Makanan, Minuman dan Herbal

7 Efek Samping Kebanyakan Temulawak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Temulawak atau Javanese Turmeric memiliki nama ilmiah Curcuma Xanthorrhiza Roxb merupakan tanaman asli Indonesia. Temulawak digunakan secara luas di Indonesia sebagai tanaman obat dan bahan penting untuk formulasi jamu. Jamu temulawak digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti kurang nafsu makan, gangguan lambung, sembeli, diare, disentri, radang sendi, demam, wasir, dan rematik. Manfaat temulawak salah satunya seperti anti inflamasi, anti bakteri dan antioksidan, dan antitumor[1, 2].

Temulawak mengandung senyawa aktif terpenoid dan kurkuminoid. Kedua senyawa tersebut merupakan komponen utama dalam temulawak. Terdapat xantorrhizol dalam Curcuma xanthorrhiza membedakan tanaman ini dari spesies Curcuma lainnya. Xhanthorrhizol diketahui dapat mengurangi peroksidasi los-density lipoprotein (LDL) [1].

Manfaat temulawak berupa antioksidan, antijamur, antibakteri dan antiinflamasi adalah aktifitas dari xhanthorrhizol [3]. Xhanthorrhizol juga diketahui memiliki aktivitas. Sedangkan Kurkuminoid merupakan senyawa polifenol alami didalam temulawak.

Flavonoid juga merupakan senyawa yang terdapat pada temulawak. Flavonoid berfungsi melindungi tubuh dari radikal bebas. Selain itu juga terdapat kalium yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung [4]. Temulawak memang telah dipercaya sebagai pengobatan tradisional Indonesia namun konsumsi temulawak terlalu banyak akan menimbulkan efek samping.

1.Mulut terasa kering kering

Menurut European Medicines Agency pada penilaiannya menyebutkan Temulawak memiliki efek samping membuat mulut kering jika dikomsumsi terlalu banyak [5]

2. Iritasi lambung

Konsumsi temulawak dalam jangka panjang dan dalam porsi yang banyak dapat menyebabkan iritasi lambung dan mual [6]. Disebutkan dalam penelitian bahwa konsumsi temulawak selama lebih dari 18 minggu secara terus-menerus dapat meningkatkan kadar asam lambung tinggi dan iritasi pada dinding lambung[4].

Kadar asam lambung yang meningkat dapat memunculkan mual, pusing bahkan muntah. Selain itu, perut akan terasa penuh, nyeri di ulu hati, dan nyeri lambung. Disarankan untuk mengonsumsi temulawak dalam takaran secukupnya [5, 7].

3. Menyebabkan gas

Kandungan kurkumin dalam temulawak yang terlalau banyak dikonsumsi dapat menyebabkan iritasi pada pencernaan. Masalah yang ditimbulkan seperti tukak saluran pencernaan, hiperplasia dan inflamasi [5].

4. Diare

Kebanyakan mengonsumsi temulawak dapat menyebabkan beberapa masalah pencernaan. Selain masalah pada lambung, efek samping yang muncul dari kebanyakan temulawak adalah diare [5].

5. Meningkatkan produksi empedu

Apabila memiliki masalah pada liver ataupun kandung empedu jangan mengkonsumsi temulawak terlalu banyak karena dapat meningkatkan produksi empedu [6]. Seseorang dengan masalah infeksi empedu, kantong empedu atau batu empedu tidak disarankan untuk mengonsumsi temulawak [5].

6. Menyebabkan interaksi obat

Temulawak berpotensi menyebabkan interaksi obat herbal dengan obat yang dimetabolisme oleh enzim UGT dan GST [8]. Obat herbal tidak sepenuhnya aman terlebih jika dikonsumsi melebihi takaran dan pada orang dengan kondisi kesehatan tertentu[9].

Banyak orang salah memahami bahwa interaksi obat herbal dengan makanan atau obat kimia adalah aman. Penggunaan obat herbal memang sudah umum namun perlu memperhatikan interaksi antara obat herbal dan obat kimia [9].

7. Merusak ginjal

Residu temulawak yang dihasilkan dengan cara diseduh atau dengan cara lainnya dapat menyebabkan pengendapan pada organ ginjal. Terutama jika terlalu banyak mengonsumsi temulawak. Pengendapan residu temulawak pada organ ginjal akan menyebabkan beberapa masalah dan gangguan pada ginjal seperti batu ginjal [7, 10].

Rekomendasi Konsumsi Temulawak

Tidak disarankan mengonsumsi temulawak terlalu banyak khususnya pada orang dengan penyakit liver, infeksi saluran empedu (cholangitis), batu empedu, dan masalah lain yang berhubungan dengan saluran empedu [5].

