Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kelenjar pituitari atau hipofisis adalah kelenjar kecil yang terletak di bawah otak. Kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan berbagai hormon yang berperan penting dalam regulasi tubuh seperti metabolisme,
Salah satu kelenjar yang ada di bagian bawah otak adalah kelenjar pituitari. Kelenjar ini memproduksi hormon endokrin yang berfungsi untuk mendukung proses pertumbuhan, metabolisme, dan fungsi seksual tubuh manusia. Jika kelenjar pituitari memproduksi terlalu banyak hormon tersebut, maka terjadilah hiperpituitarisme. [1,2,3,4]
Hiperpituitarisme dikenal juga dengan istilah akromegali atau gigantisme. Kondisi hiperpituitarisme ini harus segera ditangani dengan tepat, karena akan mempengaruhi beberapa fungsi tubuh. Jadi sangat penting untuk mengetahui terlebih dahulu apa gejala dari hiperpituitarisme. [1,2,3,4]
Daftar isi
Perubahan fisik tubuh pada penderita hiperpituitarisme terjadi secara perlahan-lahan. Oleh sebab itu, gejala hiperpituitarisme mungkin baru akan terlihat setelah beberapa tahun berlalu. mungkin baru akan terlihat setelah beberapa tahun berlalu. Biasanya, gejala yang muncul juga akan bergantung pada situasi yang berkembang pada penderita. [1,3,4]
Berikut ini beberapa gejala hiperpituitarisme yang akan ditunjukkan oleh penderitanya berdasarkan kondisi-kondisi yang terjadi:
Kelenjar pituitari yang mengeluarkan hormon berlebih dapat menyebabkan produksi hormon pertumbuhan yang berlebih. Sehingga terjadi kondisi gigantisme. Pada anak dan remaja, gigantisme ditunjukkan dengan pertumbuhan tiga kali lebih tinggi daripada anak di usia tersebut. [1,2,3,4]
Selain itu, penderita hiperpituitarisme yang mengalami kondisi gigantisme juga akan memiliki fisik yang lebih besar secara umum. Misalnya jari-jari tangan dan kaki juga lebih besar. Kulit penderitanya juga akan lebih kasar dan memiliki bau badan yang lebih kuat saat berkeringat. [1,4]
Berikutnya, penderita hiperpituitarisme juga dapat mengalami kondisi hipertiroid. Hal ini dipengaruhi oleh produksi berlebih kelenjar pituitari akan menstimulasi produksi berlebihan hormon tiroid juga. [2]
Sehingga gejala yang akan muncul pada penderita hiperpituitarisme yang mengalami kondisi hipertiroid adalah cemas berlebih, detak jantung tidak beraturan, dan kehilangan berat badan. Kondisi yang lebih lanjut dapat membuat pasien kehilangan kekuatan otot dan mudah lelah. [1,2]
Prolaktin yang diproduksi terlalu banyak pada penserita hipertiutarisme akan menyebabkan kondisi prolaktina. Akibatnya ada banyak fungsi reproduksi laki-laki dan perempuan yang bisa terganggu. [2]
Gangguan fungsi reproduksi tersebut kemudian menyebabkan gejala seperti payudara memproduksi ASI walau tidak sedang hamil, gangguan siklus menstruasi, disfungsi ereksi, dan kemandulan. Lebih parah dari itu, beberapa laki-laki juga mengalami produksi ASI karena masalah ini. [1,2]
Masalah lain yang dapat disebabkan oleh hiperpituitarisme adalah produksi kortisol yang makin banyak. Akibat dari kortisol yang terlalu banyak ini, penderita hiperpituitarisme juga akan mengalami Sindrom Cushing. [1,2]
Gejala yang dimiliki penderita dalam kondisi ini adalah peningkatan jumlah lemak di bagian atas tubuh. Selain itu, tubuh wanita akan memiliki rambut lebih banyak. Baik laki-laki atau perempuan juga akan mengalami masalah seperti mudah memar dan patah tulang. [1,2]
Penyebab umum hiperpituitarisme adalah tumor. Biasanya yang paling sering ditemukan adalah jenis tumor adenoma, bukan tumor ganas (kanker). [1,2,3,4]
Tumor inilah yang akan membesar dan menekan kelenjar pituitari. Tekanan tersebut akan menyebabkan produksi hormon yang dihasilkan menjadi berlebihan. [1,2,3,4]
Namun dalam beberapa kondisi, tekanan dari tumor dapat juga membuat produksi hormon menurun. Pada kondisi ini terjadilah hipotuitarisme. Pembentukan tumor pada kelenjar pituitari tidak dapat dipastikan penyebabnya. [1]
