Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Penghambat histone deacetylase adalah obat yang digunakan sebagai antikanker. Obat ini merupakan golongan obat keras dan tidak dijual bebas, sehingga penggunaannya harus berdasarkan instruksi dan resep
Kanker yang dimulai terhadap sel-sel pada sistem kekebalan yang disebut limfosit dalam melawan infeksi adalah limfoma. Limfosit terdapat pada kelenjar getah bening, timus sumsum tulang, limpa, dan bagian lain. Limfosit akan mengalami perubahan dan akan tumbuh diluar kendali, disaat menderita limfoma[1].
Limfoma di bagi menjadi dua jenis utama, yaitu limfoma Non-Hodgkin dan Hodgkin. Kebanyakan dari penderita limfoma memiliki limfoma jenis Non-Hodgkin. Kedua limfoma ini akan melibatkan berbagai jenis sel limfosit. Dan dari setiap jenis limfoma, tumbuh dnegan respons dan kecepatan yang berbeda terhadap pengobatan[1].
Daftar isi
Penghambat histone deacetylase (HDAC) merupakan sekelompok obat yang akan membuat enzim histone deactylase menjadi terhambat. Pada sekitaran histin, ekspresi gen DNA akan berliku-liku[2].
Histone acetylases, acetylate residu lisin dalam core histones dan histone deactylases dari residu akan menghilangkan gugus asetil. Dalam pengaturan untuk ekspresi gen, tindakan ini sangatlah penting[2].
Deaktilasi akan dicegah oleh penghambat histone deacetylase, yang akan mempengaruhi ekspresi gen juga akan menyebabkan apoptosis sel tumor. Penghambat histon deasetilase digunakan dalam pengobatan limfoma sel-T kulit[2].
Penghambat histone deacetylase (HDAC) akan membuat enzim histone deactylase menjadi terhambat, dan diberikan untuk[2]:
Tanda juga gejala yang didapat dari limfoma antara lain yaitu kelenjar getah bening yang mengalami pembengkakan pada leher atau selangkangan yang tidak menimbulkan rasa sakit, sesak napas, batuk, keringat di malam hari, demam, merasa kelelahan, penurunan dalam berat badan, dan gatal[1].
Jenis penyakit kanker langka yang dimulai pada sel darah putih disebut sel T (limfosit T) adalah Limfoma sel T kulit (CTCL). Sel-sel ini akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan kuman. Bagi seseorang yang menderita limfoma sel T kulit, sel T akan mengembangkan kelainan untuk menyerang kulit[11].
Kemerahan yang terjadi pada kulit, seperti ruam, bercak bulat yang menonjol atau kulit yang bersisik merupakan gejala atau tanda yang disebabkan oleh limfoma sel-T kulit. Jenis yang paling umum dari beberapa jenis limfoma sel T kulit yaitu mikosis fungoides[11].
Dan sindrom sezary merupakan jenis yang kurang umum. Mikosis fungoides akan berkembang dengan perlahan sementara lainnya akan lebih agresif. Limfoma sel T kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis limfoma yang disebut limfoma non-Hodgkin secara kolektif[11].
Mieloma multipel juga dikenal dengan penyakit kahler, yaitu penyakit sejenis kanker darah. Jenis sel darah putih atau sel plasma akan membuat antibodi untuk melawan infeksi pada tubuh. Seseorang yang memiliki mieloma multipel, akan membuat sel-sel tersebut berkembang biak dengan cara yang salah[6].
Keadaan seperti ini akan membuat sel tersebut akan membiarkan protein yang terlalu banyak ke dalam tulang juga darah. Sehingga menumpuk di dalam tubuh juga membuat organ menjadi rusak[6].
Dari tulang, sel plasma akan mengeluarkan sel darah, jugua akan mengirimkan bahan kimia yang dapat memicu sel lainnya untuk menggerogoti tulang. Lesi litik adalah area lemah yang tercipta pada tulang. Sel plasma akan keluar dari sumsum tulang dan menyebar saat mieloma multipel semakin memburuk. Hal ini akan membuat banyak kerusakan pada organ[6].
Penghambat histone deacetylase (HDAC) merupakan sekelompok obat yang akan membuat enzim histone deactylase menjadi terhambat. Histone acetylases, acetylate residu lisin dalam core histones dan histone deactylases dari residu akan menghilangkan gugus asetil[2].
Dalam pengaturan untuk ekspresi gen, tindakan ini sangatlah penting. Deaktilasi akan dicegah oleh penghambat histone deacetylase, yang akan mempengaruhi ekspresi gen juga akan menyebabkan apoptosis sel tumor[2].
