Penyakit hepatitis A merupakan salah satu penyakit dari hepatitis yang terjangkit kepada jutaan manusia yang ada di dunia. Penyakit hepatitis menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya[1].
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), hepatitis A hanya menyebabkan penyakit hepatitis akut. Hepatitis A menyebabkan jumlah kematian sekitar 0.8% dari seluruh kematian yang diakibatkan penyakit hepatitis pada tahun 2015[1].
Daftar isi
Hepatitis A adalah penyakit hati yang dapat ditularkan kepada orang lain dan disebabkan oleh virus hepatitis tipe A (HAV)[2].
Penyakit ini biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui rute fecal-oral atau mengkonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi virus hepatitis tipe A[2].
Pada umumnya, hepatitis A adalah penyakit yang mampu sembuh dengan sendirinya dalam beberapa bulan. Penyakit ini juga tidak mengakibatkan infeksi yang kronis atau parah[2].
Hampir semua penderita hepatitis A mampu sembuh sepenuhnya dan memiliki kekebalan seumur hidup. Namun, sebagian kecil penderita hepatitis A meninggal karena memiliki hepatitis fulminan[3].
Tinjauan Hepatitis A adalah salah satu jenis dari penyakit hepatitis yang disebabkan oleh virus tipe A dan mampu menular ke orang lain.
Berdasarkan Data Kementrian Kesehatan Indonesia, penyakit hepatitis A memiliki tingkat yang rendah dibandingkan dengan hepatitis lainnya di Indonesia. Pada tahun 2013 terdapat 495 kasus penderita hepatitis A di Indonesia dan pada tahun 2014 terdapat 282 kasus penderita hepatitis A[4].
Berbeda dengan kasus di Amerika Serikat, penderita hepatitis A mengalami peningkatan sebanyak 140% pada tahun 2017. Penderita hepatitis A terdapat sebanyak 6.700 yang telah dilaporkan kepada Centers for Disease Control and Prevention[2].
Dari data WHO, tingkat kematian dari hepatitis A pada tahun 2016 adalah sekitar 7.134 orang atau sekitar 0.5% dari semua kasus kematian hepatitis di seluruh dunia. Data ini menurun dari tahun sebelumnya[3].
Tinjauan Hepatitis A memberikan tingkat kematian yang kecil dibandingkan dengan jenis hepatitis yang lainnya dan penderita hepatitis A di Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan Amerika.
Daerah penyebaran hepatitis A memiliki ciri – ciri yaitu terdapat infeksi virus hepatitis A dengan tingkat tinggi, sedang atau rendah. Namun, infeksi yang dimaksudkan bukan hanya penyakit atau wabah dari hepatitis A. Berikut ini penjelasan daerah penyebaran hepatitis A yaitu[3] :
Daerah dengan Tingkat Infeksi Virus Hepatitis A Tinggi
Di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah dan kondisi sanitasi dan praktek higienis yang buruk, sebagian besar anak-anak telah terinfeksi virus hepatitis A sebelum usia 10 tahun. Pada umumnya, anak-anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala.
Pada daerah ini, tingkat penyakit hepatitis A adalah rendah. Ini karena anak-anak yang lebih tua dan orangtua sudah terkena infeksi dari virus hepatitis A dan menjadi kebal terhadap virus ini.
Daerah dengan Tingkat Infeksi Virus Hepatitis A Sedang
Di negara-negara dengan penghasilan menengah dan kondisi sanitasi yang bervariasi, anak-anak sering terhindar dari infeksi virus hepatitis A pada usia muda dan menyebabkan anak-anak tumbuh dewasa tanpa kekebalan terhadap virus hepatitis A.
Peningkatan kondisi ekonomi dan sanitasi justru dapat menyebabkan peningkatan orang dewasa yang belum kebal terhadap virus hepatitis A. Hal ini dapat menyebabkan tingkat penyakit hepatitis A lebih tinggi dan dapat menjadi wabah besar.
Daerah dengan Tingkat Infeksi Virus Hepatitis A Rendah
Di negara – negara dengan penghasilan tinggi dan kondisi sanitasi yang baik, tingkat infeksi virus hepatitis A sangat rendah. Namun, peluang penyakit hepatitis A adalah sangat tinggi.
Kelompok remaja dan orang dewasa memiliki peluang tinggi untuk terkena penyakit ini. Di Amerika Serikat, wabah besar sering terjadi di antara orang-orang tunawisma.
