Penyakit & Kelainan

Penyakit Kuning Pada Bayi: Penyebab – Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Penyakit Kuning Pada Bayi

Penyakit kuning pada bayi dalam istilah medis juga dikenal sebagai hiperbilirubinemia neonatal, di mana sering ditemui sebagai masalah klinis pada bayi khususnya selama selama periode neonatal minggu pertama kehidupan [1].

Penyakit kuning pada bayi ini merupakan suatu kondisi klinis yang umum, di mana menurut data menunjukkan bahwa hampir 8% sampai 11% neonatus mengalami hyperbilirubinemia dengan serum bilirubin yang naik di atas persentil ke-95 selama minggu pertama kehidupan.

Bahkan ada juga data yang menunjukkan 50 hingga 60 % bayi baru lahir dapat mengalami penyakit kuning pada minggu pertama kehidupannya [1].

Umumnya, ikterus dermal pertama kali terlihat pada wajah, kemudian menyebar ke tubuh seiring dengan kenaikan bilirubinnya. Warna kuning yang ditimbulkan ini menyebabkan orang tua umumnya menjadi khawatir terhadap kondisi bayinya [1].

Mengingat, penyakit kuning pada bayi ini tidak hanya menyebabkan adanya perubahan warna kuning pada kulit  namun juga pada mata bayi yang baru lahir [2].

Gejala Penyakit Kuning Pada Bayi

Jika gejala gejala berikut ini terlihat pada bayi, maka ada kemungkinan bayi tersebut sedang mengalami penyakit kuning [2, 3]:

  1. Kulit bayi terlihat menunjukkan warna yang cenderung kuning atau menguning
  2. Setelah diberikan sedikit tekanan, kulit yang ditekan menunjukkan warna kuning atau kekuningan
  3. Bagian mata yang berwarna putih terlihat berwarna kuning
  4. Warna kulit umumnya terlihat pada area wajah, namun kemudian warna kuning menyebar ke seluruh tubuh bayi

Penyebab Penyakit Kuning Pada Bayi

Penyebab penyakit kuning pada bayi antara lain [1, 3]:

  • Adanya kenaikan bilirubin
  • Bayi memiliki memar saat lahir atau perdarahan internal lainnya
  • Bayi memiliki masalah  pada organ hati
  • Bayi mengalami sebuah infeksi
  • Bayi kekurangan kekurangan enzim
  • Bayi mengalami kelainan pada sel darah merah

Faktor Risiko Penyakit Kuning Pada Bayi

Adapun bayi akan lebih berisiko terkena penyakit kuning jika memiliki faktor risiko berikut ini [2]:

  • Lahir Prematur

Bayi yang lahir prematur memiliki risiko yang lebih tinggi mengembangkan penyakit kuning dibandingkan dengan bayi yang lahir pada usia kelahiran normal.

Hal ini didasarkan fakta bahwa, bayi yang lahir prematur atau lahir sebelum usia kehamilan 38 minggu mungkin tidak dapat memproses bilirubin secepat bayi yang lahir dengan usia kehamilan normal.

Selain itu, bayi prematur diketahui mungkin minum ASI lebih sedikit dan buang air besar lebih sedikit dibandingkan bayi yang lahir norma sehingga mengurangi bilirubin yang dikeluarkan melalui tinja.

  • Golongan Darah

Bayi yang memiliki golongan darah yang berbeda dengan ibunya diketahui memiliki risiko yang lebih tinggi dalam mengembangkan penyakit kuning. Mengingat, jika golongan darah ibu dan bayi berbeda maka kemungkinan bayi dapat menerima antibodi melalui plasenta yang menyebabkan kerusakan sel darah merah yang cepat dan tidak normal.

Bayi yang mengalami dehidrasi atau asupan kalori yang rendah diketahui dapat menjadi salah satu faktor risiko terkena penyakit kuning. Oleh karena itu, para ahli kesehatan selalu mengingatkan untuk menjaga agar bayi selalu dalam keadaan yang cukup hidrasinya maupun asupan gizinya.

  • Ras

Bayi yang merupakan bagian dari ras atau keturunan Asia Timur diketahui memiliki peningkatan risiko penyakit kuning lebih tinggi dibandingkan dengan ras lain.

