Daftar isi
Fungsi Transplantasi Hati
Transplantasi hati adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat hati yang tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya (gagal hati) dan menggantikannya dengan hati yang sehat dari donor yang telah meninggal atau sebagian dari hati yang sehat dari donor yang masih hidup.[1]
Hati merupakan organ internal terbesar dan menjalankan beberapa fungsi penting, seperti:[1]
- Memproses nutrisi, obat-obatan dan hormon
- Memproduksi empedu, yang membantu tubuh menyerap lemak, kolesterol, dan vitamin yang larut dalam lemak
- Membuat protein yang membantu pembekuan darah
- Menghilangkan bakteri dan racun dari darah
- Mencegah infeksi dan mengatur respon imun
Pasien yang Membutuhkan Transplantasi Hati
Dokter akan merekomendasikan transplantasi hati pada seseorang yang menderita penyakit hati stadium akhir (gagal hati kronis) yang kondisinya tidak dapat diatasi dengan pengobatan lainnya. Bukan hanya itu, seseorang dengan kanker hati juga merupakan kandidat yang tepat untuk prosedur ini.[1,2]
Gagal hati dapat terjadi dengan cepat atau dalam jangka waktu yang lama. Gagal hati yang terjadi dengan cepat, dalam hitungan minggu, disebut gagal hati akut. Gagal hati akut adalah kondisi yang biasanya terjadi karena komplikasi dari pengobatan tertentu.[1]
Meskipun transplantasi hati dapat mengobati gagal hati akut, transplantasi hati lebih sering digunakan untuk mengobati gagal hati kronis. Gagal hati kronis terjadi secara perlahan selama berbulan-bulan dan bertahun-tahun.[1]
Gagal hati kronis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Penyebab paling umum dari gagal hati kronis adalah jaringan parut pada hati (sirosis). Ketika terjadi sirosis, jaringan parut menggantikan jaringan hati yang normal sehingga menyebabkan hati tidak berfungsi dengan baik.[1]
Selain sirosis, ada juga penyakit lain yang dapat menyebabkan gagal hati kronis antara lain yaitu:[2]
- Nekrosis hati akut, terjadi ketika jaringan di hati mati. Kemungkinan penyebabnya adalah infeksi akut dan reaksi terhadap obat, obat-obatan, atau racun.
- Atresia bilier, penyakit hati dan saluran empedu yang jarang terjadi pada bayi baru lahir.
- Virus hepatitis
- Penyakit metabolik, yaitu gangguan yang mengubah aktivitas kimiawi dalam sel yang berada di hati.
- Kanker hati primer, yaitu tumor kanker yang dimulai di hati.
- Hepatitis autoimun, kemerahan atau pembengkakan (radang) hati. Terjadi ketikasistem kekebalan tubuh menyerang hati.
Dokter juga akan mempertimbangkan faktor lain saat menentukan apakah pasien memerlukan transplantasi hati. Seperti:[3]
- Keparahan kondisi pasien
- Kondisi medis lain yang dimiliki pasien
- Riwayat tuberkulosis dan infeksi kronis seperti HIV
- Kondisi fisik secara keseluruhan
- Kesehatan mental pasien
- Tingkat dukungan dari keluarga atau teman pasien
- Sebelum memberikan transplantasi hati, dokter akan mempertimbangkan apakah operasi tersebut akan berhasil dan memperpanjang hidup seseorang. Seseorang mungkin bukan kandidat transplantasi jika mereka memiliki kondisi kronis lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan transplantasi.
Syarat Pendonor Hati
Sementara syarat bagi seseorang yang masih hidup dan ingin mendonorkan hatinya adalah sebagai berikut:[4]
- Harus dalam kesehatan fisik dan mental yang baik
- Harus berusia antara 18 dan 60 tahun
- Harus memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang kurang dari 35
- Harus memiliki golongan darah yang cocok dengan penerima
- Harus bebas dari penyakit organ yang signifikan (misalnya penyakit jantung, penyakit ginjal, dll.), kanker, hepatitis, infeksi aktif atau kronis dan bebas penyalahgunaan zat aktif
Pendonor hati yang masih hidup juga mesti sadar mengenai risiko dari mendonorkan organ tubuhnya. Meskipun jarang, risiko yang mungkin terjadi bagi pendonor hati adalah:[5]
- Kebocoran empedu, risiko ini terjadi pada sebagian kecil donor hati-hidup dan paling sering sembuh dengan sendirinya. Dokter juga dapat membantu proses penyembuhan dengan menempatkan selang di hati.
- Infeksi, beberapa donor hati yang hidup mungkin mendapatkan infeksi di tempat operasi. Jika ini terjadi, tim medis akan mengawasi kondisi pasien pendonor untuk mengurangi masalah kesehatan.
- Kerusakan organ atau masalah lainnya, pendonor hati-hidup juga dapat menyebabkan kerusakan organ, komplikasi lebih lanjut, atau bahkan kematian dalam kasus yang sangat jarang terjadi.
