Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Iatrophobia adalah bentuk ketakutan yang irasional terhadap dokter. Sebagian besar memang tidak menyukai berkunjung ke dokter, dan hal ini dapat menimbulkan kegelisahan. Namun untuk beberapa orang, kegelisahan
Daftar isi
Iatrophobia adalah jenis fobia spesifik di mana seseorang mengalami ketakutan berlebih dan irasional terhadap dokter [1].
Ketakutan terhadap dokter dan rumah sakit sepertinya bukan hal yang baru, namun iatrophobia merupakan jenis ketakutan yang irasional.
Apa perbedaan iatrophobia dan kecemasan normal?
Banyak orang mengalami rasa takut ketika sedang sakit dan mengharuskannya mengunjungi dokter.
Rasa cemas itu normal dan kerap dianggap biasa, lalu apa bedanya dengan kondisi iatrophobia?
Tidak mudah untuk mendeteksi iatrophobia karena normal untuk merasakan takut dan gugup ketika memeriksakan diri ke dokter.
Hanya dokter spesialis kesehatan mental berkualifikasi yang mampu menentukan apakah kondisi seseorang hanyalah takut biasa atau bagian dari suatu fobia.
Hanya saja, beberapa hal yang mampu menandakan bahwa seseorang memiliki iatrophobia adalah rasa takut yang lebih dari kecemasan normal [1,2,3,4].
Tinjauan Iatrophobia adalah ketakutan berlebih terhadap dokter di mana rasa takut yang dialami penderita berbeda dari ketakutan dan kecemasan normal karena bersifat persisten dan cenderung irasional.
Rata-rata kasus iatrophobia terjadi pada masa anak-anak dan justru sangat jarang bermula ketika seseorang telah berusia dewasa.
Umumnya, beberapa faktor berikut ini yang menyebabkan seseorang berpeluang meningkatkan risiko iatrophobia [1] :
Tinjauan Berbagai faktor mampu meningkatkan risiko iatrophobia pada diri seseorang, seperti terpengaruh oleh film atau berita medis yang menunjukkan adegan-adegan seram, masalah dengan aturan dan larangan dokter, hingga takut disuntik.
Ketika mengalami fobia spesifik, seperti halnya iatrophobia, penderita akan mengalami tiga jenis gejala.
Gejala fisik, gejala emosional, dan gejala dalam bentuk perilaku berikut menandakan bahwa seseorang tengah mengalami iatrophobia [1,2,3,4] :
Iatrophobia juga berhubungan dengan kondisi dentophobia, yaitu fobia spesifik di mana seseorang mengalami takut berlebih terhadap dokter gigi [1,5,6].
Ada beberapa penderita yang mengalami kedua kondisi di saat yang sama, namun ada pula yang mengalami hanya satu kondisi saja.
Apa itu white coat hypertension?
White coat hypertension diketahui merupakan sebuah fenomena yang telah dianalisa dan didokumentasikan oleh sejumlah peneliti [1,9].
Kondisi white coat hypertension terjadi pada seseorang saat merasa takut, stres dan cemas berlebih terutama sewaktu melihat atau bertemu dengan dokter [1,9].
Sebelumnya, kadar tekanan darah akan baik dan normal-normal saja, namun ketika akan atau sedang berhadapan dengan dokter, tekanan darah akan melonjak [1].
Apa itu dentophobia, nosophobia dan hypochondriasis?
Dentophobia adalah suatu jenis fobia spesifik di mana seseorang mengalami takut, cemas dan panik berlebih terhadap dokter gigi [5,6].
Nosophobia merupakan sebuah fobia spesifik di mana seseorang begitu takut terhadap penyakit atau takut menjadi sakit di mana ketakutan ini bersifat irasional [7,8].
Hypochondriasis adalah jenis kondisi di mana seseorang mengalami gangguan kecemasan penyakit, istilah lama untuk menyebut nosophobia [8].
Ketiga kondisi tersebut umumnya dialami oleh penderita iatrophobia sebagai gejala maupun sebagai kondisi lain yang menyertai karena berkaitan.
Tinjauan Gejala yang ditimbulkan oleh iatrophobia meliputi gejala fisik, mental dan perilaku. Penderita biasanya akan merasa takut, cemas dan panik berlebihan saat akan maupun sedang bertemu dengan dokter. Penderita dapat merasakan tubuhnya gemetaran, sulit bicara, hingga mual. Penderita juga akan terus menghindari pertemuan dengan dokter.
