Tinjauan Medis : drg. Jefrianto Wololy
Hampir sebagian besar kasus gigi retak atau patah masih bisa ditangani jika ditemukan se dini mungkin. Segera kunjungi dokter gigi atau rumah sakit terdekat jika hal ini terjadi akibat kecelakaan atau
Daftar isi
Gigi adalah jaringan paling keras pada tubuh. Meski demikian, gigi dapat mengalami kerusakan akibat bakteri atau cedera yang dapat mengarah pada cuil atau patahnya gigi[2, 3].
Gigi terdiri dari tiga lapisan, yaitu [1]:
Pasien dapat tidak merasakan sakit ketika gigi cuil atau patah, namun lidah dapat segera merasakan area yang tajam dari bagian yang patah. Keretakan kecil pada gigi biasanya tidak menimbulkan rasa sakit[4].
Keretakan gigi ialah kondisi ketika bagian luar gigi pecah atau retak. Gigi retak dapat mengarah pada patahnya gigi[5].
Sindrom gigi retak yaitu kondisi di mana gigi mengalami keretakan sebagian tapi belum ada bagian gigi yang pecah atau patah[6].
Studi epidemiologis melaporkan bahwa prevalensi dari gigi retak berpotensi untuk melebihi prevalensi dari caries gigi dan penyakit periodontal dalam waktu yang tidak lama lagi[7].
Cedera dental yang melibatkan gigi permanen lebih umum dilaporkan pada laki-laki daripada wanita[7].
Lebih dari 75% dari keretakan gigi terjadi pada rahang atas dan lebih dari separuh dari kasus tersebut melibatkan gigi seri (incisor) tengah, diikuti oleh gigi seri lateral dan gigi taring (canines)[7].
Prevalensi dari gigi retak pada gigi primer memiliki rentang 9,4-41,6% dan pada gigi permanen sebesar 6,1-58,6%[7].
Kejadian dari sindrom gigi retak tidak diketahui, akan tetapi telah terdokumentasikan rasio kejadian sebesar 34-74%[8].
Gigi retak sering terjadi pada orang dalam rentang usia 30-50 tahun[8].
Gigi retak atau patah dapat disebabkan oleh berbagai masalah, meliputi[1, 9]:
Jatuh merupakan faktor penyebab keretakan gigi yang paling umum dengan kisaran hingga 31-64%, diikuti oleh cedera akibat olahraga (40%), kecelakaan bersepeda (19%), kecelakaan lalu lintas (8%), dan kekerasan fisik[7].
Gigi patah lebih umum pada orang dewasa karena gigi menjadi semakin rapuh seiring proses penuaan[5].
Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko gigi retak[5]:
Keretakan pada gigi sering kali tidak menimbulkan gejala. Pasien sering mengalami keretakan gigi tanpa menyadarinya[10].
Pada banyak kasus, gigi retak menyebabkan rasa sakit yang datang dan pergi[10].
Gigi yang patah juga tidak selalu menyebabkan rasa sakit tiba-tiba. Jika kerusakan telah menjalar hingga mencapai saraf, pasien dapat mengalami rasa tidak nyaman sesekali ketika mengunyah makanan atau sensitif terhadap panas dan dingin[9].
Beberapa jenis gigi retak tidak berbahaya dan tidak memerlukan penanganan[10].
Meski demikian, jika pasien mengalami beberapa gejala berikut sebaiknya pasien segera mengunjungi dokter gigi[10]:
Kerusakan gigi dapat dibedakan menjadi berikut:
American Association of Endodontists mengidentifikasikan lima jenis keretakan gigi[1, 3]:
Craze lines ditandai dengan retakan kecil dan terlihat pada enamel gigi. Pada gigi posterior (di sebelah belakang), craze line biasanya terlihat melintang pada kerutan (ridges) marginal dan/atau membentang sepanjang permukaan bukal dan lingual.
Craze lines vertikal yang panjang biasanya terjadi pada gigi anterior (depan). Craze lines tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memerlukan penanganan[1, 8].
Jenis retakan ini biasanya terjadi disekitar dental filling. Fractured cusp (keretakan puncak gigi) berawal dari mahkota gigi, memanjang ke dalam dentin dan retakan berakhir pada bagian serviks gigi.
Retakan biasanya tidak mempengaruhi bagian pulp gigi sehingga tidak menyebabkan rasa sakit yang berat[1,8].