Komplikasi Penyakit Kuning Pada Bayi

Kadar bilirubin yang tinggi yang menyebabkan penyakit kuning parah dapat mengakibatkan komplikasi serius jika tidak ditangani. Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan oleh penyakit kuning pada bayi [2, 4]:

  • Disfungsi Neurologis

Penyakit kuning yang parah diketahui berisiko menyebabkan bayi mengalami disfungsi neurologis yang diinduksi bilirubin. Bilirubin yang mengikat pada globus pallidus, hipokampus, serebelum, dan badan inti subthalamic diketahui dapat menyebabkan neurotoksisitas melalui apoptosis dan nekrosis.

Bilirubin yang bersifat sebagai racun bagi sel-sel otak pada penyakit kuning yang parah disebut ensefalopati bilirubin akut. Adapun tanda telah terjadi kondisi ini antara lain:

  1. Bayi terlihat lesu
  2. Bayi menjadi lebih sulit bangun
  3. Bayi menangis dengan keras atau nada tinggi
  4. Posisi leher dan tubuh bayi terlihat melengkung ke belakang
  5. Bayi mengalami demam
  • Kernicterus

Penyakit kuning yang parah pada bayi dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi berupa sinromm kernicterus, di mana ensefalopati bilirubin akut menyebabkan kerusakan permanen pada otak. Adapun tanda sindrom ini terlah terjadi antara lain :

  1. Gerakan yang tidak disengaja dan tidak terkontrol (athetoid cerebral palsy)
  2. Bayi sering memandang ke atas
  3. Bayi kehilangan pendengaran
  4. Bayi mengalami perkembangan email gigi yang tidak tepat

Kapan Harus Kedokter ?

Penyakit kuning memang merupakan penyakit yang umum terjadi pada bayi khususnya yang baru lahir, namun dapat menimbulkan komplikasi yang serius jika tidak segera ditangani dengan tepat. Oleh karena itu, jika bayi menunjukkan gejala berikut ini maka sangat disarankan untuk segera memeriksakan diri kedokter [3]:

  • Warna kuning pada kulit menyebar atau menjadi lebih intens
  • Bayi mengalami demam lebih dari 38 ° C
  • Warna kuning bayi semakin parah
  • Bayi tidak minum susu dengan baik
  • Bayi tampak lesu
  • Bayi menangis dengan keras atau nada tinggi

Diagnosis Penyakit Kuning Pada Bayi

Dalam melakukan diagnosis pada penyakit kuning, umumnya dapat dilakukan pemeriksaan pada bayi beberapa hari setelah lahir . Mengingat, kadar bilirubin pada bayi  mencapai puncaknya antara 3 hingga 7 hari setelah lahir [3].

Warna kulit yang ditimbulkan penyakit kuning yang berbeda dapat digunakan sebagai penentuan tingkat keparahan penyakit kuning. Untuk pemeriksaannya sendiri dapat dilakukan dengan melakukan tes kulit maupun tes darah [3].

Adapun tes tambahan seperti darah lengkap (CBC), golongan darah, dan ketidakcocokan faktor Rhesus (Rh) mungkin diperlukan untuk mengetahui kondisi yang mendasari penyakit kuning pada bayi. Selain itu, tes Coombs dapat dilakukan untuk memeriksa peningkatan kerusakan sel darah merah. [3]

Pengobatan Penyakit Kulit Pada Bayi

Penyakit kuning pada bayi yang tidak parah, umumnya dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu dua hingga tiga minggu. Namun, pengobatan dan perawatan yang tepat sangat dibutuhkan pada penyakit kuning yang sedang hingga parah [2].

Adapun pengobatan untuk penyakit kuning pada bayi umumnya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut [2]:

  • Maningkatkan Nutrisi yang Dikonsumsi Bayi

Nutrisi merupakan hal yang penting untuk dipenuhi, khususnya pada bayi yang baru lahir. Peningkatan nutrisi ini dilakukan salah satunya untuk mencegah bayi mengalami penurunan berat badan. Selain itu, peningkatan nutrisi yang dilakukan dengan pemberian makan atau suplementasi yang lebih sering dapat memastikan bayi menerima nutrisi yang cukup.

  • Melakukan Terapi Cahaya (Fototerapi)

Metode pengobatan penyakit kuning pada bayi yang umum digunakan salah satunya yaitu terapi cahaya atau fototerapi. Dengan terapi cahaya ini, bayi yang mengalami penyakit kuning akan ditempatkan di bawah lampu khusus yang memancarkan cahaya dalam spektrum biru-hijau.

