Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Eklampsia merupakan komplikasi parah dari pre-eklampsia, yang adalah kondisi serius, dimana terdapat tekanan darah tinggi dalam kehamilan yang dapat menyebabkan kejang. Eklampsia terbagi atas tiga jenis
Dikutip dari situs US National Library of Medicine National Institutes of Health, kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar antara 2% hingga 10% kehamilan. [5]
Dari data WHO diperkirakan kejadian preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang (2,8% kelahiran hidup) dibandingkan di negara maju (0,4%).
Di negara maju seperti Amerika Utara dan Eropa diperkirakan kejadian eklampsia sekitar 5-7 kasus per 10.000 kelahiran. Sedangkan di negara berkembang mulai dari 1 kasus per 100 kehamilan hingga 1 kasus per 1.700 kehamilan. [5]
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014 di Asia Tenggara angka kematian ibu akibat pre eklampsia sebesar 17% dan di Indonesia sebesar 25%. [6]
Daftar isi
Eklampsia adalah komplikasi parah dari pre-eklampsia. Meski kasusnya jarang ditemui, tetapi ini merupakan kondisi serius, saat tekanan darah tinggi menyebabkan kejang pada masa kehamilan. [1, 3]
Kejang terjadi akibat aktivitas otak yang terganggu sehingga menyebabkan penurunan kewaspadaan dan kejang (gemetar hebat). [1]
Eklampsia biasanya dialami oleh sekitar satu dari 200 wanita yang terkena pre-eklampsia. Seseorang dapat menderita eklampsia meskipun tidak mempunyai riwayat kejang. [1]
Berikut ini adalah fakta-fakta mengenai eklampsia: [1] [2] [3]
Eklampsia didefinisikan sebagai komplikasi serius dari preklamsia. Preklampsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai oleh tekanan darah tinggi ( hipertensi ) dan protein dalam urin (proteinuria).
Jika gejalanya tidak segera dikenali dan mendapat pengobatan, preklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia. Baik preklampsia maupun eklampsia seringnya terjadi pada wanita yang sedang hamil untuk pertama kalinya. [1, 2, 3]
Eklampsia terbagi atas tiga jenis yaitu: [4]
Eklampsia biasanya ditandai oleh dengan gejala khas, yaitu hipertensi (tekanan darah yang tinggi) dan adanya protein pada urine pada saat kehamilan, dan setelah persalinan, walaupun kondisi ini sangat jarang terjadi. Jika kondisi pre-eklampsia memburuk dan mengenai otak sehingga menyebabkan kejang, kondisi ini telah memasuki eklampsia. [1, 3]
Dokter belum mengetahui penyebab pasti eklampsia tetapi diyakini akibat kelainan pembuluh darah dan abnormalitas plasenta. [1, 3]
Salah satu penyebab timbulnya eklampsia adalah tekanan darah yang tinggi. Tingginya tekanan darah dapat merusak arteri dan pembuluh darah. Rusaknya arteri akan membuat aliran darah menjadi terbatas, sehingga dapat menghasilkan pembengkakan pada pembuluh darah di otak Anda dan juga bayi Anda. Kondisi ini juga dapat mengganggu kemampuan otak dan menyebabkan kejang. [1]
Proteinuria atau Protein dalam urin juga bisa menjadi penyebab eklampsia. ginjal yang sehat biasanya akan menyaring produk limbah dari darah dan meninggalkan nutrisi atau hal-hal yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein. Jika filter dari ginjal, yang disebut glomeruli rusak maka protein dari darah dapat bocor ke dalam urin. [1]
Seseorang bisa terkena eklampsia jika mempunyai keluarga dengan riwayat eklampsia atau preeklampsia.
Siapa yang paling berisiko mengalami eklampsia?
Eklampsia merupakan penyakit yang menyerang wanita. Seorang wanita berisiko mengalami eklampsia jika: [1, 2, 3, 4]
Gejala eklampsia hampir serupa dengan preeklampsia. Namun beberapa gejala dapat disebabkan karena kondisi kesehatan lain seperti penyakit ginjal atau diabetes. Penting untuk memberitahukan dokter mengenai kondisi yang Anda alami, sehingga dokter dapat mengeliminasi kemungkinan penyebab lain. [1, 2, 3, 4]
Secara umum gejala preeklampsia adalah sebagai berikut:
Penderita eklampsia dapat merasakan gejala yang sama seperti yang disebutkan diatas, atau bahkan tanpa gejala sama sekali, sebelum timbulnya eklampsia. Di bawah ini adalah gejala umum dari eklampsia: [1]
Kapan harus ke dokter?
Hubungi dokter Anda segera atau pergi ke ruang gawat darurat jika Anda memiliki tanda dan gejala eklampsia seperti sakit kepala parah, penglihatan kabur atau gangguan visual lainnya, sakit parah di perut Anda, atau sesak napas parah. [2]
Dikarenakan gejala sakit kepala, mual, serta nyeri merupakan keluhan umum yang dialami selama kehamilan, sehingga sulit untuk mengetahui apakah gejala yang muncul merupakan kondisi yang biasa dialami oleh ibu hamil atau gejala tersebut mengindikasikan masalah. Jika Anda khawatir akan gejala yang Anda alami, hubungilah dokter Anda. [2]
Wanita dengan eklampsia atau pre-eklampsia dapat mengalami sejumlah komplikasi seperti: [1, 2, 3, 4]
solusio plasenta adalah suatu kondisi di mana plasenta terpisah dari dinding bagian dalam rahim Anda sebelum melahirkan. Dalam kondisi yang parah dapat menyebabkan perdarahan hebat, yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayinya. [1]
Kondisi ini dapat menyebabkan terganggunya pernapasan dan masalah lain pada bayi Anda, seperti masalah pembekuan darah dan stroke.[1]
Penderita eklampsia dan pre-eklampsia dapat mengalami penurunan aliran darah ke otak, yang kemudian mengakibatkan stroke.
