Daftar isi
Duktus arteriosus paten atau patent ductus arteriosus (PDA) merupakan sebuah kondisi kelainan jantung bawaan pada bayi lahir prematur [1,2,3,6].
Ductus arteriosus sendiri merupakan pembuluh darah penghubung aorta dan arteri pulmonal.
Aorta merupakan pembuluh darah yang berfungsi utama sebagai penyuplai darah dan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh.
Sementara arteri pulmonal adalah pembuluh darah yang berfungsi utama sebagai pengedar aliran darah dengan kandungan oksigen yang sedikit ke paru-paru dari jantung.
Tinjauan Duktus arteriosus paten merupakan kelainan jantung bawaan yang langka dan umumnya terjadi pada bayi baru lahir (khususnya bayi lahir prematur).
Janin selama berada di dalam kandungan mampu memperoleh oksigen secara cukup dari plasenta atau ari-ari karena paru-paru belum diperlukan sebagai alat pernafasan utama [1].
Walau paru-paru telah terbentuk, organ ini belum perlu bekerja pada janin, maka aliran darah sebagian besar dialihkan melalui ductus arteriosus untuk dikirimkan ke seluruh tubuh.
Usai persalinan normal, ductus arteriosus dalam waktu 2-3 hari akan menutup kembali, namun hal ini menjadi pengecualian bagi kelahiran prematur pada bayi.
Menutupnya ductus arteriosus memakan waktu lebih lama pada kelahiran prematur di mana semakin lama menutup akan semakin meningkat pula risiko terjadinya duktus arteriosus paten.
Kondisi ductus arteriosus yang membuka secara tidak normal tersebut menjadi penyebab aliran darah ke jantung dan paru menjadi berlebihan.
Bila tidak segera ditangani, kondisi jantung bayi dapat melemah sekaligus mengalami pembengkakan yang disertai tekanan darah tinggi karena hipertensi paru.
Sejumlah kondisi di bawah ini diketahui mampu menjadi faktor peningkat risiko bayi mengalami duktus arteriosus paten :
Tinjauan Belum diketahui jelas penyebab duktus arteriosus paten, namun ductus arteriosus yang tidak menutup kembali setelah bayi lahir prematur menjadi pemicunya. Selain itu, kelahiran di dataran tinggi, infeksi rubella pada saat hamil, faktor jenis kelamin, dan faktor genetik turut berpengaruh.
Ketika duktus arteriosus paten terjadi secara ringan pada bayi, maka biasanya tidak ada gejala yang ditimbulkan.
Karena ketiadaan gejala, kelainan ini pun seringkali menjadi sulit dan mustahil terdiagnosa bahkan sampai bayi tumbuh besar dan menginjak usia dewasa.
Hanya saja, pada kasus duktus arteriosus paten yang sudah cukup serius, tak lama dari waktu kelahiran biasanya bayi langsung mengalami tanda-tanda gagal jantung.
Berikut ini adalah gejala-gejala yang dapat dialami oleh seorang bayi dengan duktus arteriosus paten [2] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Para orang tua perlu memerhatikan kondisi anaknya seseksama mungkin.
Bila bayi baru lahir saat menangis dan makan selalu bernafas lebih cepat dan pendek-pendek, pastikan segera memeriksakannya.
Nafas cepat, berat badan yang sulit naik, serta kondisi cepat lelah saat bermain maupun makan adalah beberapa tanda ada yang tak beres pada kondisi tubuh si kecil.
Segera temui dokter agar kelainan terdeteksi dan tertangani secara dini.
Tinjauan Gejala utama yang dapat timbul pada kondisi duktus arteriosus paten yang sudah parah meliputi detak jantung lebih cepat, sesak nafas, nafas cepat dan pendek, pola makan buruk, pertumbuhan yang terhambat, mudah menangis dan rewel, berkeringat lebih banyak, dan mudah lelah.
Pemeriksaan paling dini yang dapat dokter lakukan adalah dengan mengecek detak jantung bayi yang baru saja lahir untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda duktus arteriosus paten.
Umumnya, bayi lahir prematur dengan duktus arteriosus paten akan mengalami bising jantung (heart murmur) [4].