Tinjauan Tingkat penyakit hepatitis A berbanding terbalik penyebaran tingkat infeksi virus. Hal ini terbukti pada daerah penyebaran tingkat infeksi yang tinggi, jumlah penderita penyakit hepatitis A lebih rendah.
Pada umumnya, virus hepatitis A memiliki masa inkubasi selama 14-28 hari. Gejala akan muncul dalam waktu tersebut dan terjadi pada anak-anak berusia di atas 6 tahun dan orang dewasa[3].
Anak-anak berusia di bawah 6 tahun yang terinfeksi biasanya tidak mengalami gejala dan hanya sekitar 10% yang mengalami warna kuning pada kulit[3].
Beberapa gejala dari hepatitis A adalah sebagai berikut[3,5]:
Gejala hepatitis A terjadi dalam waktu kurang dari 2 bulan. Namun, beberapa penderita atau sekitar 10 – 15% mengalami gejala dalam waktu lama atau penyakit kambuh kembali dalam waktu 6 bulan[2].
Setiap orang yang belum mendapatkan vaksin dan belum terinfeksi hepatitis A, memiliki peluang tinggi untuk terinfeksi hepatitis A. Pada umumnya, sebagian infeksi hepatitis A terjadi pada anak – anak usia dini di daerah dimana virus tersebar luas[3].
Risiko tinggi terjadi pada[2,3]:
Tinjauan Gejala hepatitis terjadi pada anak - anak berusia di atas 6 tahun dan orang dewasa dalam waktu kurang dari 2 bulan. Namun, bagi beberapa penderita hepatitis tidak mengalami gejala atau memiliki gejala selama lebih dari 2 bulan.
Penyebab utama dari hepatitis A adalah virus hepatitis A yang menyerang hati dan membuat infeksi. Penyebaran dan penularan virus ini yang membuat orang lain terinfeksi[3].
Pada umumnya, cara penularan hepatitis A adalah melalui rute fecal-oral. Hal ini dimaksudkan dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi dengan kotoran dari orang yang terinfeksi[3].
Beberapa cara penularan hepatitis A lainnya adalah[5]:
Kapan hepatitis A harus dibawa ke dokter?
Anda harus ke dokter jika memiliki kondisi sebagai berikut[5] :
Tinjauan Penyebab utama hepatitis A adalah virus hepatitis A. Ada banyak cara penularan hepatitis A, tetapi cara paling utama adalah dengan rute fecal-oral dan terkena cairan tubuh atau kotoran dari orang yang terinfeksi.
Penyakit hepatitis A tidak dapat dibedakan secara klinis dari jenis hepatitis akibat virus lainnya. Cara diagnosis yang dilakukan adalah beberapa tes laboratorium, yaitu[2,3] :
Komplikasi hepatitis A yang menyebabkan kematian jarang terjadi, biasanya terjadi 1 dari 250 orang yang terinfeksi. Komplikasi yang terjadi adalah gagal hati. Orang yang paling berisiko terkena komplikasi adalah orang tua dan orang yang telah memiliki masalah hati sebelumnya[5].
Tinjauan Diagnosis hepatitis A dilakukan dengan tes laboratorium. Komplikasi hepatitis A sangat jarang terjadi, kecuali penyakit ini pada orang tua dan orang yang telah memiliki masalah hati.
Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, selain penggunaan vaksin. Pemulihan dari gejala setelah infeksi mungkin lambat dan mungkin memakan waktu beberapa minggu atau bulan[3].
Satu hal yang paling penting adalah menghindari obat-obatan yang tidak perlu. Obat Acetaminophen/Parasetamol dan obat anti muntah tidak boleh diberikan[3].
Pemberian vaksin diberikan kepada[2,3] :
Beberapa anjuran dan pantangan untuk penderita hepatitis A adalah sebagai berikut[5] :
Hepatitis A dapat disembuhkan sendirinya dengan cara mengikuti anjuran dan pantangan serta menerapkan hidup sehat. Beberapa pola sehat tambahan yang dianjurkan adalah[6]:
Beberapa cara pencegahan hepatitis A adalah sebagai berikut[3] :
1) Anonim. 2017. World Health Organization. Global Hepatitis Report 2017.pdf.
2) Anonim. 2017. Centers for Disease Control and Prevention. Hepatitis A.
3) Anonim. 2017. World Health Organization. Hepatitis A.
4) Anonim. 2014. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Hepatitis 2014.
5) Anonim. Diakses pada 2020. NHS. Hepatitis A.