Kejang merupakan gangguan aktivitas listrik yang terjadi secara tiba-tiba di otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahan perilaku, gerakan dan perasaan tak terkontrol pada tubuh [2].
Kondisi kejang seringkali ditandai dengan gerakan tubuh yang tak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang juga dapat menjadi tanda adanya penyakit pada otak atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak [2].
Umumnya kasus kejang ini ditemukan pada anak-anak, namun tak jarang pula kasus ini ditemukan pada orang dewasa. Terutama seseorang yang berusia 50 tahun ke atas atau lansia lebih rentan mengalami kejang karena adanya proses penuaan [1].
Jika hal ini diabaikan, kejang yang cukup parah dapat beresiko mengancam nyawa. Untuk meminimalisir terjadinya kondisi tersebut, alangkah baiknya mempelajari penyebab terjadinya kejang sejak dini.
Berikut merupakan beberapa penyebab terjadinya kejang pada orang dewasa:
Pengaruh genetik adalah penyebab kejang yang sulit untuk dihindari. Jika seseorang mempunyai riwayat kejang dalam keluarganya maka seseorang tersebut berpotensi besar terkena penyakit ini.
Namun, hal ini juga tergantung dari garis keturunannya, jika sangat jauh maka kemungkinannya juga cukup jauh. Apabila orangtua terutama Ibu pernah menderita kejang maka kemungkinan besar sang anak juga dapat mengalami kejang [1,2].
Gaya hidup yang tak sehat merupakan penyebab yang paling dominan terjadinya kejang pada orang dewasa. Hal ini disebabkan karena beberapa orang dewasa seringkali merokok dan mengonsumsi minuman berkafein.
Tak jarang pula beberapa dari mereka kerap mengonsumsi minuman beralkohol. Beberapa hal tersebut jika dikonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan seseorang terkena kejang dikarenakan dapat mengganggu aktivitas listrik di otak [1,2].
Penyebab kejang yang lain adalah adanya efek samping dari obat-obatan yang telah dikonsumsi. Ada beberapa obat yang apabila dikonsumsi dapat mengakibatkan kejang dan hilangnya kesadaran.
Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan kejang antara lain adalah obat baclofen atau obat tramadol [1,2].
Orang yang mengalami kecelakaan atau benturan keras khususnya pada kepala hingga menyebabkan cidera bisa menjadi penyebab terjadinya kejang pada orang dewasa. Biasanya, cidera pada kepala dapat menyebabkan gangguan sistem pada saraf otak.
Hal ini disebabkan cidera kepala yang menyerang bisa mengacaukan sistem saraf otak pada seseorang hingga dapat menyebabkan kejang apabila saraf pada otak tak bekerja dengan baik [1,2].
Organ otak sangatlah penting dalam mengatur seluruh sistem saraf tubuh. Selain disebabkan oleh benturan, kerusakan fungsi otak juga dapat disebabkan oleh penyakit yang bisa disebabkan oleh virus dan tumor.
Kerusakan otak lainnya juga dapat disebabkan oleh serangan stroke dan jantung yang juga dapat menyebabkan terjadinya kejang [1,2].
Kerusakan otak lainnya bukan dikarenakan masalah eksternal seperti adanya benturan ataupun virus penyakit melainkan karena penyakit yang disebabkan faktor usia sendiri seperti demensia. Penyakit ini juga penyebab kejang pada orang yang berusia lanjut [1,2].
Racun yang masuk ke dalam tubuh seseorang juga bisa menyebabkan kejang pada orang dewasa. Racun yang dimaksud disini adalah racun dari gigitan hewan seperti gigitan ular berbisa ataupun serangga beracun.
Berikut adalah beberapa cara menangani kejang pada orang dewasa:
Kebanyakan cara untuk menangani kejang pada orang dewasa hampir sama dengan cara menangani kejang pada anak. Tujuan utama dari menangani penderita kejang adalah untuk mencegah adanya kemungkinan buruk pada penderita selama tak sadarkan diri.
Namun tak perlu panik jika ada orang sekitar atau orang terdekat kita mengalami kejang karena ada beberapa cara untuk menangani hal tersebut [1].
1. Sirven, J. I. Epilepsy: A Spectrun Disorder. 5(9). Cold Spring Harbor Perspectives in Medicine; 2015.
2. Smith, D. THE MANAGEMENT OF EPILEPSY. 70(90002), 15ii–21. Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry; 2001.
3. Pracucci, E., Pillai, V., Lamers, D., Parra, R., & Landi, S. Neuroinflammation: A Signature or a Cause of Epilepsy? 22(13), 6981. International Journal of Molecular Sciences; 2021.