Tindakan Medis

Operasi Fisura Anus: Jenis, Prosedur dan Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Gangguan pada anus bukanlah penyakit yang tidak umum atau sesuatu yang memalukan – bahkan, kebanyakan orang pernah mengalami setidaknya satu gangguan anus dalam hidupnya.

Banyak gangguan anus bisa terasa sangat nyeri tapi seringnya bukan kondisi yang serius. Tapi, jika terjadi pendarahan, maka harus diperiksakan ke dokter untuk memastikan ia tidak mengarah pada kelainan yang serius. [2]

Salah satu jenis kondisi ini adalah fisura anus, yang kadang perlu diobati melalui operasi.

Fungsi Operasi Fisura Anus

Fisura anus adalah robekan kecil di selaput lembab dan tipis yang melapisi anus. Kondisi ini bisa terjadi bila seseorang melepaskan kotoran yang keras atau besar saat buang air besar (BAB). Fisura anus biasanya menyebabkan nyeri dan pendarahan saat BAB, serta bisa juga mengakibatkan kejang di otot cincin di ujung anus (anal sphincter). [1]

Kondisi ini seringkali akan sembuh hanya dengan perawatan sederhana seperti meningkatkan asupan serat dan air untuk melembutkan kotoran, serta dibasuh air garam hangat. Dokter juga mungkin meresepkan krim atau salep untuk dioleskan. [1, 2, 3, 4]

Namun, jika BAB terus bermasalah dan kotoran tetap keras, maka fisura anal bisa terjadi berulang, bahkan memburuk. Jika perawatan di rumah tidak membantu, dokter mungkin akan menyarankan operasi sebagai pengobatannya.

Jenis-Jenis Operasi Fisura Anus

1. Injeksi Botulinum toxin (Botox)

Prosedur ini biasanya dilakukan di ruang bedah rumah sakit. Dokter akan menyarankan pasien mencoba cara ini dulu sebelum pembedahan yang lainnya.

Pasien akan diberi bius total, yang artinya tidak akan sadar selama prosedur berlangsung. Begitu pasien tertidur, dokter akan menyuntikkan Botox langsung ke otot sphincter bagian dalam. Tujuannya adalah untuk melemaskan otot ini supaya fisura bisa sembuh. [2, 3, 4]

Apakah prosedur ini efektif?

Sekitar tujuh dari sepuluh orang bisa sembuh setelah menjalani prosedur ini. Beberapa orang membutuhkan injeksi kedua sekitar tiga hingga empat bulan setelah yang pertama agar fisura-nya sembuh total. Namun, ada kemungkinan anal fisura terjadi kembali beberapa tahun setelah injeksi Botox dilakukan. [2]

Risiko yang mungkin terjadi

Ada beberapa efek samping dari prosedur ini. Sekitar satu dari 10 orang mengalami masalah mengendalikan buang angin selama beberapa waktu setelah injeksi Botox. Pada kasus yang sangat jarang, pasien juga bisa kesulitan mengontrol BAB-nya. Namun, masalah ini hanya berlangsung hingga efek injeksi Botox hilang, basanya setelah sekitar tiga bulan. [2]

Botox juga bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya, sehingga menyebabkan kelemahan otot dan kesulitan bernafas. Tapi, ini sangat jarang terjadi. Pasien harus segera menghubungi rumah sakit jika gejala-gejala ini muncul setelah prosedur. [2]

2. Fisurektomi

Dokter mungkin juga menyarankan pasien untuk melakukan fisurektomi bersamaan dengan injeksi Botox. Prosedur ini menyertakan pemotongan kulit yang rusak dari sekitar fisura anus, berikut juga gumpalan-gumpalan kulit yang berhubungan dengan fisura. [2, 3, 4]

3. Sphincterotomy

Ini adalah jenis operasi dimana otot sphincter di sekeliling anus akan dipotong untuk menghentikan ketegangan dan memberi waktu bagi fisura untuk sembuh. Dokter biasanya baru menyarankan prosedur ini setelah pengobatan lainnya tidak berhasil, termasuk Botox. [2, 3, 4]

Prosedur ini menggunakan bius total dan bisa dilakukan dengan dua cara:

  • Sphincterotomy terbuka. Dokter akan membuat sayatan kecil di kulit untuk sampai ke otot sphincter. Kemudian otot akan dipotong. Sayatan pada kulit akan dibiarkan terbuka hingga sembuh.
  • Sphincterotomy tertutup. Dokter akan memasukkan pisau dibawah kulit hingga sampai ke otot sphincter kemudian memotongnya.

Apakah prosedur ini efektif?

Sphincterotomy sangat efektif, sekitar 95 dari 100 orang yang menjalani prosedur ini sembut dari fisura anus.