Cahaya cahaya tersebut, diketahui dapat berfungsi untuk mengubah bentuk dan struktur molekul bilirubin sedemikian rupa sehingga dapat dikeluarkan baik melalui urin maupun tinja.

Selain itu, untuk memastikan keamanan bayi akan dipakaikan popok dan penutup atau pelindung mata,  serta dapat juga digunakan bantalan atau kasur yang memancarkan cahaya jika dibutuhkan.

  • Imunoglobulin Intravena (IVIg)

Untuk penyakit kuning yang disebabkan oleh adanya perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi, metode transfusi intravena diketahui dapat menjadi alternatif pengobatan. Transfusi imunoglobulin intravena ini diketahui dapat memberikan manfaat :

  1. Mengurangi kadar antibody
  2. Menurunkan penyakit kuning
  3. Mengurangi kebutuhan akan transfusi darah

Meskipun demikian, hingga kini hasil dari pengobatan dengan metode ini dinilai masih belum meyakinkan dalam penyembuhan penyakit kuning pada bayi.

  • Transfusi Darah

Jika penyakit kuning pada bayi disebabkan oleh adanya perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi yang mengakibatkan antibodi ibu mengalir melalui plasenta dan dapat merusak sel darah merah dengan cepat serta bayi tidak merespon metode pengobatan lain maka transfusi darah mungkin dibutuhkan.

Transfusi darah ini termasuk pengambilan darah dalam jumlah kecil berulang kali dan menggantinya dengan darah donor, sehingga mengencerkan bilirubin dan antibodi ibu.

Metode pengobatan dengan transfuse darah ini diketahui merupakan suatu hal yang jarang dilakukan.

  • Metode Pengobatan Rumahan

Jika penyakit kuning bayi tidak parah, dokter akan merekomendasikan metode pengobatan rumahan seperti :

  1. Menyusui lebih sering, agar bayi memperoleh nutrisi dari ASI yang lebih banyak sehingga bilirubin dapat dibuang melalui buang air besar (tinja)
  2. Pemberian makanan tambahan seperti susu formula atau susu perah pada bayi untuk melengkapi pemberian ASI pada bayi yang mengalami kesulitan menyusui, berat badannya turun, atau dehidrasi

Pencegahan Penyakit Kuning Pada Bayi

Sejauh ini, cara untuk mencegah penyakit penyakit kuning pada bayi yang baru lahir belum diketahui secara pasti. Indentifikasi yang lebih cepat agar mendapat penangan yang tepat merupakan hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit kuning menjadi parah. Adapun hal hal yang dapat dilakukan sejauh ini yaitu [3]:

  • Melakukan pemeriksaan tes golongan darah pada bayi dan ibu untuk mengetahui kemungkinan penyakit kuning terjadi akibat golongan darah yang berbeda
  • Pastikan untuk memberikan nutrisi yang cukup pada bayi selama masa kehamilan
  • Pastikan untuk memberikan ASI pada bayi agar menerima nutrisi yang cukup, yaitu 8 hingga 12 kali sehari selama beberapa hari pertam asetelah kelahiran
  • Jika tidak menyusui, pastikan memberikan bayi susu formula setidaknya 1 hingga 2 ons setiap 2 hingga 3 sekali selama minggu pertama kehidupan
  • Pastikan bayi selalu terhidrasi sehingga dapat membantu bilirubin dikeluarkan dari tubuh dengan cepat
  • Untuk bayi prematur, pastikan berkonsultasi kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat
  • Orang tua, harus ekstra dalam memantau perkembangan bayi khususnya selama lima hari pertama kehidupan untuk mengetahui gejala penyakit kuning, seperti menguningnya kulit dan mata.
  • Jika terdapat tanda atau gejala dari penyakit kuning pada bayi, maka orang tua harus segera memeriksakan bayinya ke dokter untuk dapat memperoleh penangan yang tepat sesegera mungkin

1. Sana Ullah, Khaista Rahman & Mehdi Hedayati. Hyperbilirubinemia in Neonates: Types, Causes, Clinical Examinations, Preventive Measures and Treatments: A Narrative Review Article. Iran J Public Health; 2020.
2. Anonim. Infant jaundice. Mayo Clinic; 2020.
3. Danielle Moores & Karen Gill. Understanding Newborn Jaundice. Healthline; 2017.
4. Betty Ansong-Assoku & Pratibha A. Ankola. Neonatal Jaundice. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2020.

Share