Dry socket adalah suatu kondisi yang dapat dialami setelah ekstraksi gigi. Kondisi ini termasuk jarang, hanya dialami oleh sekitar 2% sampai 5% pasien[1].
Dry socket adalah suatu kondisi yang dapat dialami setelah ekstraksi gigi. Kondisi ini termasuk jarang, hanya dialami oleh sekitar 2% sampai 5% pasien[1].
Daftar isi
Dry socket disebut juga sebagai fibrinolitik osteitis atau alveolar osteitis, merupakan suatu komplikasi dari eksodontia gigi[2].
Setelah ekstraksi gigi, biasanya terbentuk clot darah pada soket. Istilah soket digunakan untuk mendeskripsikan lubang pada tulang rahang di mana tadinya tertanam gigi[3].
Dry socket terjadi akibat tidak terbentuknya clot darah pada tempat ekstraksi gigi, atau clot darah dikeluarkan atau larut sebelum luka pulih[4].
Pada kondisi normal, clot darah (bekuan darah) akan terbentuk di tempat ekstraksi gigi. Clot darah berfungsi sebagai lapisan pelindung dari tulang dan ujung saraf yang terdapat pada soket yang kosong. Clot juga berperan sebagai dasar pertumbuhan dari tulang baru dan untuk perkembangan jaringan halus di atas clot[4, 5].
Dry socket menimbulkan rasa sakit karena terjadinya pemaparan tulang rahang dan saraf. Rasa sakit dapat menjadi intens dan menjalar sepanjang saraf di sisi wajah. Partikel sisa makanan dapat masuk ke dalam soket yang terekspos dan mengakibatkan inflamasi dan peningkatan rasa sakit[4, 5].
Jika pasien mengalami dry socket, rasa sakit bisanya dimulai satu hingga tiga hari setelah ekstraksi gigi. Dry socket biasanya menimbulkan rasa sakit yang berlangsung hingga 5-7 hari[1, 5].
Dry socket terjadi pada sekitar 1% hingga 5% dari semua ekstraksi dan pada hingga 38% ekstraksi mandibular molar ketiga[2, 6].
Pasien dengan dry socket bisanya mengalami sakit berdenyut-denyut yang konsisten selama beberapa hari setelah ekstraksi gigi[6].
Sebuah studi di Palestina pada tahun 2011 menunjukkan bahwa 12% dari perokok mengalami dry socket, sementara prevalensi dry socket pada bukan perokok sekitar 4%[6].
Dry socket dapat berkembang jika, setelah ekstraksi gigi clot darah protektif tidak terbentuk pada ruang soket yang dikosongkan. Dry socket juga dapat terpisah dari gusi [5].
Para ahli masih belum mengetahui penyebab pasti tidak terbentuknya clot darah. Diduga kontaminasi bakteri, baik dari makanan, cairan, atau materi lain yang memasuki mulut dapat menimbulkan respon ini. [4,7]
Selain itu, suatu trauma juga dapat mengarah pada terjadinya dry socket. Trauma dapat terjadi selama ekstraksi gigi yang rumit atau selama perawatan [4,7].
Beberapa gejala dry socket meliputi [3, 4]:
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya dry socket:
Zat kimia di dalam rokok atau pun bentuk lain dari tembakau dapat mencegah atau memperlambat pemulihan dan mengkontaminasi bagian luka. Kegiatan menghisap rokok dapat secara fisik memisah clot darah sebelum terbentuk sempurna[4, 6].
Konsentrasi estrogen tinggi dari kontrasepsi oral dapat mengganggu proses pemulihan normal dan meningkatkan risiko dry socket[4, 5].
Perawatan dry socket meliputi menjaga kebersihan mulut dan perawatan rumahan pada luka. Saat kebersihan mulut tidak terjaga dengan baik, dapat terjadi infeksi di sekitar soket dan meningkatkan risiko timbulnya dry socket[3, 4].
Orang yang pernah mengalami dry socket berisiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi. Sebaiknya pasien mengkonsultasikan dengan dokter jika pernah mengenai riwayat kesehatannya sebelum melakukan ekstraksi gigi[3, 7].
Komplikasi dari dry socket yaitu tertundanya pemulihan. Dry socket menimbulkan rasa sakit namun jarang mengakibatkan infeksi atau komplikasi[3].
Sebaiknya pasien segera menghubungi dokter jika terdapat tanda-tanda infeksi, antara lain[5]:
Komplikasi lain yang berisiko terjadi ialah infeksi tulang kronis (osteomyelitis) [4].
Osteomyelitis merupakan suatu infeksi pada tulang. Infeksi dapat mencapai tulang dengan berpindah melalui cairan darah atau menyebar dari jaringan di sekitar. Infeksi juga dapat bermula pada bagian tulang itu sendiri jika suatu perlukaan terpapar kuman[8].