Melalui belinostat sebagai penghambat histone deacetylase (HDAC), pengangkatan gugus asetil dikatalis melalui residu protein lisin yang mengarah ke akumulasi gugus asetil yang mengakibatkan penangkapan terhadap siklus sel tumor dan apoptosis. Ini memiliki sitotoksisitas preferensial untuk sel tumor daripada sel sehat normal[3].
Belinostat bervolume distribusi kira-kira mencapai 114 L / m 2, dengan terikat dalam protein plasma kisaran 93-96%. Obat ini bermetabolisme menjadi amida dan asam di hati. Pengeluarannya melalui urin sebagai metabolit kisaran 84,8% ± 9,8% dan sebagai obat yang tidak berubah kisaran 2%, lalu melalui feses kira-kira dalam 9,7 ± 6,5%. Waktu paruh eliminasi obat ini yaitu kurang lebih dalam 1,1 jam[3].
Penghambat histone deacetylase tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan larutan untuk injeksi. Jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter.
Contoh penghambat histone deacetylase dengan resep dokter termasuk[2]:
Romidepsin disetujui di AS pada tahun2009 sebagai penghambat selektif histone deacetylase dalam mengobati limfoma sel T kulit (CTCL) atau / dan limfoma sel T perifer (PTCL) pada seseorang yang sebelumnya telah menerima satu terapi sistemik[7].
Belinostat merupakan obat baru dalam penghambat histone deacetylase dengan struktur sulfonamida-hidroksamida. Obat ini dikembangkan dalam menargetkan keganasan hematologis dan tumor padat oleh TopoTarget. Untuk penggunaanya dalam kombinasi dengan terapi garis depan tradisional dalam pengobatan PTCL , obat ini sedang menjalani evaluasi. Belinostat telah disetujui sebagai agen terapeutik untuk limfoma sel T yang kambuh atau refrakter pada Juli 2014 di AS[8].
Panobinostat merupakan obat analog asam hidroksamat sinamatik yang memiliki aktivitas antineoplastik potensial. Sebagai penghambat histon deasetilase oral dan agen antineoplastik obat ini telah disetujui untuk digunakan dalam kombinasi bersama agen lain untuk mieloma multipel refrakter atau relaps[9].
Vorinostat termasuk obat baru yang di pakai untuk mengelola limfoma sel T kulit saat penyakit berlanjut, memburuk atau muncul kembali dalam pengobatan atau setelah penogbatan bersama obat lain. Vorinostat dapat di toleransi dengan baik dan obat yang berkhasiat dan termasuk obat yang baru dalam mengobati kondisi ini[10].
Romidepsin dapat mempengaruhi kesuburan atau kemampuan untuk hamil. Baik pria atau wanita harus menggunakan alat kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan, karena obat ini dapat membahayakan janin. Juga tidak boleh menyusui saat menggunakan obat ini. Untuk kembali menyusui anak, usahakan setidaknya 1 minggu setelah penggunaan terakhir[4].
Pengunaan romidepsin bersama dengan atazanavir dapat meningkatkan konsentrasi serum, dan bila digunakan bersama dengan vaksin BCG akan membuat efek terapeutik berkurang, juga dapat mengakibatkan efek neutropenik meningkat bila digunakan bersama dengan deferiprone[3].
Sistem kekebalan akan dapat dipengaruhi oleh belinostat. Dan akan lebih mudah untuk terkena infeksi, bila mengalami keadaan seperti demam, menggigil, batuk, gejala flu atau pendarahan juga memar yang tidak biasa, segera kunjungi pelayanan kesehatan terdekat untuk ditindak lanjuti[5].
Setiap minggu harus memantau darah dengan lengkap selama menjalani pengobatan dengan belinostat, untuk menyesuaikan dosisnya. Karena infus intravena yang diberikan melalui obat ini sering berkaitan dengan toksisitas hematologi seperti leukopenia dan trombositopenia. Juga dapat terjadi insiden infeksi seperti sepsis, hepatotoksisitas, sindrom lisis tumor, toksisitas gastrointestinal, dan toksisitas embrio-janin[8].
1) Anonim. WebMD.com. What Is Lymphoma?. 2020
2) Anonim. Drugs.com. Histone deacetylase inhibitors. 2021
3) Anonim. Mims.com. Belinostat. 2019
4) Cerner Multum. Drugs.com. Romidepsin. 2020
5) Cerner Multum. Drugs.com. Belinostat. 2020
6) Anonim. WebMD.com. Multiple Myeloma. 2020
7) Anonim. Drugbank.com. Romidepsin. 2021
8) Anonim. Drugbank.com. Belinostat. 2021
9) Anonim. PubChem.ncbi.nlm.nih.gov. Panobinostat. 2021
10) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Vorinostat—An Overview. 2015
11) Hoffman R, et al. clinicalkey.com. T-cell lymphomas. In: Hematology: Basic Principles and Practice. 2018