Kondisi setiap penderita stroke dapat berbeda-beda bergantung jenis stroke, bagian tubuh yang terdampak, serta tingkat keparahan gejala[1].
Beberapa penderita stroke dapat langsung diperbolehkan pulang setelah dirawat di rumah sakit. Sedangkan ada pula penderita stroke yang perlu menjalani rehabilitasi di rumah sakit sebelum dipulangkan[1].
Setelah diperbolehkan pulang, penderita stroke perlu melanjutkan program pemulihan di rumah. Untuk mendukung proses pemulihan, otak memerlukan stimulasi konstan, yang mana dapat dilakukan dengan terapi stroke[2].
Berikut beberapa jenis terapi untuk penyakit stroke yang dapat dilakukan di rumah:
Daftar isi
Gangguan kemampuan komunikasi merupakan salah satu gejala yang biasa dialami penderita stroke. Adanya gangguan komunikasi dapat menjadi rintangan penting yang perlu diatasi setelah serangan stroke[1].
Saat mengalami kesulitan untuk berbicara, memahami perkataan orang lain, atau berbicara dengan tidak jelas, penderita stroke dapat kesulitan mengkomunikasikan apa yang dibutuhkan pada orang yang merawat[1].
Kesulitan berkomunikasi dapat menyebabkan frustasi karena tidak bisa berbicara secara lancar seperti sebelumnya. Pendamping atau perawat hendaknya membantu penderita stroke tetap tenang dan menghindari berkembangnya kecemasan[2].
Jika sulit mengkomunikasikan dengan bicara, penderita stroke dapat dianjurkan menggunakan bahasa isyarat atau menggambarkan apa yang hendak disampaikan. Jika memungkinkan penderita stroke dapat menulis atau mengetik untuk berkomunikasi[2].
Terapi bicara dapat membantu meningkatkan kemampuan bicara penderita stroke. Penderita dianjurkan untuk sering mendengarkan perkataan dan suara[3].
Pemulihan kemampuan bicara hendaknya dilakukan secara bertahap. Pertama-tama, penderita stroke sebaiknya belajar untuk melafalkan masing-masing suara dan suku kata. Kemudian dilanjutkan melafalkan kata dan kalimat[3].
Selain itu, penderita stroke dapat melakukan beberapa latihan berikut untuk meningkatkan kemampuan otot wajah[3]:
Lebih dari 90% penderita stroke mengalami kelumpuhan atau paresis (kelemahan otot) pada berbagai bagian tubuh. Pemulihan fungsi motorik termasuk salah satu tujuan utama rehabilitasi, yang mana dapat dilakukan melalui terapi fisik[3, 4].
Terapi fisik dapat meningkatkan fungsi motorik dengan membantu pemulihan otot dan fungsi saraf[3].
Dokter akan memberikan informasi mengenai jenis terapi fisik yang dianjurkan untuk dijalani penderita stroke sepulang dari rumah sakit. Terapi fisik dapat berupa latihan berdampak ringan seperti jalan-jalan sebentar untuk membantu memperlancar aliran darah[2].
Pelatihan fisik di rumah dapat meliputi beberapa komponen berikut[4]:
Dokter atau terapis akan memberikan saran mengenai cara melatih kemampuan berjalan setelah stroke serta memutuskan alat bantu yang benar untuk digunakan.
Penderita stroke dapat memerlukan latihan cara berjalan spesifik. Langkah tinggi, melangkah ke samping, dan langkah mundur dapat dilakukan untuk melatih bergerak ke berbagai arah. Selain itu, penderita stroke dapat memerlukan pelatihan koordinasi tungkai bagian bawah.
Latihan berjalan dapat meliputi latihan menaiki dan menuruni tangga. Jika salah satu kaki lebih lemah atau terdampak oleh stroke, maka penderita perlu mengganti cara berjalan di tangga. Secara umum, peraturan utamanya ialah menggunakan kaki yang kuat lebih dulu saat menaiki tangga dan menggunakan kaki yang lemah dulu saat menuruni tangga.
American Stroke Association (ASA) menganjurkan untuk melakukan latihan mobilitas yang intensif dan berulang bagi orang yang mengalami batasan gaya berjalan setelah stroke. Selain itu, ASA menganjurkan penggunaan orthosis pergelangan kaki setelah stroke untuk orang-orang dengan gangguan cara berjalan yang dapat diobati.