Persiapan Transplantasi Hati
Ada beberapa persiapan yang perlu pasien lakukan sebelum menjalani prosedur transplantasi hati. Pertama, pasien harus melakukan beberapa tes kesehatan yang meliputi:[6]
- Tes darah
- Tes urine
- Pap smear untuk wanita
- Mammogram (pemeriksaan payudara dengan sinar X) untuk wanita di atas 40 tahun
- Kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) jika pasien berusia di atas 50 tahun
- Ekokardiogram (EKG) untuk memeriksa kesehatan jantung Anda
- Sinar-X atau pemindaian lainnya
Kedua, dokter akan menganjurkan hal-hal yang dilarang dan yang patut dilakukan sebelum prosedur, seperti:[6]
- Pasien dilarang mengonsumsi obat pengencer darah seperti ibuprofen atau aspirin dan bagi pasien wanita dilarang untuk mengonsumsi pil KB selama beberapa bulan sebelum prosedur karena dua hal tersebut dapat meningkatkan potensi pendarahan
- Pasien dilarang mengonsumsi suplemen, obat herbal maupun vitamin tanpa resep dokter karena dapat mengakibatkan kegagalan hati
- Pasien diharuskan untuk berhenti mengonsumsi alkohol karena dapat memperburuk kondisi hati
- Pasien dianjurkan untuk berhenti merokok 1 sampai 2 bulan sebelum prosedur karena nikotin dapat memperlambat proses penyembuhan
- Pasien diwajibkan untuk berolahraga dan mengonsumsi makanan yang sehat
- Bersihkan tubuh pasien dengan sabun antibakteri pada malam hari sebelum prosedur
- Berhenti mengonsumsi apapun kecuali cairan bening selama beberapa jam sebelum prosedur untuk menghindari rasa mual dan muntah selama dan setelah operasi
Prosedur Transplantasi Hati
Secara umum, rangkaian prosedur transplantasi hati meliputi:[1]
- Dokter akan memberikan anestesi umum sehingga selama prosedur pasien akan tertidur dan tidak merasakan apapun
- Kemudian, dokter akan membuat sayatan panjang di sekitar perut pasien untuk mengakses hati
- Selanjutnya dokter mengangkat hati yang sakit dan menempatkan hati donor di tubuh pasen. Lalu dokter akan menghubungkan pembuluh darah dan saluran empedu ke hati donor.
- Setelah hati baru pasien terpasang, dokte menggunakan jahitan dan staples untuk menutup sayatan bedah.
- Pembedahan bisa memakan waktu hingga 12 jam, tergantung situasi pasien
Setelah selesai prosedur, pasien kemudian dibawa ke unit perawatan intensif untuk memulai pemulihan. Perawat akan mengawasi detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan dan saturasi oksigen pasien. Bisanya, pasien perlu tinggal di rumah sakit 1 sampai 2 minggu.[2]
Selama di unit perawatan intensif, pasien akan dibantu dengan ventilator untuk bernafas. Mungkin tim medis akan sering mengambil sampel darah untuk memeriksa hati baru, ginjal, paru-paru, dan sistem peredaran darah.[2]
Tim medis mungkin akan memasang selang plastik tipis melalui hidung ke dalam perut untuk mengeluarkan udara yang pasien telan. Tabung akan dikeluarkan saat usus mulai bekerja normal kembali. Pasien tidak akan bisa makan atau minum sampai tabung dilepas.[2]
Setelah di rumah, pasien harus menjaga bekas operasi untuk tetap kering. Begitupula perban yang menutupinya. Pasien dilarang untuk mengemudi dan beraktivitas yang berat sebelum benar-benar pulih.[2]
Segera hubungi dokter jika pasien mengalami salah satu tanda infeksi berikut:[2]
- Demam
- Kemerahan, bengkak, atau perdarahan atau drainase lain dari lokasi sayatan
- Nyeri di area bedah
- Muntah atau diare
- Mengalami penyakit kuning (menguningnya kulit dan mata)
- Pendarahan
Risiko Transplantasi Hati
Beberapa risiko dari transplantasi hati yaitu:[2]
- Pendarahan
- Infeksi
- Pembuluh darah tersumbat ke hati baru
- Kebocoran empedu atau saluran empedu yang tersumbat
- Hati baru tidak bekerja dalam waktu singkat setelah operasi
Hati baru juga dapat ditolak sistem kekebalan tubuh. Penolakan adalah reaksi normal tubuh terhadap benda atau jaringan asing. Ketika hati baru ditransplantasikan ke dalam tubuh, sistem kekebalan mengira hal tersebut adalah ancaman dan menyerangnya.[2]
Peluang untuk melakukan transplantasi hati yang sukses dan kelangsungan hidup jangka panjang bergantung pada situasi kesehatan pasien.