Namun berbagai kasus menunjukkan bahwa pembentukan tumor besar dipengaruhi oleh faktor keturunan. [1]
Kondisi hiperpituitarisme yang tidak ditangani dengan cepat dapat menimbulkan beberapa komplikasi kondisi. Komplikasi ini terjadi bergantung pada tingkat keparahan yang dialami dari efek kelebihan produksi hormon oleh kelenjar pituitari. [1]
Seperti yang sudah disebutkan dalam membedakan gejala hiperpituitarisme, komplikasinya adalah munculnya sindrom cushing, gigantisme, prolaktinoma, dan hipertiroid. Selain itu, komplikasi juga dapat terjadi setelah operasi dilakukan pada penderita. [1,4]
Beberapa komplikasi yang muncul setelah proses pengangkatan tumor antara lain adalah penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan masih banyak lagi masalah kesehatan yang berhubungan dengan hormon. Jadi penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter ketika mengalami gejalanya. [4]
Diagnosis hiperpituitarisme membutuhkan beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan oleh dokter. Pemeriksaan atau tes yang akan dilakukan ditentukan dari hasil diskusi dan tanya jawab (screening) yang dilakukan dokter sebelumnya. [1,2,4]
Jenis tes yang pertama tentunya adalah tes darah. Tes darah ini dilakukan untuk menemukan jumlah hormon dalam darah penderita. Jika ditemukan jumlah hormon yang tidak normal, dokter akan melakukan pemeriksaan CT Scan atau MRI untuk menemukan lokasi tumor berada. [1,2,4]
Selain itu, diagnosis lebih lanjut dibutuhkan untuk menemukan kondisi lebih spesifik pada pasien. Misalnya, dokter akan melakukan tes prolaktin untuk mendiagnosa prolaktinoma. [2]
Begitu juga dengan kasus gigantisme, maka dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menemukan jumlah hormon pertumbuhan dalam tubuh pasien. [2]
Hiperpituitarisme dapat diobati dengan beberapa pilihan pengobatan. Berikut ini penjelasan masing-masing teknik pengobatan yang ada:
Umumnya, pengobatan hiperpituitarisme dilakukan dengan mengangkat tumor melalui operasi. Operasi akan dilakukan di daerah antara bawah hidung dan atas mulut. [1,2,3,4]
Melalui bukaan di lokasi tersebut, dokter akan mengangkat tumor yang ada. Keberhasilan operasi ini lebih dari 80%, jadi pasien tidak perlu terlalu khawatir. [1,2,3,4]
Beberapa pasien hiperpituitarisme tidak dapat dioperasi karena berbagai alasan. Pilihan selain operasi ada radiasi. Radiasi ini dilakukan pada bagian sekitar tumor berada. [1,2,3,4]
Ada dua jenis radiasi yang dapat digunakan yaitu terapi radiasi konvensional dan terapi stereotaktis. Perbedaannya ada pada durasi sesi terapi yang dilakukan. [1,2,3,4]
Selain dengan melakukan operasi atau radiasi, pemberian obat-obatan juga dapat dilakukan pada penderita hiperpituitarisme yang belum terlalu parah. [1,2,3,4]
Obat-obatan yang diberikan akan membantu mengontrol produksi hormon. Khususnya untuk penderita komplikasi prlaktinoma dan gigantisme, pasti akan ada obat tambahan yang diberikan. [1,2,3,4]
Pencegahan agar hiperpituitarisme tidak terjadi adalah dengan memperhatikan apa pemicu dari munculnya tumor pada kelenjar.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penyebab tumor muncul banyak ditemukan adalah faktor genetik. Jadi lakukan pemeriksaan berkala untuk mengetahui kerja normal kelenjar tubuh. [1]
Selain itu, pencegahan agar hiperpituitarisme tidak terulang kembali juga dapat dilakukan dengan memperhatikan pola konsumsi. Diet rendah garam dan berbagai makanan lain yang mengandum sodium, sangat penting untuk diperhatikan. [3]
1. Diana Wells & Karen Gill, M.D. Hyperpituitarism. Healthline: 2018.
2. Cleveland Clinic Medical Professional. Pituitary Gland : Hyperpituitarism (Overactive Pituitary Gland). Cleveland Clinic: 2017.
3. Juliet Cohen. Hyperpituitarism - Definition, Causes, Symptoms And Treatment. Editorial Today: 2021.
4. Web MD Team & Michael W. Smith, MD. Acromegaly. Web MD: 2020.