Stroke dapat menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk bergerak di sekitar tempat tidur. Untuk meningkatkan mobilitas, penderita stroke dapat latihan seperti berguling, berlari cepat, atau bangun untuk duduk.
Gerakan bridge dan angkat kaki lurus dapat membantu meningkatkan kekuatan pinggul. Latihan rentang gerak ekstremitas atas dapat membantu penderita untuk menggunakan pundak dengan lebih efektif untuk bergerak di tempat tidur.
Stroke dapat mengakibatkan spasme otot, kelemahan, atau berkurangnya koordinasi dapat membuat penderita stroke mengalami kesulitan untuk berpindah posisi duduk.
Jenis latihan berpindah duduk dapat meliputi:
Latihan gerak hendaknya menjadi komponen utama latihan fisik di rumah setelah stroke. Gerakan dalam latihan dapat membantu meningkatkan rentang gerak, kekuatan, koordinasi, dan keseimbangan[4].
Penderita stroke perlu menyesuaikan latihan yang dilakukan dengan tingkat kemampuan. Penderita stroke dengan kelumpuhan memerlukan teknik yang berbeda dari penderita stroke yang dapat bergerak[2].
Untuk penderita stroke yang tidak dapat menggerakkan bagian tubuh tertentu, dapat melakukan latihan pasif, yaitu dengan membantu bagian tubuh yang terdampak stroke melalui gerakan. Latihan pasif membantu pemulihan dengan menstimulasi neuroplastisitas. Olahraga pasif dapat dilakukan dengan sisi tubuh lain atau dengan bantuan perawat[2].
Penderita stroke yang dapat menggerakkan tubuh dan bertekad untuk meningkatkan, dapat melakukan latihan aktif, yaitu melakukan gerak latihan tanpa bantuan[2].
Berikut beberapa latihan yang umum dilakukan di rumah untuk orang yang terkena stroke[2, 4]:
Gerakan ini meningkatkan kekuatan dan fungsi pinggul. Gerakan ini dilakukan dengan berbaring telentang, kemudian secara perlahan angkat satu kaki ke atas, hingga berjarak sekitar 30 cm dari tempat tidur. Pertahankan posisi selama beberapa detik kemudian turunkan dengan perlahan. Ulangi hingga 10 kali.
Bridges dapat meningkatkan kekuatan panggul dan mobilitas di tempat tidur. Untuk melakukan gerak bridge, pertama-tama penderita stroke berbaring telentang dan menekuk kedua lutut dengan telapak kaki mendatar pada tempat tidur. Angkat dan naikkan pantat hingga sekitar 15 cm, kemudian turunkan secara perlahan. Ulangi hingga 10 kali.
Gerakan ini dapat membantu menjaga aliran darah dari kaki ke jantung. Gerakan pompa pergelangan kaki dilakukan dengan berbaring di tempat tidur dan lakukan gerakan seperti memompa pada pergelangan kaki naik-turun sekitar 15 kali. Gerakan pompa pergelangan kaki juga dapat dilakukan dengan posisi duduk.
Untuk melakukan gerakan ini, pertama-tama penderita stroke duduk tegak di kursi. Kemudian memanjangkan kaki kiri hingga paralel terhadap lantai. Hindari mengunci lutut. Selanjutnya turunkan kembali kaki secara perlahan. Lakukan gerakan dengan kaki kanan. Ulangi hingga 20 kali secara bergantian antara kaki kanan dan kiri.
Untuk melakukan seated marching, penderita stroke duduk di kursi kemudian angkat kaki yang terdampak stroke hingga mencapai dada. Turunkan kembali kaki ke lantai secara perlahan. Ulangi dengan kaki yang lain. Lakukan gerakan secara bergantian antara kaki kanan dan kiri hingga 10 kali ulangan.
Penderita stroke yang mengalami foot drop (kesulitan dengan dorsofleksi) dapat terbantu dengan melakukan latihan ini. Mulailah dengan kaki yang terdampak stroke diletakkan bersilang di atas kaki satunya. Kemudian, lenturkan telapak kaki kembali ke arah tulang betis (gerakan ini disebut dorsofleksi). Jika kesulitan melakukan dorsofleksi, dapat digunakan tangan untuk membantu telapak kaki melakukan gerakan.
Olahraga ini dapat membantu penderita stroke pada semua tingkat gangguan. Mulailah dengan posisi duduk, tempatkan tangan kanan pada bagian luar paha kiri. Kemudian dengan punggung tetap tegak, gunakan lengan untuk memutar tubuh secara perlahan ke arah kiri.