Dokter dapat mendeteksi bising jantung pada bayi melalui stetoskop, namun jika ingin memastikan lebih detail dokter akan menerapkan beberapa tes penunjang lainnya.
Penggunaan sinar-X untuk memeriksa dada pasien adalah untuk memastikan kondisi paru dan jantung pasien.
Adanya kelainan atau gangguan pada kedua organ tersebut akan terdeteksi melalui gambar yang dihasilkan.
Pada prosedur diagnosa ini, dokter menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar detail kondisi jantung pasien.
Dokter akan melihat apakah terjadi pembesaran pada katup-katup jantung pasien dan mengecek seberapa baik fungsi proses pemompaan jantung.
Tes penunjang ini bukanlah tes yang wajib ditempuh oleh pasien, namun tetap dapat membantu dokter dalam menegakkan diagnosa.
Tindakan pemeriksaan ini biasanya dilakukan dokter untuk memeriksa adanya kelainan jantung bawaan pada saat prosedur ekokardiogram diterapkan.
Selang tipis dan fleksibel yang disebut dengan kateter akan dimasukkan oleh dokter ke pembuluh darah pasien (bagian lengan atau paha dalam).
Dokter kemudian akan menuntun selang ini untuk bisa sampai ke jantung dan memeriksa apakah pasien memiliki tanda-tanda kondisi duktus arteriosus paten.
Tinjauan Pemeriksaan duktus arteriosus paten biasanya diawali dengan pengecekan detak jantung dan keberadaan kondisi bising jantung. Pemeriksaan penunjang seperti rontgen dada, ekokardiogram, dan kateterisasi jantung berpotensi direkomendasikan juga oleh dokter.
Usia penderita menentukan metode penanganan duktus arteriosus paten.
Awalnya, dokter akan melakukan observasi dan pengamatan terhadap bayi prematur baru lahir yang memiliki tanda-tanda duktus arteriosus paten.
Pengamatan juga perlu dilakukan oleh dokter terhadap pasien usia anak maupun dewasa yang gejalanya tampak kecil dan ringan.
Setelah diyakini bahwa gejala mengarah pada duktus arteriosus paten, beberapa metode perawatan baru dapat diputuskan.
Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang umumnya ditempuh oleh pasien :
Pada bayi yang lahir prematur dan terdiagnosa duktus arteriosus paten, dokter akan memberikan obat anti-inflamasi nonsteroid yang aman [1,2].
Indomethacin dan ibuprofen adalah jenis obat yang sangat umum diberikan, namun jenis obat ini justru kurang efektif bila digunakan anak yang lebih besar atau orang dewasa.
Prosedur bedah kemungkinan akan dianjurkan oleh dokter apabila kondisi gejala sudah sangat parah dan berisiko tinggi komplikasi [1,2,4,5].
Pada tahap ini, obat tak lagi mampu memberi efek apapun sehingga pasien perlu menempuh jalur operasi.
Pada proses operasi, dokter bedah akan membuat sayatan kecil untuk menutup ductus arteriosus.
Usai menjalani operasi, si kecil harus tetap berada di rumah sakit untuk perawatan lanjutan selama beberapa hari.
Dokter masih perlu mengawasi kondisi pasien, namun untuk pemulihannya sendiri pasien perlu beberapa minggu beristirahat dari sejak operasi.
Operasi juga kemungkinan direkomendasikan oleh dokter bila kondisi duktus arteriosus paten sudah sangat parah.
Sebelum memutuskan mengambil opsi bedah, penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai berbagai kemungkinan efek sampingnya.
Infeksi, perdarahan, suara parau, dan kelumpuhan diafragma menjadi risiko efek samping dari operasi ini.
Prosedur kateter bukan penanganan yang dianjurkan bagi bayi-bayi prematur yang positif terdiagnosa duktus arterioss paten karena mereka masih terlalu kecil [1,4].
Prosedur kateter lebih direkomendasikan bagi pasien anak yang usianya lebih tua dan juga pasien usia dewasa.
Pada proses tindakan medis ini, dokter akan memasukkan kateter atau selang tipis ke pembuluh darah yang ada di paha dalam.
