Penyakit & Kelainan

Gusi Turun: Penyebab, Gejala, dan Cara Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : drg. Jefrianto Wololy
Penyebab terbesar dari gusi turun seringkali tidak jauh dari masalah kebersihan rongga mulut, utamanya akibat paparan plak dan karang gigi dalam waktu lama di satu daerah tertentu pada gusi. Di sini lah

Resesi Gingiva atau sering disebut dengan gusi turun merupakan suatu kondisi kerusakan gigi di mana gusi mengalami penurunan hingga memperlihatkan akar gigi.

Berdasarkan fungsinya, gusi merupakan lapisan luar yang melindungi akar gigi. Namun pada kondisi ini, akar gigi dapat terlihat dengan jelas yang mengakibatkan penderita akan mengalami sensitifitas yang tinggi [1].

Penderita akan merasa ngilu ketika makan makanan yang panas atau dingin, dan juga saat terpapar angin. Kondisi ini merupakan hal yang serius karena dapat menyebabkan penderita kehilangan gigi.

Biasanya, penyakit ini ditemukan pada orang dewasa diatas 40 tahun. Pada ana-anak, hal ini dapat terdeteksi pada usia 10 tahun [1].

Penyebab Gusi Turun

Kondisi Gigi yang Mengalami Gusi Turun

Penderita gusi turun tidak hanya mengeluhkan masalah sensitiftas saja, tetapi juga hal lainnya. Permasalahan umum yang biasanya dikeluhkan adalah karies gigi, estetika gigi yang mengganggu penampilan, dan perubahan warna.

Kondisi ini dapat dialami oleh laki-laki maupun perempuan, sehingga memiliki resiko yang sama. Gusi turun ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut [3,4,5]:

1. Kesalahan dalam Menyikat Gigi

Teknik menyikat gigi yang tepat baik dapat membuat enamel pada gigi menipis sehingga menyebabkan gusi turun. Pengikisan dari enamel tersebut terjadi secara perlahan sehingga kondisi gusi turun dapat terjadi setelah bertahun-tahun. Oleh sebab itu disarankan untuk dapat menggunakan sikat gigi yang memiliki bulu sikat halus untuk mencegah kondisi gusi turun.

2. Faktor Genetik

Karakteristik dari gusi seseorang akan ditentukan oleh karakteristik gen masing-masing. Sehingga jika terdapat anggota keluarga (keturunan) yang memiliki gusi turun, maka seseorang akan beresiko memiliki kondisi serupa.

3. Penyakit Periodontal

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang dapat menghancurkan jaringan pada gusi hingga menghilangkan tulang penyokong gigi secara bertahap. Penyakit ini akan membuat gusi turun dan mengakibatkan akar gigi menjadi tidak terlindungi. Ciri dari penyakit ini biasanya ditandai dengan pembengkakan dan peradangan pada gusi.

4. Kondisi Gigi Abnormal

Gusi yang menjadi pelindung akan sangat bergantung kondisinya jika struktur gigi mengalami masalah. Gigi yang tidak sejajar akan meningkatkan resiko terjadinya gusi turun ini.

5. Penggunaan Bahan Kimia

Selain menyikat gigi, biasanya seseorang akan menggunakan obat kumur atau produk perawatan gigi lain untuk menjaga kebersihan gigi. Namun, paparan dari bahan-bahan kimia tersebut dapat membuat pengikisan secara perlahan sehingga menimbulkan masalah gusi turun ini.

Jika memerlukan tindakan seperti pembersihan karang gigi dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk menjaga kesehatan gigi. Sangatlah berbahaya jika menggunakan bahan-bahan kimia yang dapat merusak gigi.

6. Perubahan Hormon

Fase hidup seorang wanita yakni pubertas, kehamilan, menopause dapat mengakibatkan ketidakstabilan serta perubahan hormon. Hal ini berakibat pada sensitifitas gusi sehingga rentan terhadap resesi gusi.