Pemeriksaan pada kasus iatrophobia lebih sulit dilakukan karena pasien menjadi takut berlebih ketika harus bertemu dengan dokter [1].
Biasanya penderita gejala iatrophobia menolak untuk mengunjungi dokter karena rasa takut yang menghantui mereka sehingga menyulitkan bagi mereka dalam memperoleh penanganan sesegera mungkin.
Namun pada beberapa kasus, penderita dapat tetap memeriksakan diri ke dokter setelah melakukan pernapasan dalam-dalam sebagai cara menenangkan diri [1].
Para pasien diingatkan kembali bahwa mengunjungi dokter adalah salah satu cara untuk menolong kondisi yang mereka alami.
Rasa cemas, takut dan panik pasti timbul, namun hanya bersifat sementara di mana dokter nantilah yang akan mencoba meredakannya.
Bagaimana pun juga, tetap penting bagi penderita gejala iatrophobia untuk ke dokter dan memeriksakan diri supaya kondisi tidak menjadi semakin buruk.
Dokter spesialis kesehatan mental umumnya menggunakan kriteria diagnostik DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual 5th Edition) sebagai panduan utama dalam menghasilkan diagnosa yang akurat [1,3,10].
Bila pasien memenuhi kriteria diagnostik seperti berikut, maka dipastikan bahwa pasien memang menderita iatrophobia [1,10].
Tinjauan Untuk diagnosa iatrophobia, dokter ahli kesehatan mental biasanya menggunakan panduan kriteria diagnostik DSM-5.
Dibandingkan dengan fobia spesifik lainnya, iatrophobia adalah jenis fobia yang lebih sulit untuk diatasi karena rasa takut terhadap dokter.
Karena ketakutan berlebih terhadap dokter ini, penderita gejala iatrophobia menjadi tak mudah untuk ditangani dengan kombinasi terapi dan obat-obatan.
Bahkan untuk membujuk penderita menemui dokter saja akan sangat sulit.
Namun ketika sudah berhasil ke dokter, biasanya beberapa metode penanganan yang dapat dijalani oleh penderita antara lain :
Seperti penanganan fobia pada umumnya, terapi perilaku kognitif adalah jenis psikoterapi yang dapat ditempuh oleh pasien untuk menangani gejala-gejala yang dialami [1,2,11].
Melalui terapi ini, terapis akan membantu pasien mengidentifikasi akar ketakutan pasien dan mencoba memperbaiki pola pikir, reaksi dan keyakinan negatif pasien mengenai dokter [1,11].
Ketika berhasil diubah, gejala-gejala yang selama ini membuat pasien menderita diharapkan mereda dan hilang.
Hipnosis merupakan tindakan praktek psikologis yang kerap diterapkan kepada seseorang yang mengalami suatu kondisi, termasuk kondisi gangguan mental [1,2,12].
Selama prosedur, pasien fobia spesifik akan disugesti dan diinduksi agar lebih tenang [12].
Pikiran pasien akan menjadi lebih rileks namun fokus, dan di saat itulah terapis dapat memberikan berbagai sugesti sesuai tujuan terapi.
Bila pasien menjalani terapi ini untuk menghilangkan rasa takut irasional terhadap dokter, maka hipnosis akan membantu pasien dalam mencapai hal ini.
Hipnosis diharapkan menjadi sebuah metode efektif dalam mengubah pikiran dan perilaku negatif pasien karena ketakutan berlebih terhadap dokter [1,12].
Biasanya penderita fobia spesifik diberi resep antidepresan oleh dokter sebagai penenang [4,13].
Obat ini efektif dalam membantu pasien menangani gejala-gejala yang berhubungan dengan gangguan cemas dan panik.
Selain metode terapi dan pengobatan di atas, penderita fobia spesifik sangat penting untuk mengubah pola hidupnya menjadi lebih sehat.
Pola hidup sehat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosional selain terhadap fisik.
Melakukan olahraga rutin seminggu setidaknya 3 kali saja sudah sangat membantu dalam menjaga kesehatan fisik dan mental [14].
Selain itu, penderita juga dianjurkan melakukan Yoga dan meditasi agar tetap dapat tenang ketika menghadapi sumber ketakutan sekalipun [15].
Mengurangi kafein juga sangat disarankan karena kafein dapat berpengaruh pada lonjakan tekanan darah, lebih cepatnya detak jantung, serta meningkatnya kecemasan [16].
Tinjauan Penanganan iatrophobia meliputi terapi perilaku kognitif, hipnosis, obat-obatan, serta perubahan pola hidup menjadi lebih sehat.
