Daftar isi
Gangguan depersonalisasi terjadi ketika seseorang secara terus-menerus atau berulang kali merasa jiwanya berada di luar raganya atau merasa seolah hal-hal di sekitarnya tidak nyata. [1, 7, 8, 9]
Gangguan depersonalisasi seringkali dipicu oleh stres dan trauma yang parah. [2, 3, 4, 5]
Kondisi ini biasanya dialami oleh orang yang berusia 16 tahun dan jarang terjadi pada anak – anak atau orang dewasa yang lebih tua. [4]
Tinjauan Gangguan depersonalisasi adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa jiwanya berada di luar raganya atau merasa seolah hal-hal di sekitarnya tidak nyata, biasanya kondisi ini dialami oleh orang yang berusia 16 tahun.
Berikut adalah fakta-fakta tentang gangguan depersonalisasi: [1, 2, 3, 4, 5, 6, 9]
Gejala utama gangguan depersonalisasi adalah perasaan terpisah dari tubuh dan pikiran. Gangguan depersonalisasi biasanya dimulai pada masa remaja atau awal masa dewasa. Jarang gangguan ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua. [1, 3]
Gejala gangguan depersonalisasi dapat meliputi: [1]
Sebagian penderita mengalami gejala yang ringan dan hanya berlangsung sebentar. Namun, bagi sebagian lagi, gejalanya dapat menjadi kronis (berkelanjutan) dan dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Gejala tersebut bisa menyebabkan masalah dengan fungsi sehari-hari atau bahkan cacat. [3, 4]
Tinjauan Gejala utama dari gangguan depersonalisasi adalah perasaan terpisah dari tubuh dan pikiran .
Penyebab pasti gangguan depersonalisasi tidak diketahui. Namun, hal ini diduga terkait dengan faktor biologis, psikologis, dan lingkungan. Gangguan depersonalisasi sering kali dipicu oleh stres dan trauma, terutama di usia muda seperti dibesarkan oleh orang tua atau wali yang sakit mental, pelecehan (baik menyaksikan atau mengalaminya), kecelakaan, bencana alam, perang atau bahaya yang mengancam jiwa, kematian mendadak dari orang yang dicintai, dan kekerasan ekstrem. [2, 3, 4]
Ketidakseimbangan bahan kimia tertentu di otak yang mengatur emosi telah terbukti dapat memperburuk stress dan trauma tersebut. [7]
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan gejala yang sangat mirip dengan gangguan depersonalisasi pada beberapa orang. Obat-obatan ini meliputi halusinogen, ekstasi, ketamin, salvia, dan ganja. [2]
Tinjauan Penyebab gangguan depersonalisasi tidak diketahui pasti dan sering kali dipicu oleh stres dan trauma.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan depersonalisasi meliputi: [1]
Kapan Anda Harus Mengunjungi Dokter Anda?
Kunjungilah dokter jika Anda memiliki perasaan depersonalisasi atau derealisasi yang mengganggu Anda secara emosional, gejalanya muncul kembali, mengganggu pekerjaan, hubungan, atau aktivitas Anda sehari-hari. [1]
Gangguan depersonalisasi dapat menyebabkan Anda mengalami: [1]
Sebelum mendiagnosis gangguan depersonalisasi, dokter Anda akan bertanya terlebih dahulu tentang gejala Anda. Dalam beberapa kasus, gejala depersonalisasi atau derealisasi dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik, obat-obatan, narkoba, atau alkohol. Dokter akan mengevaluasi riwayat kesehatan anda dan melakukan pemeriksaan fisik [1, 3]
Dokter juga dapat melakukan tes laboratorium untuk menentukan apakah gejala terkait dengan kondisi medis lainnya, [1, 2]
Tes darah dan pencitraan (X-ray, CT scan atau MRI ) juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyakit fisik atau efek samping obat. [4]
Jika tidak ditemukan penyakit fisik, dokter dapat merujuk Anda ke psikiater, psikolog atau profesional kesehatan mental lainnya. Mereka akan bertanya mengenai gejala, pikiran, perasaan, dan pola perilaku Anda. Hal ini dapat menentukan apakah gejala Anda disebabkan oleh gangguan kesehatan mental lain, seperti gangguan panik, PTSD, skizofrenia, atau gangguan disosiatif lainnya. [1, 2]
Tinjauan Diagnosis gangguan depersonalisasi dapat melibatkan pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan, tes laboratorium, tes darah dan pencitraan.