Gejala Gusi Turun

Kondisi ini memang terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun sehingga seseorang tidak dapat menyadarinya secara langsung. Biasanya saat umur penderita mencapai 40 tahun keatas, mereka akan mulai merasakan gejala yang timbul akibat penurunan gusi.

Perlu diwaspadai beberapa tanda dan gejala berikut yang timbul karena penurunan gusi [5].

  • Hipersensitivitas Dentin atau gigi terlalu sensitif di mana penderita gusi turun akan sangat merasakan rasa sakit, ngilu atau linu ketika mengkonsumsi makanan dan minuman pedas, dingin, atau asam. Hal ini dikarenakan tubulus dentin terekspos akibat penurunan gusi yang akan membuat gigi mengalami rangsangan eksternal.
  • Mobilitas gigi yang terjadi karena perpindahan gigi secara vertikal maupun horizontal di luar batas normal di sekitar area gusi, biasanya disebut dengan gigi longgar.
  • Mahkota gigi terlihat lebih panjang dari biasanya di mana hal ini disebabkan karena penurunan gusi. Jika terdapat gigi yang memiliki mahkota terlihat melebihi gigi lainnya, maka perlu diwaspadai terkait hal ini.
  • Perubahan warna gigi yang terjadi akibat perbedaan warna antara enamel dan sementum.
  • Jarak antar gigi tidak rapat sehingga terdapat ruang dimana tidak terdapat gusi di ruang tersebut.
  • Akar gigi nampak terbuka dan bisa dilihat.
  • Terdapat rongga di bawah garis gusi.
  • Jika gusi turun akibat gingivitis, maka terjadi beberapa gejala yang ditimbulkan yaitu gusi bengkak dan tampak merah, gusi berdarah saat menyikat gigi serta mengalami bau mulut.

Faktor yang Meningkatkan Resiko Gusi Turun

Beberapa kondisi di bawah ini akan meningkatkan resiko seseorang mengalami gusi turun, antara lain [5]:

  • Terjadi pengerasan plak sehingga menumpuk dan dapat menyebabkan gusi turun
  • Kebiasaan merokok akan meninggalkan plak pada gigi
  • Riwayat keluarga yang mengalami penyakit gusi karena kondisi ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetika
  • Seseorang yang menderita diabetes
  • Pasien HIV/AIDS
  • Penggunaan obat-obatan tertentu yang menyebabkan mulut kering sehingga kekurangan air liur yang meningkatkan resiko infeksi atau cidera pada gigi dan gusi

Tentunya untuk dapat terhindar dari resesi gusi, menjaga kebersihan mulut menjadi kunci utama. Selain itu, pola hidup yang sehat juga perlu untuk tetap menjaga kondisi tubuh supaya terhindar dari penyakit lain yang dapat menyebabkan resesi gusi.

Diagnosa Gusi Turun

Dokter gigi akan menanyakan seputar keluhan apa saja yang dialami seseorang sebelum pemeriksaan klinis. Selanjutnya, dokter akan memeriksa secara fisik keadaan gigi pasien untuk mengetahui adanya penurunan.

Biasanya dokter gigi menggunakan probe yang merupakan alat ukur untuk mengetahui kantong gusi. Ukuran normal dari kantong gusi berkisar antara 1-3 milimeter. Jika lebih dari ukuran tersebut, seseorang dapat terindikasi mengalami penyakit gusi [4].

1) Total kehilangan perlekatan, 2) Resensi gingiva, 3) Kantong Gusi

Dalam beberapa kasus, pasien gusi turun mengalami pembengkakan pada gusi hingga terdapat nanah akibat penyakit gingivitis. Hal tersebut tentu menambah resiko seseorang dapat mengalami gurun turun.

Selain pemeriksaan secara fisik, dokter gigi dapat menyarankan pasien untuk melakukan foto sinar X. Salah satu metode ini dapat membantu dokter dalam mendiagnosa pasien.

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui adanya kerusakan tulang gigi karena penyakit periodontal sehingga pasien akan dirujuk ke dokter gigi spesialis periodonti untuk penanganan lebih lanjut [5].