Gejala osteomyelitis meliputi demam, bagian terinfeksi tampak bengkak, lebih hangat, dan kemerahan. Selain itu bagian terinfeksi dapat terasa sakit dan pasien merasa lesu[8].
Jika timbul rasa sakit berlebih setelah ekstraksi gigi, sebaiknya segera hubungi dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan pada soket yang kosong setelah ektraksi[3, 5].
Pada kasus tertentu, dokter dapat menyarankan melakukan X-ray untuk menganalisa kondisi.
Dokter perlu mengesampingkan kemungkinan kondisi lainnya seperti infeksi tulang (osteomyelitis) atau kemungkinan bahwa tulang atau akar gigi masih terdapat pada bagian ekstraksi[3].
Dokter gigi akan membersihkan soket dari partikel dan materi asing, sehingga dapat alleviate rasa sakit dan membantu mencegah terjadinya infeksi.
Dokter kemudian dapat membungkus soket dengan kain kasa dan suatu gel yang mengandung obat untuk membantu meringankan rasa sakit. Dokter juga memberikan instruksi mengenai kapan dan bagaimana cara pelepasannya[3].
Setelah bungkus dilepas, pasien perlu membersihkan soket lagi. Dokter dapat menyarankan penggunaan air garam atau obat kumur yang diresepkan. Pada kasus berat, dokter dapat memberikan instruksi mengenai cara dan waktu pemakaian bungkus[1, 3].
Untuk mengurangi rasa sakit, dapat digunakan obat NSAID (non-steroidal anti-inflammatory drug) seperti ibuprofen atau aspirin. Kompres dingin dapat digunakan untuk meringankan rasa sakit. Jika sakit yang dirasakan pasien berat, dokter dapat meresepkan obat pereda rasa sakit lain yang lebih kuat[1, 5].
Dokter juga dapat meresepkan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pada soket[3].
Pasien perlu melakukan beberapa kali kunjungan ke dokter untuk memeriksa area yang terdampak dan proses pemulihannya[5].
Untuk menurunkan risiko mengalami dry socket, dapat dilakukan beberapa upaya berikut sebelum melakukan ekstraksi gigi [7]:
Setiap kasus dry socket dapat berbeda-beda. Dokter dapat memberitahukan risiko pasien untuk mengalami dry socket dan memberi instrusi mengenai perawatan di rumah untuk membantu pemulihan setelah ekstraksi gigi[1, 3].
Penting bagi pasien untuk mengikuti instruksi dari dokter untuk mencegah dry socket. Berikut beberapa hal yang sebaiknya dilakukan pasien setelah ekstraksi gigi[5]:
Pada Cochrane Review dari 4 percobaan klinis yang dipublikasikan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat bukti sedang bahwa bilasan chlorhexidine sebelum dan sesudah ektraksi dapat mencegah terjadinya dry socket sekitar 42%[6].
Penggunaan gel chlorhexidine gluconate setelah ekstraksi juga menurunkan risiko dry socket[5].
Dokter gigi dapat meresepkan antibiotik dan menganjurkan pasien untuk mencuci mulut dengan mouthwash atau air garam di rumah[3].
Setelah ektraksi gigi, pasien dapat mencuci mulut dan menggosok gigi, tapi dengan menghindari bagian yang baru diekstraksi selama 24 jam. [4]
Setelah 24 jam, bilas mulut perlahan dengan air garam hangat beberapa kali sehari selama satu minggu setelah ekstraksi. Campurkan ½ sendok teh (2,5 ml) garam meja dalam 8 ons (237 ml) air)[4].
Untuk meringankan rasa sakit, pasien dapat menggunakan kompres dingin yang ditempelkan di bagian wajah pada hari pertama setelah ekstraksi setelah itu gunakan kompres hangat. Penggunaan kompres dapat mengurangi rasa sakit dan pembengkakan[4].
1. Anonim, reviewed by Evan Frisbee, DMD. An Overview of Dry Socket. WebMD; 2020.
2. John Mamoun. Dry Socket Etiology, Diagnosis, and Clinical Treatment Teachniques. Journal of the Korean Association of Oral and Maxillofacial Surgeons; 2018.
3. Anonim. Dry Socket. Health Direct, Australian Government Department of Health; 2019.
4. Anonim. Dry Socket. Mayo Clinic; 2020.
5. Taylor Norris, reviewed by Christine Frank, DDS. How Long Does It Take to Recover from Dry Socket, and How Long Are You at Risk? Healthline; 2019.
6. Amber Metro Sanchez, BA, RDH. Dodging the Dreaded Dry Socket: Tips on Preventing This Painful Possibility. Dentistry IQ; 2018.
7. Jerisha Parker Gordon, reviewed by Christine Frank, DDS. Dry Socket: Identification, Treatment, and More. Healthline; 2019.
8. Anonim. Osteomyelitis. Mayo Clinic; 2020.