumsi daging olahan dengan kanker kolorektal. [4]

 Selain itu ada bahan pengawet yaitu Bisphenol A (BPA) yang ada dalam kemasan makanan, botol air, kaleng dan produk bayi dapat berdampak mengganggu endokrin dan berisiko terjadi kanker. [1]

Adanya dampak pengawet makanan terhadap kesehatan anak tersebut penggunaan BPA telah dilarang tercantum untuk produk botol bayi, cangkir dan paket susu formula. Karena BPA dapat menghambat perkembangan bayi. [5]

Di zaman yang serba praktis dan makanan tak bisa terlepas dari bahan pengawet maka hal yang bisa Anda lakukan yaitu fokus mengkonsumsi makanan sehat yang kaya nutrisi dan membatasi makanan  berpengawet. [1]

Jika Anda merasakan efek tertentu selama mengkonsumsi makanan berpengawet maka jangan malu untuk berkonsultasi kepada dokter. Dengan begitu dokter akan memberikan saran yang bisa membantu Anda sehat dan terjauhi dari penyakit berbahaya dari makanan berpengawet berpengaruh buruk bagi kesehatan kita. [1]

1. Katey Davidson, MScFN, RD, CPT, Kathy W. Warwick, R.D., CDE. Are Artificial Food Additives Harmful to Your Health?. Healthline; 2021.
2. International Food Information Council (IFIC) and U.S. Food and Drug Administration (FDA). Overview of Food Ingredients, Additives & Colors. U.S. Food and Drug Administration; 2010.
3. Selina Cox, Alicia Sandall, Leanne Smith, Megan Rossi, Kevin Whelan. Food additive emulsifiers: a review of their role in foods, legislation and classifications, presence in food supply, dietary exposure, and safety assessment. Oxford University Press; 2020.
4. Veronique bouvard, Diana loomis etc. Carcinogenicity of consumption of red and processed meat. National Library of Medicine; 2015.
5. Joe M. Braun. MSPH, PhD, RN and Russ Hauser, MD, ScD, MPH. Bisphenol A and Children’s Health. PMC (US National Library of Medicine National Institutes of Health); 2018.
6. Lori Ulidriks, Rita Ponce, Ph.D.. Can a common food preservative harm the immune system. Medical News Today; 2021.
7. Benoit Chassaing, Tom Van de Wiele, Jana De Bodt, Massimo Marzoratu, Andrew T Gewirts. Dietary emulsifiers directly alter human microbiota composition and gene expression ex vivo potentiating intestinal inflammation. National Library of Medicine; 2017.
8. Mary K.Holder, Nicole V.Peters, Jack Whylings, Christopher T. Fields, Andrew T, Gewirtz, Benoit Chassaing & Geert J.de Vries. Dietary emulsifiers consumption alters anxiety-like and social-related behaviors in mice in a sex-dependt manner. Scientific Reports; 2019.
9. Yella Hewings-Martin, Ph.D., Gianna D’Emilio. This Common food additive may fuel weight gain, diabetes. Medical News Today; 2019.
10. Brian Mastroianni. This Common preservative in processed food may be making you tired. Healthline; 2019.
11. Olga V. Naidenko, David Q. Andrews, Alexis M. Temkin, Tasha Stoiber, Uloma Igara Uche, Sydney Evans, dan Sean Perrone-Gray. Investigating Molecular Mechanisms of immunotoxicity and the Utility of ToxCast for Immunotoxicity Screening of Chemicals Added to Food. International Journal of Environtmental Research and Public Health; 2021.

Share