Fokuskan untuk mengawali gerakan dari bagian pusat tubuh, bukan lengan. Hindari memutar tubuh hingga terasa sakit. Gerakan memutar sebaiknya dilakukan perlahan kemudian kembali pada posisi tegak lurus. Ulangi hingga 15 kali.
Latihan ini dilakukan dengan berdiri berpegangan pada benda stabil, misalnya meja dapur. Kemudian angkat sebelah kaki dan pertahankan posisi selama 10 detik. Ulangi gerakan pada kaki satunya.
Stroke sering menyebabkan bahu menjadi kaki atau lemah. Latihan rentang gerak ekstremitas atas bertujuan untuk meningkatkan mobilitas lengan. Latihan ini dilakukan dengan berbaring telentang di tempat tidur kemudian genggam tanganmu bersama-sama. Rentangkan kedua lengan memanjang ke atas kepala sejauh mungkin. Turunkan kembali secara perlahan dan ulangi hingga 10-15 kali.
Kaitkan jari-jari untuk memegang sebuah botol air minum menggunakan kedua tangan. Selanjutnya mulai lakukan gerakan memutar di atas permukaan meja. Dapat digunakan lengan yang tidak terdampak stroke untuk mengarahkan gerakan. Lakukan hingga 10 gerakan melingkar perlahan.
Gerakan ini dimulai dengan menempatkan siku tangan pada meja, dengan lengan menekuk 90 derajat. Tekuk lengan ke atas sedikit kemudian turunkan kembali ke posisi semula. Ulangi perlahan hingga 10 kali.
Untuk penderita stroke dengan jari menekuk atau tangan mengepal, mulailah dengan meregangkan tangan di atas paha atau bola latihan hingga membuka. Latihan ini membantu mencegah kontraktur dan menstimulasi otak. Latihan dapat diulang beberapa kali sepanjang hari.
Pegang botol air dengan tangan yang terdampak stroke dan gunakan tangan yang tidak terdampak untuk menyokong. Biarkan pergelangan tangan meregang kemudian tekuk ke atas. Ulangi sebanyak 10 kali.
Stroke dapat mengakibatkan penderitanya kehilangan keterampilan untuk bekerja, menavigasi kehidupan modern, bahkan tidak dapat mengenali orang-orang[3].
Penderita stroke dapat membuat latihan yang disesuaikan untuk memperkuat kemampuan berpikir dan mengingat. Misalnya, membuat daftar belanjaan lalu menghafalkannya[2].
Jika mengalami kesulitan untuk mengingat item, gunakan gambar atau kata yang terdengar sama untuk membantu. Cara tersebut dapat membantu meningkatkan kemampuan mengingat sebab otak menyimpan informasi berdasarkan keterkaitan[2].
Melakukan latihan selama pemulihan stroke dengan mengingat kata, angka, dan benda digambarkan sebagai gambar dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif[3].
Keterampilan untuk merawat diri seperti berganti baju, mandi, dan makan sendiri penting untuk dilatih kembali untuk memulihkan kemandirian penderita stroke. Terapi okupasi dapat membantu penderita stroke untuk mempelajari kembali praktek yang penting untuk penderita. Biasanya selama terapi, diperlukan beberapa bantuan akomodasi dan penyesuaian[2].
Mengatasi masalah mental dan trauma emosional yang diakibatkan stroke juga merupakan bagian dari proses pemulihan. Beberapa penderita mengalami kesulitan karena takut terjadi stroke berulang. Ada pula penderita yang lebih rentan terhadap depresi dan perasaan terisolasi, terutama jika keterampilan berbahasa terganggu[2].
Berikut beberapa dukungan emosional yang dapat diberikan untuk penderita stroke[5]:
1. Anonim. Stroke Therapy at Home. Read and Spell; 2021.
2. Anonim, reviewed by David M. Holt. Stroke Exercises for the Full-Body: How to Recover Mobility at Home. Flint Rehab; 2020.
3. Anonim. Best Exercises After a Stroke. All American Home Care; 2021.
4. Brett Sears, PT, reviewed by Huma Sheikh, MD. Physical Therapy at Home After Stroke. Very Well Health; 2021.
5. June Lee. Psychological Care and Support for Caregivers of Stroke Victims. Neofect; 2018.