Penggunaan temulawak pada ibu hamil dan selama menyusui tidak terdapat informasi yang akurat. Namun European Medicines Agency (EMA) tidak merekomendasikan penggunaan temulawak pada ibu hamil dan menyusui. Hal ini dikhawatirkan karena ada indikasi efek dari kurkumin dapat disalurkan melalui laktasi [5, 6].

Penggunaan pada anak-anak dan remaja perlu menghindari konsumsi temulawak terlalu banyak. Pada umumnya penggunaan temulawak sangat bermanfaat bagi kesehatan dan belum ditemukan indikasi keracunan karena temulawak [5]. Sebaiknya konsumsi temulawak ketika dibutuhkan untuk menunjang kesehatan tubuh.

Jumlah konsumsi Temulawak yang aman

Konsumsi bahan alami ataupun herbal secara umum aman namun bukan berarti tidak ada efek samping yang terkandung. Memperhatikan kondisi kesehatan dan usia sangat penting untuk menjadi pertimbangan sebelum mengonsumsi temulawak [6].

Untuk menghindari efek samping kebanyakan temulawak disarankan untuk mengonsumsinya secukupnya. Konsumsi dengan takaran 60 miligram per hari dalam durasi waktu 18 minggu kemungkinan masih dalam batasan aman. Temulawak berpotensi tidak aman atau mengakibatkan efek samping jika digunakan dalam jumlah besar atau jangka waktu yang lebih lama [6].

Menurut EMA konsumsi temulawak diukur sesuai kekuatan dan dosisnya [5] :

  • Konsumsi ekstrak temulawak kering sebanyak 23 hingga 70 miligram per hari
  • Penggunaan sebagai jamu herbal adalah dengan perbandingan 1: 100, dengan menggunakan air mendidih.
  • Tidak disarankan mengonsumsi kurkumin lebih dari 70 miligram per hari.

Efek samping pada masalah pencernaan pernah dilaporkan setelah mengonsumsi 100 miligram/kg bw. Meskipun demikian, tidak ada peringatan mengenai takaran konsumsi harian pada seseoran yang memiliki gangguan pencernaan [5].

Terdapat berbagai metode dalam mengonsumsi temulawak. Temulawak dapat dikonsumsi dengan memeras air sari temulawak, direbus dan dikonsumsi airnya, dan menyeduh bubuk temulawak dengan air mendidih [2,5].

Temulawak biasanya dijadikan persediaan obat herbal dirumah. Disarankan memilih temulawak yang masih segar dengan tidak mengupas temulawak. Hanya kupas temulawak ketika akan digunakan saja untuk menghindari temulawak cepat mengering, temulawak dapat disimpan dalam kulkas dengan wadah plastik kedap udara.

1. Endang Rahmat, Jun Lee, Youngmin Kang. Javanese Tumeric (Curcuma Xanthorriza Roxb): Ethnobotany, Phytochemistry, Biotechnology, Pharmacological Activities. Hindawi;2021.
2. Latifah Kosim Darusman, Rudi Heryanto, Wina Apriani Sutisna. repository.ipb.ac.id Isolasi dan pemurnian Xantorizol dari temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.). IPB; 2012.
3. Ozaki Y. Antiinflammatory effect of Curcuma Xanthorriza Roxb and its active principles. Chem Pharm Bull (Tokyo); 1990.
4. Sutha Devaraj, Azadeh Sabetghadam Esfahani, Sabariah Ismail, Suarash Ramanathan, Mun Fei Yam. Evaluation of the antinociceptive activity and acute oral toxicity of standardized ethanolic extract of the rhizome of curcuma xanthorrhiza Roxb. Molecules; 2010.
5. ema.europe.eu Assessment report on Curcuma Xanthorrhiza Roxb. 2014.
6. Staff. webmd.com Javanese Tumeric. 2021.
7. Susan J. Hewlings, Douglas S. Kalman. Curcumin: A review of Its Effects on Human Health. Foods; 2017.
8. Nurul Afifah Mohd Salleh, Sabariah Ismail, Mohd Rohaimi Ab Halim. Effects of Curcuma XXanthorrhiza Extract and Their Constituents on Phase II Drug-metabolizing Enzymes Activity. Pharmacognosy Research; 2016.
9. Sarfaraj Hussain, MD. African Journal of Traditional, Complementary and Alternative Medicine. Patient Counseling about Herbal-Drug Interactions. 2011.
10. Siva Krishnan. Traditional Herbabl Medicine- A Review. International Journal of Research and Analytical Reviews; 2018.

Share