Komplikasi Gusi Turun

Penyakit periodontal seperti gusi turun diperkirakan menjadi penyebab 70% dari orang dewasa yang telah kehilangan gigi. Gusi yang menjadi tempat melekatnya akar gigi berfungsi sebagai penyokong.

Jika gusi mengalami penurunan, maka akar gigi akan rentan rontok karena tidak ada penahan. Beberapa kasus, gigi lepas dengan sendirinya sebelum dicabut oleh dokter.

Jika kondisi resesi sangat buruk, maka pembedahan atau tindakan operasi merupakan cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan lebih lanjut [5].

Pengobatan Gusi Turun

Pengobatan seorang pasien gusi turun bergantung kepada kondisi resesi yang dialami. Untuk resesi gusi yang ringan biasanya dokter akan melakukan beberapa perawatan namun untuk resesi yang akut, pasien dapat melakukan operasi.

Berikut ini cara pengobatan pasien resesi gusi yang dapat dilakukan :

Perawatan Gusi Turun

  • Secara Medis

Untuk pasien dengan resesi gusi ringan, dokter gigi biasanya akan membersihkan area yang sakit seperti scaling dan root planning. Prosedur dari perawatan ini adalah dengan membersihkan terlebih dahulu plak dan karang gigi.

Selanjutnya untuk bagian akar yang terbuka, dokter akan menghaluskan permukaannya agar mempersulit jalan bakteri untuk masuk dan menginfeksi. Pemberian antibiotik kepada pasien juga dilakukan untuk menghilangkan bakteri yang masih tertinggal [4].

Jika kondisi resesi pasien tidak dapat diobati karena kehilangan tulang penyokong atau kantong gusi yang terlalu dalam, perawatan ini tidak dapat dilakukan. Pasien dapat memilih tindakan operasi untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh resesi gusi.

  • Secara Alami

Selain secara medis, terdapat beberapa bahan herbal yang dapat dilakukan untuk merawat penyakit resesi gusi. Berikut ini adalah beberapa bahan herbal yang dapat digunakan [6]:

  • Garam. Kandungan anti bakteri yang terdapat dalam garam dapat dijadikan obat kumur untuk mencegah infeksi akibat bakteri pada gusi. Cukup larutkan 1 sendok makan garam ke dalam segelas air hangat untuk berkumur selama 30 detik. Cara ini dapat dilakukan 2-3 kali sehari.
  • Teh Hijau. Mengkonsumsi teh hijau sangat baik untuk kesehatan gigi dan gusi yang sedang mengalami gangguan. Kandungan anti bakteri, anti oksidan, dan anti inflamasi dari teh hijau akan melawan batekri dalam mulut. Cobalah untuk meminum teh hijau setiap hari untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi.
  • Peppermint Oil. Minyak yang satu ini berfungsi untuk mencegah perkembangan mikroorganisme yang ada pada mulut. Sehingga akan menjaga gusi dari serangan bakteri.
  • Eucalyptus Oil. Sifat anti inflamasi dari minyak ini dapat membasmi kuman serta mengobati gusi turun. Selain itu, minyak ini juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan jaringan baru pada gusi.

Tindakan Operasi

Kondisi kerusakan akibat kehilangan jaringan pada gusi sehingga kantong gusi terlalu dalam atau kehilangan tulang penyokong dapat diperbaiki dengan tindakan operasi.

Resesi gusi dengan keadaan tersebut sudah tergolong akut. Adapun tindakan operasi yang dapat dilakukan oleh pasien resesi gusi adalah sebagai berikut [1,4]:

  • Open flap scaling dan root planing.

Dokter gigi atau periodontis (dokter gusi) akan melipat jaringan gusi yang mengalami resesi, membersihkan bakteri yang berbahaya dari kantong gusi, dan mengembalikan jaringan gusi di atas akar gigi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kantong gusi atau mengurangi ukurannya.

  • Regenerasi.