Cracked tooth (gigi retak) merupakan indikasi dari retakan yang memanjang dari permukaan oklusal gigi secara apikal tanpa pemisahan kedua fragmen. Retakan biasanya terletak pada bagian pusat gigi dalam arah mesiodistal dan dapat meliputi satu atau kedua kerutan marginal[8].
Split tooth (gigi terbelah) merupakan retakan indikatif melalaui kedua kerutan marginal biasanya dalam arah mesiodistal, membelah gigi menjadi dua bagian atau fragmen. Retakan biasanya terletak pada bagian tengah gigi dan propagasi retakan mengakibatkan terbelahnya gigi[8].
Jenis retakan ini dimulai dari bawah garis gusi dan menjalar ke bagian atas. Retakan dapat meliputi seluruh akar gigi atau hanya sebagian dari akar gigi. Vertical root fracture tidak menimbulkan banyak gejala, kecuali jika gigi terinfeksi[1, 8].
Chips (tercuil) atau terkikisnya sebagian enamel gigi biasanya tidak memerlukan penanganan. Gigi cuil tidak menimbulkan rasa sakit. Dokter gigi dapat menganjurkan perbaikan dengan materi filling untuk mencegah gigi cuil bertambah buruk dan memperbaiki penampilan[4, 12].
Retakan atau patahan gigi mencapai bagian cukup dalam hingga saraf terpapar. Kondisi ini hampir selalu menyebabkan gigi sakit dan sensitif. Biasanya bagian gigi yang patah akan berdarah.
Pasien akan memerlukan penanganan root canal untuk menghilangkan saraf yang terpapar serta sebuah mahkota gigi untuk memperbaiki fungsi gigi agar dapat digunakan secara normal [4, 12].
Dalam kasus ini, gigi telah mengalami kerusakan akibat adanya lubang yang melemahkan struktur gigi dari dalam. Lubang yang disebabkan oleh pembusukan dapat mengarah pada gigi patah[4, 12].
Pembusukan (decay) gigi disebabkan ketika bakteri dalam mulut memakan lapisan enamel. Saat tidak ditangani, bakteri dapat merusak lapisan dentin di sebelah dalam dan menyebabkan gigi sensitif[3].
Gigi yang patah atau retak dapat mengakibatkan komplikasi berupa infeksi yang menyebar hingga ke tulang dan gusi. Berikut beberapa gejala terjadinya infeksi pada gigi[1, 10]:
Gigi patah dapat didiagnosis dengan pemeriksaan dan pengamatan sederhana. Sementara untuk diagnosis gigi retak dapat lebih sulit karena retakan gigi mungkin tidak tampak dan sulit terlihat saat pemeriksaan[5, 10].
Gigi retak juga menunjukkan berbagai gejala yang dapat berbeda pada setiap kasus. Banyak pasien dengan gejala rasa sakit yang datang dan pergi, sehingga dokter gigi dapat mengalami kesulitan menentukan letak gigi yang bermasalah[1, 11].
Dokter gigi dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk melakukan diagnosis[1, 10]:
Saat pasien mengalami gejala gigi retak atau melihat adanya gigi yang retak atau patah, berikut beberapa pertolongan pertama yang dapat dilakukan sebelum pergi ke dokter gigi[2, 9]:
Jika gigi patah, hindari untuk menggosok gigi dan segera kunjungi dokter gigi. Penundaan penanganan gigi patah/retak menyebabkan dokter semakin sulit untuk melakukan penanganan. Selain itu, penundaan dapat meningkatkan risiko komplikasi[9, 10].
Pengobatan untuk gigi patah atau retak bergantung pada tingkat kerusakan yang dialami. Jika gigi hanya mengalami patah pada sebagian kecil lapisan enamel, penanganan dapat dilakukan dengan memperbaikinya[2].
Lokasi gigi, gejala yang dialami, dan panjang retakan juga mempengaruhi metode penanganan gigi patah atau retak[1].
Gigi dengan retakan kecil biasanya hanya memerlukan filling untuk memperbaiki. Untuk gigi di sebelah depan, dokter gigi akan menggunakan resin komposit berwarna seperti gigi untuk memperbaiki, disebut bonding[12].
Bonding termasuk prosedur sederhana dan tidak memerlukan anestesi. Dokter gigi akan membuat kasar permukaan gigi kemudian menambahkan perekat.