Kondisi iatrophobia yang dibiarkan tanpa penanganan hanya akan memperburuk gejala.
Terus-menerus menghindari sumber ketakutan, dalam hal ini adalah dokter, hanya akan membuat gejala semakin serius.
Seseorang penderita iatrophobia bahkan berkemungkinan mengalami penyakit yang tak tertangani dan bisa berakibat fatal karena enggan ke dokter.
Tinjauan Risiko komplikasi yang paling buruk adalah gejala penyakit yang selama ini diderita pasien akan semakin serius dan dapat berakibat fatal karena takut pergi ke dokter untuk memeriksakan diri.
Sulit untuk mencegah iatrophobia karena penyebab pastinya tidak begitu jelas.
Namun untuk meminimalisir risiko komplikasinya, penderita gejala perlu memeriksakan diri secara dini dan segera memperoleh penanganan yang sesuai.
Selain itu, untuk meminimalisir iatrophobia dan jenis fobia spesifik lainnya, menjalani pola hidup sehat dapat dilakukan agar kondisi mental, fisik, serta emosional tetap baik dan stabil.
Tinjauan Tidak ada cara pasti dalam mencegah iatrophobia, namun untuk meminimalisir risiko komplikasinya, pasien dapat memeriksakan diri dan memperoleh penanganan segera.
1. Jacob Olesen. Fear of Doctors Phobia – Iatrophobia. Fearof; 2015.
2. Chandan K. Samra & Sara Abdijadid. Specific Phobia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
3. William W Eaton, O Joseph Bienvenu, & Beyon Miloyan. Specific phobias. HHS Public Access; 2020.
4. René Garcia. Neurobiology of fear and specific phobias. Learning Memory; 2017.
5. Nikka Celeste. Dentophobia: Why Are We Afraid of the Dentist?. Psychreg; 2020.
6. Laura Beaton, Ruth Freeman, & Gerry Humphris. Why Are People Afraid of the Dentist? Observations and Explanations. Medical Principles and Practice; 2014.
7. Jacob Olesen. Fear of Illness or Disease Phobia – Nosophobia or Hypochondriasis. FearOf; 2015.
8. Cleveland Clinic medical professional. Illness Anxiety Disorder: Beyond Hypochondriasis. Cleveland Clinic; 2015.
9. Kathleen M Dillon, Jason D Seacat, Cory D Saucier, & Courtney J Doyle-Campbell. Could Blood Pressure Phobia Go Beyond the White Coat Effect?. American Journal of Hypertension; 2015.
10. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM–5). Fifth edition. Arlington, Va.: American Psychiatric Association; 2013.
11. Barry D Wright, Cindy Cooper, Alexander J Scott, Lucy Tindall, Shehzad Ali, Penny Bee, Katie Biggs, Trilby Breckman, Thompson E Davis III, Lina Gega, Rebecca Julie Hargate, Ellen Lee, Karina Lovell, David Marshall, Dean McMillan, M Dawn Teare, & Jonathan Wilson. Clinical and cost-effectiveness of one-session treatment (OST) versus multisession cognitive–behavioural therapy (CBT) for specific phobias in children: protocol for a non-inferiority randomised controlled trial. British Medical Journal Open; 2018.
12. Joseph A Hirsch. Integrating Hypnosis with Other Therapies for Treating Specific Phobias: A Case Series. The American Journal of Clinical Hypnosis; 2018.
13. Frank J. Farach, Larry D. Pruitt, Janie J. Jun, Alissa B. Jerud, Lori A. Zoellner, & Peter P. Roy-Byrne. Pharmacological treatment of anxiety disorders: Current treatments and future directions. HHS Public Access; 2013.
14. Elizabeth Aylett, Nicola Small, & Peter Bower. Exercise in the treatment of clinical anxiety in general practice – a systematic review and meta-analysis. BioMed Central Health Services Research; 2018
15. Josefien J. F. Breedvelt, Yagmur Amanvermez, Mathias Harrer, Eirini Karyotaki, Simon Gilbody, Claudi L. H. Bockting, Pim Cuijpers, & David D. Ebert. The Effects of Meditation, Yoga, and Mindfulness on Depression, Anxiety, and Stress in Tertiary Education Students: A Meta-Analysis. Frontiers in Psychiatry; 2019.
16. Gareth Richards & Andrew Smith. Caffeine consumption and self-assessed stress, anxiety, and depression in secondary school children. Journal of Psychopharmacology; 2015.