Kista ovarium merupakan suatu cairan yang terdapat pada bagian indung telur atau ovarium, dibungkus oleh selaput yang dibentuk dari lapisan terluar ovarium. Kista ovarium sering terjadi pada wanita dewasa menyerang sistem reproduksi [1].
Kista ovarium adalah salah satu bentuk penyakit reproduksi yang menyerang wanita terjadinya kista ovarium karena pertumbuhan sel-sel polos jinak yang menempel di bagian ovarium disebebkan infeksi bakteri/kuman/virus. Sementara dalam proses pembentukannya sendiri terjadi gangguan hormon pada hipotalamus, ovarium dan hipofisis. Kista ovarium bisa juga beresiko kanker rahim ganas atau tumor [1].
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kejadian kista ovarium adalah hereditas, siklus menstruasi tidak lancar, gangguan fungsi hormon, pengaruh obat-obatan, dan bawaan penyakit lain yang menyertai seperti (kolestrol, anemia, kelenjar getah bening). Kista ovarium dapat terus tumbuh di dalam ovarium mengalami hipersekresi dari hormon LH dan FSH yang mengalami kegagalan proses pematangan akhirnya mengeluarkan reabsorsi cairan[1].
Abnormal nya fungsi ovarium faktor penyebabnya adalah penimbunan folikel [3] [4] tidak sempurna di dalam ovarium yang mengalami kegagalan pada pematangan dan pelepasan sel telur karena proses itulah disebut dengan penyakit kista ovarium. Hampir kebanyakan wanita yang menderita penyakit kista ovarium tidak mengalami gejala-gejala khusus sampai pada waktu tertentu. Namun pada sebagai kecil mungkin mengalami beberapa gejala dibawah ini:
Daftar isi
Nyeri saat menstruasi [2] pada penderita kista ovarium terjadi akibat dari darah yang seharusnya dialirkan ke dalam rahim justru dialirkan lewat tuba fallopi kemudian masuk kembali melalui ovarium. Darah yang mengalir dan mengendap di dalam rahim lama kelamaan akan mengalami pembesaran alhasil ketika sudah waktunya warna darah akan berubah menjadi kecokelatan dan bisa saja akan pecah/membengkak. Ketika waktu yang bersamaan proses ini juga membuat darah mengendap menghasilkan benjolan di sekitar ovarium. Benjolan inilah berujung pada kista.
Rasa nyeri pada bawah perut [4] terasa mulas (kolik) atau terasa kramps berlangsung selama 2 hari. Rasa sakit ini biasanya mulai dirasakan saat sebelum datang menstruasi dan mencapai puncaknya dalam 24 jam. Kadang-kadang darah menstruasi keluar disertai bekuan. Keluhan lain yang bisa menyertai nyeri di perut bagian bawah adalah sakit kepala, mual, muntah, sulit buang air besar, diare, dan sering kencing.
Gejala nyeri saat berhubungan seksual [1] sangat erat kaitannya dengan gejala pada sistem reproduksi. Hal ini disebabkan oleh tumbuhnya jaringan atau sel-sel di luar rahim sehingga rahim di lapisi oleh sel-sel yang harusnya tidak ada. Ini akan membuat dinding ovarium tersebut mengalami pendarahan yang akan menimbulkan rasa nyeri yang berlebih. Keluhan lain yang dirasakan adalah merasa adanya benjolan di bagian ovarium, sakit kepala berlebih, kehilangan keseimbangan tubuh dan lain-lain [6].
Apabila kista ovarium sudah mencapai stadium lebih lanjut, bisa terjadi pendarahan spontan dan nyeri pada punggung [6]. Keluhan dan gejala akibat kista ovarium, penderita akan mengeluh halangan aliran air seni, atau sembab anggota badan sampai ke kaki karena penekanan pembuluh darah balik atau gejala akibat tekanan pada pernafasan, penderita mengeluh nyeri pada bagian punggung sampai menjalar ke kaki [4].
Nyeri kandung kemih sering dirasakan oleh wanita saat berlangsungnya menstruasi namun nyeri kandung kemih akibat efek adanya gejala kista ovarium tentunya berbeda dari biasanya. Gejala ini terasa sampai berminggu-minggu. Faktor pemicu utamanya adalah karena adanya penekanan akibat sel yang tumbuh di dalam ovarium [1] .
Atau adanya kegagalan saat proses pembuahan sel telur yang berujung pada kandung kemih yang dipenuhi dengan cairan sehingga memberikan respon nyeri pada kadung kemih dan menyebabkan kandung kemih terinfeksi. Gejela ini juga berhubungan erat dengan kesulitan BAB [1]. Ketika kandung kemih bermasalah/tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka akan membawa dampak pada bilirubin dan biliverdinnya.
Pendarahan akibat gejala penyakit kista ovarium [1] biasanya terjadi sedikit demi sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinis yang minimal. Lama-kelamaan gejala pendarahan ini akan menimbulkan distensi yang disertai rasa nyeri.
Akibat pertumbuhan adanya kista didalam perut bisa menyebabkan pembenjolan perut. Kista yang semakin pembengakakan akan semakin menekan di dalam perut. Apabila kista menempel pada kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi (pengeluaran urine), sementara kista yang lebih besar tetapi letaknya di rongga perut terkadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan obsipasi edema pada tungkai [5].
Ketika kista ovarium yang terus berbuah di dalam ovarium lama kelamaan akan membengkak. Pembengkakan ini membuat tubuh kehilangan hormon dan sistem imunitas tubuh terganggu sehingga memberikan efek mual dan muntah [5].
Disis lain, mual dan muntah pada penderita kista ovarium disertai dengan penyakit bawaan seperti kram perut, dispepsia, miom, dan gangguan saluran kandung kemih. Untuk mengobatinya cukup perbanyak istirahat, mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi baik serta berolahraga rutin. Tetapi apabila gejalanya lebih parah anda wajib mengkonsultasikannya kepada dokter spesialis penanganan rahim [5].
Bagaimana sistem pengobatannya?
Pada umumnya, pengobatan kista ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan (ajuvant) seperti kemoterapi, adioterapi, dan imunoterapi[7].
[1] Mansi Rana and Praveen Nasa. ijpsr. An Overview of Ovarian Cysts. 2020.
[2] Stany MP and Hamilton CA. researchgate.net. Benign Disorders og The Ovary Obstetrics. 2008.
[3] S Pudasaini, et al. nmcth.edu. A Study of Ovarian Cyst in a Tertiary Hospital of Kathmandu Valley. 2011.
[4] Mayo Clinic Health. mayoclinic.org. Ovarian Cysts. 2021.
[5] Hansa D. Bhargava, MD. WebMD. Ovarian Cysts. 2020.
[6] Clevaland Clinic. clevalandclinic.org. Ovarian Cysts. 2021.
[7] Emma C. Fields, et al. PubMed. Radiation Treatment in Women with Ovarian Cancer: Past, Present, and Future. 2017.