Tindakan ini dilakukan jika seorang pasien telah kehilangan jaringan gusi atau kerusakan pada tulang penyokong. Prosedur awal sebelum regenerasi adalah melipat kantong gusi dan membersihkannya dari bakteri.

Selanjutnya dokter akan memberikan bahan regeneratif seperti membran, jaringan graft, atau protein yang dapat merangsang jaringan. Bahan tersebut akan ditempatkan pada jaringan yang mengalami kerusakan dengan tujuan secara alami, tubuh akan meregenerasi jaringan tersebut. Setelah bahan regeneratif diletakkan, dokter akan menempatkan gusi ke atas akar gigi.

  • Cangkok Jaringan Lunak.

Terdapat beberapa jenis cangkok jaringan gusi, yang paling banyak dilakukan adalah cangkok jaringan ikat. Jaringan lunak didapatkan dari jaringan epitel yang berada langit-langit atau bawah mulut pasien. Jaringan tersebut selanjutnya ditempelkan ke akar gusi yang terbuka dengan dijahit.

Terkadang jika pasien memiliki gusi yang cukup untuk menutupi resesi, maka jaringan akan diambil dari gusi lainnya. Hal ini disebut dengan cangkok pedikel.

Setiap pengobatan dari pasien resesi gusi akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Biasanya seorang dokter gigi akan melakukan tindakan dengan mengetahui kondisi pasien terlebih dahulu.

Cara Mencegah Gusi Turun

Kondisi penurunan gusi ini banyak disepelekan sehingga banyak yang tidak menyadari gejala yang ditimbulkan. Setelah berusia 40 tahun ke atas barulah seorang pasien resesi gusi merasakan rasa sakit dari penyakit ini. Maka dari itu, perlu dilakukan pencegahan untuk tetap menjaga fungsi dari mulut dan gigi [4].

Cara terbaik untuk mencegah resesi gusi adalah :

  • Menjaga oral dengan baik mulai kebersihan dan kesehatannya.
  • Pemeriksaan berkala ke dokter gigi atau periodontist setiap 6 bulan sekali (atau sesuai anjuran) dapat dilakukan meskipun tidak mengalami gejala atau tanda-tanda resesi.
  • Mendeteksi tanda awal resesi dari hasil pemeriksaan tersebut [4,5].

Penggunaan sikat gigi yang memiliki bulu sikat halus (biasanya terdapat label soft pada kemasan) merupakan cara yang baik agar tidak terjadi kerusakan pada saat menyikat gigi.

Selain itu, penggunaan bahan-bahan yang berbahaya untuk gigi dan gusi harus dihindari seperti produk pemutih gigi atau perontok karang gigi [4,5].

Selain itu, jika memiliki kondisi struktur gigi yang tidak normal dan menimbulkan masalah dalam mengkonsumsi sesuatu dapat segera dikonsultasikan oleh dokter gigi.

Dokter gigi akan memberikan saran terhadap keluhan yang dialami. Selain hal-hal yang telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa cara untuk menghindari resesi gusi, sebagai berikut [4]:

  • Berhenti merokok
  • Mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang
  • Memantau perubahan yang terjadi pada mulut

Selain terhindar dari resiko resesi gusi, menjaga kebersihan oral sangat dianjurkan agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut lainnya.

1) American Dental Association. 2007. The Journal of The American Dental Association. Gingival Recession: Causes And Treatment
2) Ana Suzy Jati, Laurindo Zanco Furquim, dan Alberto Consolaro. 2016. Dental Press Journal. of Orthodontics. Gingival recession: its causes and types, and the importance of orthodontic treatment
3) Palaparthy Rajababu, Durvasula Satyanarayana, dan Vidya Sagar. Hindawi Journal: Case Report Dentistry. Gingival Recession: Review and Strategies in Treatment of Recession
4) Michael Friedman, DDS. 2020. Web MD. Receding Gums: Causes, Treatment, Surgery and Prevention
5) Christine Frank, DDS. 2020. Healthline. Receding Gums
6) Gerhard Whitworth, RN. 2020. Healthline.14 Natural Remedies for Receding Gums

Share