Tinjauan Medis : dr. Shinta Pradyasti
Leukoedema adalah lesi jinak berwarna putih keabuan pada mukosa mulut. Pada umumnya leukoedema tidak menunjukkan gejala dan tidak bersifat ganas, namun etiologi masih tidak diketahui secara pasti. Leukoedema
Leukoedema merupakan salah satu variasi mukosa yang sudah diketahui sejak tahun 1953. Prevalensi leukoedema ini sangat bervariasi dari 0.96%-58% tergantung dari daerah dan ras.
Prevalensi tertinggi ditemukan pada daerah Afrika-Amerika, sedangkan 2.2% keluhan leukoedema ditemukan pada daerah Asia. [1] [2]
Daftar isi
Leukoedema adalah variasi mukosa pada rongga mulut yang terlihat sebagai lesi berlipat dengan warna putih opak keabuan.
Pada umumnya lesi yang disebabkan leukoedema muncul pada daerah bibir dan buccal atau daerah bagian dalam pipi. Leukoedema dianggap sebagai hal yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan medis khusus. [3]
Berikut ini beberapa fakta mengenai leukoedema:
Studi literatur menyebutkan bahwa prevalensi leukoedema pada pasien berkulit hitam adalah 90%. Hal ini disebabkan oleh warna kontras pada bagian rongga mulut pasien yang dapat dilihat lebih jelas dibandingkan pasien berkulit putih. [4]
Leukoedema yang dapat terjadi pada semua usia baik pada bayi, balita, dan orang dewasa. Penelitian sebelumnya melaporkan kasus leukoedema pada pasien berumur dua tahun. [2] Namun, puncak kasus terbanyak terdapat pada orang dewasa dengan umur bekisar 41-45 tahun. [1]
Penyakit leukoplakia memiliki ciri yang agak sama dengan leukoedema, dimana terdapat lesi berwarna putih pada mukosa rongga mulut. Namun, struktur lesi pada leukoedema berlipat dan warna keputihan pada leukoedema terlihat menghilang saat diregangkan. Pada penyakit leukoplakia lesi berbentuk bulat dan seragam. [5]
Pada awalnya leukoedema dicurigai menjadi salah satu lesi pemicu kanker. Namun, penelitian terakhir membuktikan bahwa gejala leukoedema tidak memiliki potensi terhadap kanker. [6]
Keluhan leukoedema umumnya muncul sebagai akibat dari kurangnya lapisan mukosa pada rongga mulut. Pada umumnya, leukoedema disebabkan oleh deskuamasi/pengikisan pada sel epitel dan keranosit.
Pengikisan tersebut berdampak pada permeabilitas sel dan kemampuan sel dalam menyerap cairan. Hal ini berakibat pada pembengkakan dan akumulasi cairan pada keratinosit sehingga membran mukosa mengkerut dan berlipat. [1] [4]
Gangguan pigmentasi pada jaringan epitelium kemudian menyebabkan warna jaringan yang lebih putih hingga berwarna keabuan. Tingkat keparahan leukoedema tergantung dari seberapa banyak gangguan pada sel epitel. [1] [6]
Penelitian oleh Sandstead and Lowe melakukan klasifikasi tingkat keparahan leukoedema dengan ciri sebagai berikut: [10]
Penyebab leukoedema pada dasarnya belum banyak diketahui, namun beberapa penelitian menyebutkan relasi leukoedema dengan beberapa penyebab seperti:
Iritasi pada Mukosa Mulut
Iritasi pada rongga mulut dapat mempengaruhi mukosa pada mulut. Iritasi tersebut dapat disebabkan oleh kebiasaan berikut: [5] [7] [8]
Maloklusi merupakan kondisi yang tidak sempurna dimana gigi rahang atas dan bawah tidak dapat menutup secara sempurna saat rahang dikatupkan.
Maloklusi dapat terjadi akibat kebiasaan anak-anak yang sering menghisap saat kecil sehingga merubah model rahang dan gaya tumbuh gigi.
Pada umumnya pengidap leukoedema akan menemukan lesi pada area dalam mulut seperti daerah pipi dan bibir. Saat area mulut diregangkan, warna keputihan pada lesi akan menghilang. [3]
Jika lesi tidak hilang atau menimbulkan rasa sakit pasien disarankan melakukan konsultasi dengan dokter untuk memastikan gangguan tersebut adalah leukoedema atau penyakit lainnya. [5]
Leukoedema umumnya tidak berbahaya dan tidak membutuhkan pengobatan khusus.
