Syok Anafilaksis merupakan reaksi alergi parah yang terjadi selama beberapa detik atau beberapa menit. Ketika tubuh mengalami syok anafilaksis, tekanan darah tiba-tiba akan menurun dan saluran pernapasan akan menyempit [3].
Kondisi inilah yang berbahaya dan dapat berpotensi mengancam jiwa seseorang. Kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti makanan, racun serangga, hingga obat-obatan tertentu [3].
Dalam kasus yang jarang terjadi, syok anafilaksis dapat berlangsung selama beberapa jam. Sebelum syok anafilaksis terjadi, terdapat sejumlah gejala yang harus diketahui, diantaranya [3]:
Gejala awal yang muncul pada syok anafilaksis adalah reaksi kulit. Gejala ini biasanya umum terjadi pada reaksi alergi [1,2].
Reaksi tersebut biasanya muncul di beberapa bagian tubuh, seperti pipi, dada, leher, dan daerah tubuh lainnya. Awalnya, kulit akan menjadi kemerahan dan gatal-gatal [1,2].
Namun, jangan menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya jaringan parut [1,2].
Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk mencegah timbulnya luka dan bekas luka pada permukaan kulit. Terkadang, area yang mengalami reaksi alergi akan terasa hangat saat disentuh [1,2].
Gejala selanjutnya yang dapat timbul dari syok anafilaksis adalah pembengkakan. Gejala tersebut tak lain merupakan gejala utama dari syok anafilaksis [1,2].
Kemungkinan, pembengkakan akan menyebar ke beberapa area tubuh. Bagian tubuh yang mengalami pembengkakan yaitu bibir, mata, tangan, kaki, dan area lain dari wajah [1,2].
Pusing dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti efek obat, dehidrasi hingga kekurangan tidur. Namun, pusing juga dapat diartikan sebagai gejala masalah kesehatan lainnya, salah satunya adalah syok anafilaksis [1,2].
Gejala ini biasanya muncul bersamaan dengan hipotensi atau penurunan tekanan darah. Bahkan, beberapa orang mungkin akan mengalami kehilangan kesadaran atau pingsan [1,2].
Anafilaksis juga dapat mengakibatkan kecemasan atau kebingungan. Hal ini terjadi dikarenakan tubuh melepas histamin dan bahan kimia lainnya [1,2].
Selain itu, hal ini juga dapat menyebabkan perubahan di otak. Hal inilah yang menyebabkan kebingungan atau kecemasan, bahkan penderita akan mengalami kesulitan berbicara [1,2].
Kesemutan merupakan kondisi yang ditandai dengan mati rasa yang terasa seperti tertusuk dan bersifat sementara. Pada umumnya, kondisi ini terjadi dikarenakan terbatasnya aliran darah ke bagian tubuh [1,2].
Namun, kondisi tersebut tidak dapat disepelekan karena dapat menjadi salah satu gejala dari penyakit tertentu. Gejala ini biasanya muncul bersamaan dengan peradangan atau pembengkakan [1,2].
Anafilaksis juga dapat menyebabkan beberapa gangguan gastrointestinal. Gejala tersebut umum terjadi ketika seseorang mengalami reaksi alergi [1,2].
Sejumlah gangguan gastrointestinal yang dapat timbul, berupa sakit perut, kram, mual, diare, dan muntah. Gejala ini muncul setelah terjadi reaksi alergi awal dan berlangsung selama beberapa jam [1,2].
Anafilaksis dapat mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah. Hal ini dapat berpotensi menimbulkan penurunan tekanan darah atau yang disebut dengan hipotensi [1,2].
Seseorang dikatakan menglami hipotensi apabila tekanan darahnya kurang dari 90/60 mmHg. Gejala ini timbul dikarenakan pembuluh darah kecil yang melebar sehingga aliran darah menjadi terganggu [1,2].
Selain hipotensi, anafilaksis juga dapat ditandai dengan denyut nadi yang tidak teratur. Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal dengan sebutan aritmia [1,2].
Hal ini disebabkan oleh terganggunya aliran darah menuju ke jantung. Akibatnya, denyut nadi menjadi tidak teratur, dapat lebih cepat maupun lebih lambat [1,2].
Gejala anafilaksis yang parah dapat mengakibatkan penderitanya mengalami kesulitan bernapas atau mengi. Gejala ini biasanya timbul setelah tubuh mengalami pembengkakan [1,2].
Kondisi ini menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Apabila tidak segera ditangani, kondisi ini dapat menimbulkan konsekuensi kesehatan serius lainnya [1,2].
Anafilaksis terjadi secara cepat dan menimbulkan gejala serius di seluruh tubuh. Apabila tidak segera ditangani, gejala tersebut dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius dan berpotensi menyebabkan kematian [1,2].
Untuk itu, segera kunjungi dokter apabila mengalami reaksi alergi yang parah. Epinefrin juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala di atas [1,2].
Akan tetapi, tetap lakukan konsultasi ke dokter meskipun gejala membaik setelah injeksi. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan agar gejala tidak kambuh lagi[1,2].
Selain itu, hal tersebut juga dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi alergi kedua yang disebut dengan anafilaksis bifasik. Segera lakukan pertolongan pertama atau hubungi nomor darurat apabila terjadi reaksi alergi kedua tersebut [1,2].
Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kondisi kesehatan yang berakibat fatal bagi tubuh. [1,2].
1. Mayo Clinic Staff. Anaphylaxis. Mayo Clinic; 2021.
2. Colleen M. Story. Pictures of Anaphylaxis. Healthline; 2017.
3. Simon G A Brown. Raymond J Mullins. Michael Gold. Anaphylaxis: diagnosis and management. 185(5):283-9. The Medical journal of Australia; 2006.