Risiko yang mungkin terjadi

Meskipun prosedur ini jauh lebih efektif dibandingkat pengobatan fisura anus lainnya, namun memiliki beberapa risiko, termasuk: [2]

  • Kesulitan mengontrol BAB atau buang angin sesudahnya. Hingga 3 dari 10 orang mengalami masalah ini setelah menjalani sphincteroctomy dan akan hilang seiring waktu. Namun, kemungkinan hilangnya kontrol otot sphincter secara permanen pun ada.
  • Mengalami infeksi. Hal ini terjadi pada sekitar satu hingga dua dari 100 orang. Jika infeksi terjadi, maka akan muncul abses kecil di dekat luka sayatan. Abses ini menyebabkan rasa sakit ketika duduk atau BAB. Masalah ini bisa diobati dengan mengeringkan abses atau kadang-kadang dengan minum antibiotik.
  • Mengalami fistula ani, yaitu infeksi pada saluran antara saluran pembuangan dan kulit. Namun kasus ini sangat jarang terjadi (kurang dari 1 dari 100 orang) dan bisa diobati dengan pembedahan.

4. Advancement flap

Prosedur ini mengambil kulit yang seat dari lapisan anus kemudian digunakan untuk memperbaiki kulit yang rusak pada bagian fisura. Kulit yang sehat ini akan dipasang menggunakan jahitan. Prosedur ini jarang dilakukan, namun bisa bersamaan atau setelah sphincterotomy jika fisura masih belum sembuh juga. [2, 3, 4]

Prosedur ini juga bisa menjadi pilihan jika pasien memilki risiko tinggi untuk mengalami kesulitan mengendalikan BAB dan buang angin setelah pembedahan.

Memilih Prosedur yang Tepat serta Persiapan Operasi

Ketika pasien berkonsultasi untuk pertama kali dengan dokter mengenai keluhan fisura anus, dokter akan menyampaikan pilihan apa saja yang bisa diambil dan memastikan pasien memahami bagaimana masing-masing prosedur akan dijalankan.

Jika dokter merekomendasikan prosedur tertentu, maka akan didiskusikan bersama mengenai apa yang harus dipersiapkan, bagaimana operasi berjalan dan komplikasi apa saja yang mungkin terjadi.

Pada kesempatan ini, pasien harus paham betul seperti apa pembedahan yang akan dijalaninya. Jika setuju, dokter akan meminta pasien untuk menandatangani surat persetujuan. Setelah itu, pasien akan diberi arahan mengenai apa yang harus dipersiapkan sebelum operasi, termasuk puasa.

Perawatan Pasca Operasi

Operasi fisura anus biasanya tidak membutuhkan rawat inap. Ini artinya, pasien bisa pulang di hari yang sama setelah pelaksanaan prosedur. Pasien juga harus beristirahat hingga efek obat bius hilang. Perawat akan memberikan petunjuk mengenai bagaimana merawat luka bekas operasi sebelum pasien pulang, serta memberikan jadwal untuk pemeriksaan berikutnya. [4]

Kebanyakan pasien bisa kembali bekerja atau melakukan aktivitas harian beberapa hari setelah operasi. Pemulihan total baik setelah perawatan medis maupun pembedahan membutuhkan waktu sekitar 6 hingga 10 minggu.

Meskipun nyeri dan pendarahan sudah berkurang, pasien tetap harus menjaga kesehatan pencernaannya dengan makan makanan berserat. BAB yang terus menerus keras atau diare, luka, atau kejang pada otot anus bagian dalam bisa memperlambat pemulihan. [4]

Secara umum, yang perlu dilakukan setelah operasi fisura anus adalah: [4]

  • Dokter akan meresepkan obat pereda nyeri dan pencahar (untuk mencegah sembelit) setelah operasi.
  • Pasien harus minum banyak air putih dan makan makanan berserat tinggi untuk mencegah kembalinya lagi fisura anus. Makanan berserat tinggi termasuk buah, sayuran, sereal, dan roti gandum utuh.
  • Dokter juga mungkin akan menyarankan pasien minum suplemen serat.
  • Jika pasien menjalani sphincterotomy, maka luka akan dibiarkan terbuka hingga sembuh secara alami. Luka ini harus dijaga tetap bersih dan kering supaya cepat sembuh dan terhindar dari infeksi.

1) Breen E. 2018. Up to Date. Anal fissure: Clinical manifestations, diagnosis, prevention
2) Mrs Sara Badvie. 2020. British United Provident Association. Anal fissure procedures
3) CRSpecialists Team. 2017. Colon and Rectal Specialists. ANAL CONDITIONS
4) ASCRS Staff. 2020. The American Society of Colon and Rectal Surgeons. Anal Fissure

Share