Dokter kemudian memasukkan koil atau steker, bertujuan utama menutup duktus arteriosus yang terbuka dan tak lagi dapat menutup.
Pada prosedur ini, beberapa efek samping dapat terjadi, seperti infeksi, perdarahan, serta berpindahnya koil yang sudah terpasang pada jantung.
Walau telah ditangani dalam bentuk operasi, seiring bertambahnya usia pasien harus tetap rutin memeriksakan diri ke dokter untuk mengecek kondisi pasca operasi [7].
Skrining teratur dapat ditempuh pasien untuk meminimalisir risiko komplikasi dan mendeteksinya sejak dini.
Perawatan lebih lanjut juga kiranya dikonsultasikan dengan dokter supaya kondisi tubuh terjaga tetap baik dalam jangka waktu lebih lama.
Dokter kemungkinan akan memberikan antibiotik preventif sekitar 6 bulan usai menjalani prosedur kateter [8].
Hal ini dilakukan oleh dokter ketika pasien sempat mengalami infeksi jantung.
Perlu tidaknya penggunaan antibiotik preventif dapat didiskusikan langsung dengan dokter, begitu pula dengan efeknya.
Tinjauan Pengobatan duktus arteriosus paten meliputi pemberian obat-obatan, operasi, kateter, check up rutin untuk mengetahui perkembangan kondisi, serta antibiotik preventif.
Duktus arteriosus paten yang menunjukkan gejala serius namun tak segera ditangani dengan benar dapat menimbulkan sejumlah komplikasi berbahaya.
Tinjauan Endokarditis, hipertensi paru, sindrom Eisenmenger, dan gagal jantung merupakan risiko komplikasi duktus arteriosus paten jika tak segera diatasi dengan benar.
Karena merupakan kelainan bawaan, tak terdapat cara pasti dalam mencegah kondisi duktus arteriosus paten pada bayi baru lahir.
Namun, para ibu hamil dapat melakukan sejumlah upaya dalam menjaga kondisi kehamilan tetap sehat dan tidak terjadi masalah yang berarti [1,9].
Tinjauan Menjaga kondisi kehamilan dengan baik adalah cara terbaik untuk menghindari kelainan bawaan pada janin serta supaya bayi lahir dengan sempurna dan sehat.
1. James E. Dice, PharmD & Jatinder Bhatia, MBBS. Patent Ductus Arteriosus: An Overview. The Journal of Pediatric Pharmacology and Therapeutics; 2007.
2. Putri Amelia. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Repositori Universitas Sumatera Utara; 2019.
3. Benita Deselina, MD; Sukman Tulus Putra, MD; & Rulina Suradi, MD. Prevalence of patent ductus arteriosus in premature infants at the Neonatal Ward, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. Paediatrica Indonesiana; 2004.
4. Ting-Wei Lin, MD, Chih-Wei Tseng, MD, Chi-Yao Huang, MD, Kuo-Yang Wang, MD, & Kae-Woei Liang, MD, PhD. Familial clustering of congenital deafness, patent ductus arteriosus, Eisenmenger complex, and differential cyanosis. Medicine (Baltimore); 2017.
5. T R Tubman, M D Shields, B G Craig, H C Mulholland, & N C Nevin. Congenital heart disease in Down's syndrome: two year prospective early screening study. British Medical Journal; 1991.
6. S.A. Wiyono, M. Witsenburg, P.P.T. de Jaegere, & J.W. Roos-Hesselink. Patent ductus arteriosus in adults. Netherlands Heart Journal; 2008.
7. R G Fisher, D S Moodie, R Sterba, & C C Gill. Patent ductus arteriosus in adults--long-term follow-up: nonsurgical versus surgical treatment. Journal of the American College of Cardiology; 1986.
8. Elizabeth B. Fortescue, MD, MPH, James E. Lock, MD, Teresa Galvin, RDCS, & Doff B. McElhinney, MD. To Close or Not to Close: The Very Small Patent Ductus Arteriosus. HHS Public Access; 2014.
9. Kenneth J. Mukamal, M.D. The Effects of Smoking and Drinking on Cardiovascular Disease and Risk Factors. Alcohol Research and Health; 2006.