Namun, pada kondisi tertentu leukoedema yang awalnya muncul pada daerah buccal dapat menyebar ke area bibir, bawah lidah, dan faring.
Sayangnya kerap kali keluhan ini sulit dibedakan dengan leukoplakia, lichen planus, dan kanker mulut yang memiliki kemiripan lesi pada rongga mulut.
Oleh sebab itu, identifikasi dan diagnosis tetap diperlukan sebagai bentuk konfirmasi leukoedema pada pasien. [4]
Leukoedema terkadang sulit dibedakan dengan penyakit lesi lainnya di dalam mulut, umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan sebagai berikut:
Observasi Klinis
Umumnya dokter akan menanyakan riwayat hidup pasien, seperti kebiasaan merokok, penggunaan pasta gigi berbahan dasar SLS, mengunyah tembakau, dan mengisap.
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan pada daerah mulut pasien. Leukoedema umumnya dikarakterisasi dengan keberadaan jaringan lesi putih leukoedema masih bersifat elastis atau fleksibel yang disertai pembengkakan akibat inflamasi. [1] [11]
Teknik Sitologi Eksfoliatif (Pap Smear)
Ciri leukoedema agak sulit dibedakan dengan gejala kanker skuamosa. Teknik sitologi eksfoliatif, umumnya digunakan untuk mengobservasi kemungkinan adanya sel kanker ganas atau tidak. Prosedur metode pemeriksaan ini adalah sebagai berikut: [1] [11]
Pada dasarnya leukoedema merupakan variasi normal mulut sehingga tidak memperlukan perawatan khusus.
Jika gejala leukoedema yang muncul disebabkan oleh kebiasaan merokok dan iritasi bahan aktif pada pasta gigi, maka gejala tersebut dapat dikurangi dengan menghindari kebiasaan tersebut. [2] [5]
Beberapa penelitian menyebutkan perbaikan kebiasaan merokok, mengunyah tembakau, dan menggunakan pasta gigi yang tidak berbahan SLS dapat mengurangi leukoedema hingga menghilangkan gejala. [5] [8]
Pengobatan topikal menggunakan tretinoin disebutkan dapat mengurangi gejala dari leukoedema. [6]
Leukoedema juga dapat dicegah dengan menghindari kebiasaan merokok, mengganti pasta gigi yang mengandung SLS, dan menghindari kebiasaan mengisap. [2]
1. James Martin. 1992. Journal of the National Medical Association. Leukoedema: a review of the literature.
2. Andres Pinto DMD MPH FDS RCSEd, Christel M Haberland DDS MS, Sher Baker BDS DMD MS. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Pediatric Soft Tissue Oral Lesions.
3. Kriti Garg, Rohan Sachdev, Garima Singh, Vishal Mehrotra. 2018. Journal of Advanced Medical and Dental Sciences Research. Pediatric Oral Pigmented Lesions: A short Review.
4. Maryam Jessri, Hani Mawardi, Camile S. Farah, Sook-Bin Woo. 2017. White and Red Lesions of the Oral Mucosa.
5. Roberto Pinna, Fabio Cocco, Guglielmo Campus, Giulio Conti, Egle Milia, Andrea Sardella, Maria Grazia Cagetti. 2019. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Genetic and developmental disorders of the oral mucosa: epidemiology, molecular mechanisms: Fiagnostic criteria: management.
6. Vaidehei Narayan Nayak, H C Girish, Sanjay Murgod, R. Narahari, B N Yathindra Kumar. 2018. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Leukoedema of the buccal mucosa- A case report.
7. KA Kamala, S. Sankethguddad, Ajay G Nayak, Abhijeet R Sanade, SR AShwini Rani. 2019. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Prevalence of oromucosal lesions in relation to tobacco habit among a Western Maharashtra population.
8. James B. MacDonald MD, Courtney A Tobin MD, Nicole M Burkemper MD, M Yadira Hurley MD. 2016. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Mucosal Desquamation Caused by Toothpaste Containing Sodim Lauryl Sulfate.
9. Gail E. Schupak, Joseph Hung, Edward C. Mc Nulty. 2015. Science Direct. Esthetics and orthodontics.
10. Scott C Duncan MD, WP Daniel Su MD. 1980. Archives of Dermatology. Leukoedema of the oral mucosa.
11. June Woo Kim, Hee Jung Kim, Ji Yeoun Lee, Mi Kyeong Kim, Tae Young Yoon. 2006. Annals of Dermatology. Leukoedema of the Oral Mucosa.