Setelah itu materi bonding diaplikasikan dan dibentuk seperti gigi asli. Untuk membuat materi bonding mengeras, dokter gigi menggunakan sinar ultraviolet[12].
Root canal dilakukan ketika retakan pada gigi mencapai bagian pulp gigi. Prosedur ini meliputi penghilangan saraf dan bagian gigi yang busuk. Kemudian root canal dibersihkan dan disegel[12].
Prosedur ini menghilangkan bagian pulp yang rusak dan mengembalikan integritas gigi. Root canal mencegah kerusakan lebih lanjut serta menyebarnya infeksi yang dapat mengarah pada masalah kesehatan serius[1, 12].
Veneer merupakan suatu materi komposit resin atau materi porselen sewarna dengan gigi yang ditempatkan pada seluruh bagian depan gigi.
Bagian yang lebih tebal diaplikasikan untuk menggantikan bagian gigi yang retak. Veneer dapat bertahan hingga 30 tahun dan tidak perlu diganti secara rutin[12].
Dental crown (mahkota gigi sintetik) merupakan alat prostetik yang biasanya terbuat dari bahan porselen atau keramik yang ditempatkan di atas gigi yang rusak[1].
Mahkota gigi sintetik adalah penanganan pemulihan umum untuk gigi yang retak atau patah. Jika akar gigi masih menempel setelah gigi pecah, dokter gigi dapat melakukan root canal dan menambahkan mahkota gigi sintetik[12].
Prosedur ini biasanya memerlukan beberapa kali kunjungan ke dokter gigi. Mula-mula dokter gigi atak melakukan pemeriksaan dengan X-ray untuk mengamati tulang di sekitar gigi dan akar gigi.
Jika tidak terdapat masalah, dokter gigi akan melakukan anestesi kemudian membersihkan patahan gigi yang tersisa. Dokter selanjutnya mempersiapkan struktur untuk dipasang dental crown[12].
Dokter gigi dapat membuat cetakan sesuai gigi pasien kemudian mengirimkannya ke laboratorium dental untuk membuat mahkota gigi sintetik.
Proses ini dapat memerlukan waktu beberapa minggu. Saat mahkota gigi sintetik sudah siap, dokter gigi akan memasangkannya pada gigi yang patah[3].
Ketika struktur gigi, termasuk saraf dan akar gigi, mengalami kerusakan yang sangat berat, penghilangan (ekstraksi) gigi dapat menjadi pilihan satu-satunya[1].
Jika gigi tidak dapat diselamatkan dan harus diekstraksi, pasien dapat menggunakan implan gigi sebagai pengganti gigi yang hilang.
Prosedur ini dapat memerlukan waktu hingga beberapa bulan karena tulang di sekitar frame titanium perlu pulih terlebih dahulu[12].
Keretakan pada gigi tidak selalu dapat dicegah. Meski demikian terdapat beberapa cara untuk menurunkan risiko gigi mengalami retak atau patah[1, 5, 11]:
1. Donna Christiano, reviewed by Christine Frank, DDS. Cracked Tooth. Healthline; 2018.
2. Anonim. Repairing a Chipped or Broken Tooth. WebMD; 2020.
3. Daniel Yetman, reviewed by Jennifer Archibald, DDS. What It Means If Your Tooth Broke Off and It’s Black Inside? Healthline; 2020. H1
4. Anonim. Fractured and Broken Teeth. Colgate; 2020.
5. Anonim. Tooth Fracture. Health Library Winchester Hospital; 2020.
6. Mathew, S; Thangavel, B; Mathew, CA; Kailasam, S; Kumaravadivel, K; Das, A. Diagnosis of Cracked Tooth Syndrome. Journal of Pharmacy & Bioallied Sciences. 2012
7. Patnana AK, Kanchan T. Tooth Fracture. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
8. Shamimul Hasan, Kuldeep Singh, and Naseer Salati. Cracked Tooth Syndrome: Overview of Literature. International Journal of Applied & Basic Medical Research; 2015.
9. Anonim. Chipped and Broken Teeth: Causes and Solutions. Portman Dental Care; 2020.
10. Bethany Cadman, reviewed by Christine Frank, DDS. How Do You Know If You Have A Cracked Tooth? Medical News Today; 2018.
11. Anonim. Cracked Teeth. American Association of Endodontists; 2020.
12. Anonim. Broken Tooth: Cracked Tooth Repair, Filling, Crown and Removal. Preferred Dental Care; 2020.