Daftar isi
Hepatitis E merupakan jenis kondisi hepatitis di mana organ hati mengalami infeksi yang disebabkan HEV (hepatitis E virus) [1,2,3,4,5,6,7,8].
Infeksi hati ini memiliki potensi menjadi lebih serius karena faktanya di dunia terdapat puluhan juta orang yang menderita infeksi hepatitis E ini per tahunnya.
Tinjauan Hepatitis E adalah infeksi pada organ hati di mana HEV/Hepatitis E Virus adalah penyebab utamanya.
Hepatitis E Virus atau HEV merupakan jenis virus yang menjadi penyebab utama penyakit hepatitis E [1,3,4,5].
Penularan virus ini terjadi terutama ketika seseorang mengonsumsi makanan atau air yang sudah terkena feses orang lain dan sudah terkontaminasi oleh virus.
Walau paparannya hanya sedikit saja, seseorang tetap berpotensi besar mengalami infeksi hepatitis E.
Hepatitis E juga berbeda dari jenis hepatitis lainnya di mana virus ini menyebar utamanya saat seseorang mengonsumsi air atau makanan yang sudah terkontaminasi HEV.
Meski berbeda dari jenis hepatitis lain, hepatitis E memiliki kemiripan lebih dengan hepatitis A karena bentuk penularan hepatitis E mirip dengan hepatitis A.
Beberapa faktor lainnya yang mampu meningkatkan risiko penularan infeksi HEV antara lain adalah [1,3,4,5,6,7] :
Tinjauan Hepatitis E Virus (HEV) merupakan penyebab utama kondisi infeksi hepatitis E. Meski demikian, terdapat sejumlah faktor risiko yang juga perlu diwaspadai karena mempermudah penyebaran serta penularannya, seperti hubungan seksual berganti-ganti pasangan, tinggal dan kontak dengan penderita hepatitis E kronis, berkunjung ke wilayah endemik, persalinan ibu hamil yang menderita hepatitis E, dan kurangnya tingkat kebersihan.
Masa inkubasi infeksi hepatitis E adalah antara 28-40 hari di mana setelah seseorang tak sengaja dan tanpa menyadari HEV masuk ke dalam tubuh, virus tersebut kemudian akan diserap melalui mukosa gastrointestinal ke sirkulasi portal.
Baru setelah itu, virus mampu menyerang organ hati dan menimbulkan sejumlah gejala seperti [1,5,6,7] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika tanda-tanda hepatitis E yang telah disebutkan timbul, maka jangan ragu untuk segera ke dokter dan menempuh sejumlah metode pemeriksaan.
Pemeriksaan dini akan membantu pasien dalam memperoleh penanganan medis secara dini pula sehingga risiko komplikasi berbahaya dapat dihindari.
Ketika menemui dokter, maka beberapa metode diagnosa yang biasanya diterapkan oleh dokter antara lain adalah :
Pemeriksaan riwayat kesehatan adalah metode diagnosa awal yang dokter gunakan, yaitu dengan menanyakan riwayat medis pasien, penggunaan obat dan tindakan medis yang pernah ditempuh [1,3].
Namun selain itu, dokter juga perlu tahu gaya hidup pasien serta riwayat perjalanan pasien ke beberapa wilayah.
Jika pasien belum lama mengunjungi wilayah endemik atau wilayah dengan wabah lokal hepatitis E, maka kemungkinan tertular sangat besar.
Riwayat medis pasien dibutuhkan oleh dokter sebab hepatitis E dapat terjadi pada penderita penyakit liver, pasien dengan daya tahan tubuh lemah, serta pasien wanita yang sedang hamil.
Dokter juga perlu memeriksa fisik pasien untuk mengetahui suhu tubuh serta bagian tubuh mana saja yang merasakan nyeri [1,7].
Dokter juga perlu memberi memeriksa bagian perut pasien untuk mengetahui apakah terdapat pembengkakan dan timbul rasa nyeri di sana.
Tes laboratorium kemungkinan dianjurkan oleh dokter untuk dapat mengetahui kadar konsentrasi bilirubin, aspartate aminotransferase, dan alanine aminotransferase di dalam tubuh pasien [1,3,4,5,7].
Tes laboratorium menjadi salah satu metode diagnosa penunjang yang juga membantu dokter dalam mendeteksi keberadaan virus dan antibodi.
Karena tes laboratorium mencakup tes darah, maka hal ini juga bertujuan utama agar dokter mampu memberikan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan kondisi pasien.
Tinjauan Pemeriksaan riwayat kesehatan pasien secara menyeluruh, pemeriksaan fisik, serta tes laboratorium adalah cara dokter dalam mendiagnosa hepatitis E.
Terdapat beberapa metode penanganan hepatitis E, yaitu perawatan secara mandiri di rumah, pemberian obat-obatan oleh dokter, hingga prosedur operasi.
Umumnya ketika ke dokter dan hasil pemeriksaan menunjukkan hasil positif infeksi HEV, maka dokter akan memberi anjuran beberapa hal seperti berikut ini kepada pasien :
Perawatan medis untuk pasien hepatitis E dapat berupa pemberian obat, terapi hingga prosedur medis.