Seringkali, orang dengan gangguan depersonalisasi yang mencari pengobatan lebih khawatir terhadap gejala seperti depresi atau kecemasan, daripada gangguan itu sendiri. Dalam banyak kasus, gejalanya akan hilang seiring waktu. Perawatan biasanya diperlukan hanya jika gangguan tersebut berlangsung lama atau berulang, atau jika gejalanya sangat menyusahkan orang tersebut. [3]
Tujuan pengobatan adalah untuk mengatasi stres yang memicu gejala. merencanakan perawatan Anda berdasarkan kesehatan secara umum, pemicu, dan tingkat keparahan gejala. [3]
Pengobatan utama untuk gangguan depersonalisasi adalah terapi bicara (psikoterapi), meskipun terkadang obat-obatan juga dapat digunakan. [1]
Perawatan gangguan depersonalisasi dapat mencakup: [1, 3]
Psikoterapi atau yang disebut juga konseling atau terapi bicara adalah pengobatan utama untuk gangguan depersonalisasi. Tujuan pengobatan ini untuk mengendalikan gejala sehingga gejala tersebut berkurang atau hilang. [2]
Dokter Anda dapat memilih satu atau beberapa metode berikut:
Adalah jenis psikoterapi khusus. Terapi ini berfokus pada perubahan pola berpikir, perasaan, dan perilaku yang tidak menguntungkan. [3, 4]
Terapi ini digunakan untuk mengatasi gangguan kepribadian yang parah. Terapi ini dapat membantu Anda mentolerir emosi yang sulit, termasuk gejala disosiatif. Selain itu juga berguna jika Anda pernah mengalami pelecehan atau trauma. [3]
Terapi desensitisasi dan pemrosesan ulang gerakan mata dapat membantu Anda mengatasi gangguan stres pasca-trauma. Melalui terapi ini, Anda dapat mengurangi mimpi buruk yang terus-menerus, kilas balik, dan gejala lainnya. [3]
Terapi ini melibatkan kerja sama dengan keluarga Anda untuk belajar mengatasi gangguan tersebut. Pada terapi ini akan belajar bagaimana mengenali tanda-tanda kekambuhan. [3]
Terapi seni atau musik dapat membantu Anda mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan perasaan Anda dalam lingkungan yang aman dan kreatif. [3]
Pengobatan lainnya dapat meliputi:
Teknik meditasi dan relaksasi dapat membantu Anda mentolerir gejala. Anda dapat belajar untuk menyesuaikan pikiran dan perasaan Anda. Selain itu, teknik ini juga dapat membantu mengatasi respons tubuh Anda. [3]
Perawatan ini menggunakan relaksasi yang intens, konsentrasi dan perhatian yang terfokus untuk mencapai kesadaran yang intens. Hipnoterapi memungkinkan Anda menjelajahi pikiran, perasaan, dan ingatan yang dalam dan dapat membantu menemukan akar masalah. [3]
Tidak ada obat yang secara khusus digunakan untuk menyembuhkan gangguan depersonalisasi. Namun, obat-obatan dapat digunakan untuk mengobati gejala tertentu seperti depresi atau kecemasan. [3, 4]
Obat tersebut ialah antidepresan atau obat anti-kecemasan seperti desipramine. Obat antipsikotik juga terkadang digunakan untuk membantu mengatasi gangguan pemikiran dan persepsi terkait depersonalisasi. [3, 4]
Tinjauan Pengobatan gangguan depersonalisasi dapat melibatkan terapi bicara (psikoterapi), teknik meditasi dan relaksasi, hipnoterapi, dan terkadang obat-obatan.
Meski gangguan depersonalisasi tidak dapat dicegah. mengenali gejalanya sejak dini penting agar Anda bisa mendapatkan pengobatan segera. Selain itu, intervensi cepat setelah peristiwa traumatis atau pengalaman yang membuat Anda stres secara emosional dapat membantu mengurangi risiko berkembangnya gangguan depersonalisasi. [3, 4]
Bagaimana Prognosis Orang Yang Menderita Gangguan Depersonalisasi?
Prospek orang dengan gangguan ini baik. Pada beberapa orang, gangguan depersonalisasi bisa hilang atau sembuh dengan sendirinya. Sementara yang lainnya sembuh setelah menjalani terapi dan mengatasi pemicu gejala. [3]
Terapi penting untuk membantu menyelesaikan masalah yang mendasarinya dan mencegah gejala datang kembali. Jika penderita tidak merespon pengobatan, maka gejalanya bisa berkembang menjadi kronis. Dokter Anda akan mendiskusikan langkah-langkah pengobatan yang terbaik selanjutnya untuk Anda. [3]
1) Anonim. Depersonalization-derealization disorder. Mayo Clinic; 2019.
2) Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP dan Crystal Raypole. Understanding Depersonalization and Derealization Disorder. Healthline; 2019.
3) Anonim. Depersonalization-derealization disorder. Cleveland Clinic.; 2020.
4) Jennifer Casarella, MD. Mental Health and Depersonalization Disorder. WebMD; 2020.
5) Anonim. Depersonalization/Derealization Disorder. National Organization for Rare Disorders (NORD); 2021.
6) Lisa Fritscher dan Daniel B. Block, MD . What Is Depersonalization/Derealization Disorder (DPDR)?. Verywell Mind; 2020.
7) Vara Saripalli, Psy.D. dan Joseph Nordqvist. What are dissociation and depersonalization?. Medical news today; 2019.
8) Dawn Baker, Elaine Hunter, Emma Lawrence, Nicholas Medford, Maxine Patel, Carl Senior, Mauricio Sierra, Michelle V. Lambert, Mary L. Phillips dan Anthony S. David. Depersonalization disorder: clinical features of 204 cases. Cambridge University Press; 2018.
9) David Spiegel , MD,. Depersonalization/Derealization Disorder. MSDManual; 2021.