Sindrom HELLP adalah salah satu komplikasi kehamilan yang diakibatkan oleh hemolisis (penghancuran sel-sel darah merah), peningkatan enzim hati dan jumlah trombosit yang rendah. Sindrom ini dengan cepat dapat mengancam jiwa ibu dan bayinya. [1, 2, 3, 4]
Jika pasien didiagnosis mengalami pre-eklampsia atau memiliki riwayat pre-eklampsia, dokter akan melakukan tes untuk menentukan kemungkinan apakah pre-eklampsia terjadi kembali atau kondisinya semakin memburuk.
Jika pasien tidak mengalami pre-eklampsia, dokter tetap akan melakukan tes untuk pre-eklampsia, dan untuk menentukan penyebab kejang. Tes-tes tersebut dapat mencakup: [1]
Dokter akan melakukan beberapa jenis tes darah untuk menilai kondisi pasien. Tes ini termasuk penghitungan darah lengkap, yang mengukur jumlah sel darah merah yang terdapat dalam darah pasien, dan jumlah trombosit untuk melihat kondisi pembekuan darah pasien. Tes darah juga membantu memeriksa fungsi ginjal dan hati pasien. [1]
Kreatinin adalah produk limbah yang dihasilkan oleh otot. Ginjal harus menyaring kreatinin dari darah, tetapi jika glomeruli rusak, kreatinin yang berlebih akan tetap ada dalam darah. Kreatinin yang banyak di dalam darah dapat mengindikasikan pre-eklampsia, meski hal itu selalu terjadi.
Dokter dapat meminta sampel urin pasien untuk melakukan tes urine guna memeriksa protein dan laju ekskresi. [1]
Dokter bisa mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit dan tingkat kematangan bayi ketika merekomendasikan waktu kelahiran bagi pasien. Jika dokter mendiagnosis bahwa pasien mengalami pre-eklampsia ringan, pasien akan mendapatkan pemantauan serta obat-obatan dari dokter untuk mencegah eklampsia.
Pengobatan dan pemantauan ini akan membantu menjaga tekanan darah pasien selalu aman sampai bayi sudah siap untuk dilahirkan. [1, 2, 3, 4]
Dokter mungkin akan menyarankan persalinan lebih awal pada pasien yang menderita pre-eklampsia parah atau eklampsia. Rencana perawatan pun bergantung dari kondisi kehamilan dan tingkat keparahan penyakit yang dialami pasien. Pasien harus menjalani perawatan di rumah sakit untuk memantau kondisinya hingga melahirkan. [1]
Obat-obatan yang diberikan pada pasien eklampsia dan preklampsia adalah obat antikejang dan obat penurun tekanan darah. Selain itu, pasien juga dapat menerima suntikan steroid untuk mempercepat kematangan paru-paru pada bayi sebelum dilahirkan. [1]
Para peneliti masih terus mencari cara yang tepat untuk mencegah eklampsia. Meski belum diketahui, Anda bisa melakukakan perawatan medis selama masa kehamilan yang mana sangat penting dalam mencegah komplikasi. Hal ini bisa membantu mendeteksi masalah seperti pre-eklampsia atau eklampsia dan pasien bisa mendapatkan pengobatan lebih awal. [1]
Dalam beberapa kasus Anda dapat mengurangi risiko eklampsia dengan mengkonsumsi obat-obatan seperti: [2]
Jika Anda sangat berisiko mengalami eklampsia seperti memiliki riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, tekanan darah tinggi kronis, penyakit ginjal, diabetes atau penyakit autoimun, dokter akan menyarankan untuk mengkonsumsi aspirin dosis rendah (81 miligram) setiap hari setelah 12 minggu kehamilan. [2]
Pada beberapa kasus wanita yang memiliki kekurangan kalsium sebelum kehamilan – dan yang tidak mendapatkan kalsium yang cukup selama kehamilan dapat diberikan suplemen kalsium untuk mencegah preeklampsia. [2]
Penting bagi Anda untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum meminum obat, vitamin atau suplemen apapun.
1) Brindles Lee Macon. 2018. Healthline. eclampsia
2) Anonim. 2020. Mayoclinic. Preeclampsia
3) Melissa Conrad Stöppler, MD. 2020. Medicinenet. Pregnancy: Preeclampsia and Eclampsia
4) Yifru Berhan, Gezahegn Endeshaw. 2015. Ethiopian Journal of Health Science. Clinical and Biomarkers Difference in Prepartum and Postpartum Eclampsia
5) Kayode O. Osungbade, Olusimbo K. Ige. 2011. Public Health Perspectives of Preeclampsia in Developing Countries: Implication for Health System Strengthening
6) Nova Muhani, Besral. 2015. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Pre-eklampsia Berat dan Kematian Ibu