Dokter akan menentukan metode perawatan yang tepat sesuai dengan kondisi tubuh pasien secara menyeluruh.
Dokter biasanya di awal akan merekomendasikan terapi imunosupresi yang bertujuan utama sebagai pembasmi virus [8].
Melalui penanganan dalam bentuk terapi ini, jumlah virus dalam darah atau viral load HEV sebanyak 30% dapat berkurang di dalam tubuh pasien.
Namun, tidak seluruh pasien hepatitis E mampu menerima terapi imunosupresi karena terapi ini tidak cukup efektif bagi beberapa kasus hepatitis E [1,5].
Jika jumlah virus dalam darah tidak berkurang usai menjalani terapi imunosupresi, maka dokter biasanya akan merekomendasikan terapi antivirus sebagai gantinya.
Terapi antivirus adalah bentuk penanganan melalui obat-obatan antivirus untuk melawan virus dan mengatasi infeksi pasien.
Ribavirin merupakan jenis obat pada terapi antivirus yang biasanya digunakan untuk mengatasi infeksi HEV akut, namun efektivitasnya tidak dapat dipastikan [1].
Hanya saja, ribavirin bukan untuk pasien hepatitis E yang sedang dalam masa kehamilan.
Kedua golongan terapi obat dapat dikombinasikan untuk pasien hepatitis E yang mengalami kelainan imun dan mengalami infeksi HEV kronik [1].
Peginterferon dan ribavirin atau kombinasi keduanya kemungkinan direkomendasikan oleh dokter sebagai solusi terbaik.
Pada kasus hepatitis E yang sudah sangat parah dan bersifat kronik, biasanya pemberian obat-obatan tak dapat mengatasi gejala [1,4,5,9].
Jika sudah pada tahap yang sangat berat, dokter akan merekomendasikan jalur operasi untuk mengganti hati yang rusak.
Prosedur transplantasi hati adalah proses penggantian hati yang mengalami kerusakan parah dengan hati yang sehat dari pendonor.
Adakah efek samping dari penanganan medis berupa transplantasi hati?
Ya, terdapat risiko efek samping signifikan pada kasus hepatitis E yang diatasi dengan operasi transplantasi hati.
Tubuh penerima donor transplan organ dapat mengalami penolakan, namun tentunya hal ini perlu dikonsultasikan lebih jauh dengan dokter agar ditemukan solusi alternatif untuk ini.
Tinjauan Penanganan hepatitis E dapat dilakukan dalam dua metode, secara mandiri (istirahat, menjaga pola makan, menjaga kebersihan, dan menghidrasi tubuh) dan secara medis (terapi obat dan prosedur transplantasi ginjal bila memang harus).
Beberapa risiko komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hepatitis E antara lain seperti infeksi HEV kronik, jaundice kolestatis, dan gagal hati akut [1].
Namun bila penanganan dini diterima oleh pasien dan perawatan medis ditempuh dengan baik, risiko komplikasi dapat diminimalisir.
Penularan hepatitis E dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan selain berkonsultasi dengan dokter mengenai cara mendapatkan vaksinasinya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko tertular infeksi antara lain adalah [5,10] :
Tinjauan Mendapatkan vaksinasi adalah pencegahan hepatitis pada umumnya, namun untuk hepatitis E, konsultasikan detail dengan dokter. Selain itu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan, menghindari wilayah endemik, serta menjaga pola makan adalah upaya pencegahan hepatitis E lainnya.
1. Sana Waqar; Bashar Sharma; & Janak Koirala. Hepatitis E. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Anonim. Situasi dan Analisis Hepatitis. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2014.
3. Glynn W. Webb & Harry R. Dalton. Hepatitis E: an underestimated emerging threat. Therapeutic Advances in Infectious Disease; 2019.
4. María Teresa Pérez-Gracia, Mario García, Beatriz Suay, & María Luisa Mateos-Lindemann. Current Knowledge on Hepatitis E. Journal of Clinical and Translational Hepatology; 2015.
5. Nassim Kamar, Harry R. Dalton, Florence Abravanel, & Jacques Izopet. Hepatitis E Virus Infection. Clinical Microbiology Reviews; 2014.
6. Shalimar & Subrat K. Acharya. Hepatitis E and Acute Liver Failure in Pregnancy. Journal of Clinical and Experimental Hepatology; 2013.
7. Vincent C. Kuo, MD. Hepatitis E infection. Baylor University Medical Center Proceedings; 2012.
8. Nassim Kamar, Sébastien Lhomme, Florence Abravanel, Olivier Marion, Jean-Marie Peron, Laurent Alric, & Jacques Izopet. Treatment of HEV Infection in Patients with a Solid-Organ Transplant and Chronic Hepatitis. Viruses; 2016.
9. Iris Wai Sum Li & Kenneth Siu Ho Chok. Acute hepatitis E virus infection causing acute liver failure requiring living-donor liver transplantation in a non-pregnant immunocompetent woman. Transplant Infectious Disease; 2017.
10. Ranil Appuhamy, Cameron Moffatt,b Stephanie Davis, Paul Kelly, & Karina Kennedye. Hepatitis E in a food handler – a rapid risk assessment to guide the public health response. Western Pacific Surveillance and Response Journal; 2014.