Tubuh membutuhkan oksigen dalam jumlah yang cukup agar seluruh sel dan jaringan bisa berfungsi dengan baik. Beberapa faktor yang dibutuhkan agar tubuh selalu mendapat asupan oksigen yang cukup adalah: [2, 4]
Bila terjadi masalah pada salah satu atau beberapa faktor diatas, maka tubuh akan mengalami hypoxemia yaitu kondisi dimana kadar oksigen dalam darah berada dibawah angka normal. Ketika tubuh kekurangan oksigen, maka gejala-gejala seperti sesak nafas, sakit kepala, serta kebingungan akan terjadi.
Penyebab umum dari hypoxemia atau kekurangan oksigen termasuk:
Daftar isi
Anemia adalah suatu kondisi yang menyebabkan tubuh kekurangan sel darah merah sehat yang mampu membawa oksigen ke berbagai jaringan tubuh. Orang yang mengalami anemia biasanya mudah lelah dan merasa lemas.
Ketika mengalami anemia, kadar hemoglobin yang rendah mengakibatkan menurunnya kemampuan darah untuk membawa oksigen yang dihirup sehingga suplai oksigen yang tersedia bagi tubuh pun tidak mencukupi jumlah yang dibutuhkan. [2]
Kondisi ini terjadi bila cairan menumpuk di kantung-kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru. Cairan ini membuat paru-paru tidak bisa terisi udara dalam jumlah yang cukup, yang artinya kadar oksigen yang sampai ke aliran darah juga akan menurun. [2, 3, 4]
Sindrom gangguan pernafasan akut biasanya terjadi pada orang sakit yang sudah berada pada kondisi kritis atau yang mengalami cedera berat, misalnya kecelakaan. Sesak nafas adalah gejala utama dari SGPA dan biasanya muncul dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah infeksi atau cedera terjadi.
Asma adalah kondisi dimana saluran pernafasan menyempil dan membengkak dan mungkin juga menghasilkan lebih banyak lendir. Kondisi ini bisa membuat penderitanya kesulitan untuk bernafas dan memicu timbulnya batuk, mengi (nafas berbunyi) dan sesak nafas.
Asma bisa menyebabkan turunnya kadar oksigen darah karena tubuh tidak bisa menghirup udara secara optimal akibat penyempitan yang terjadi tadi. [2, 3, 4]
PPOK adalah penyakit peradangan paru-paru kronis yang menyebabkan terganggunya aliran udara dari paru-paru. Gejalanya termasuk kesulitan bernafas, batuk, produksi dahak dan mengi. [3, 4]
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh paparan jangka lama terhadap gas atau zat tertentu, dengan asap rokok sebagai faktor yang paling umum.
Paru-paru mengandalkan pipa-pipa bronkial yang elastis serta kantung-kantung udara untuk mendorong udara keluar dari tubuh. PPOK menyebabkan organ-organ ini kehilangan elastisitasnya dan kemudian menjadi longgar, sehingga membuat sejumlah udara terperangkap di paru-paru ketika membuang nafas.
Selain paparan terhadap asap rokok dalam waktu yang lama, PPOK juga bisa disebabkan oleh: [3, 4]
PJB adalah terjadinya satu atau beberapa masalah pada struktur jantung yang ada sejak lahir. PJB bisa mempengaruhi aliran darah yang melewati jantung, dan ini bisa menyebabkan turunnya jumlah oksigen dalam tubuh. [2, 3]
Bagian kanan jantung memompa darah ke paru-paru melalui pembuluh darah arteri. Di paru-paru, darah akan mengambil oksigen kemudian kembali ke bagian kiri jantung melalui pembuluh darah vena untuk kemudian dipompa ke seluruh tubuh.
PJB bisa mempengaruhi salah satu dari struktur jantung ini, termasuk arteri, katup jantung, bilik serta dinding yang memisahkan masing-masing bilik (septum). Pada kondisi yang berat, fungsi jantung terganggu sehingga tidak bisa mengalirkan darah seperti seharusnya.
Sleep apnea adalah gangguan tidur yang berpotensi menimbulkan risiko serius karena menyebabkan nafas berhenti sejenak ketika sedang tidur. Saat nafas terhenti, kadar oksigen darah akan turun secara mendadak dan berulang-ulang sepanjang malam, sehingga bisa menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh.
Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan peradangan pada kantung-kantung udara di salah satu atau kedua bagian paru-paru. Kita juga mengenal kondisi ini dengan sebutan radang paru-paru.
Kantung udara di paru-paru penderita pneumonia bisa berisi cairan atau nanah yang menyebabkan batuk berdahak, demam, meriang, dan kesulitan bernafas. Sejumlah organisme, termasuk bakteri, virus dan jamur, bisa menjadi penyebab pneumonia.
Bila kantung udara terisi cairan, maka oksigen tidak mendapat ruang disana sehingga kadar oksigen yang bisa dibawa oleh darah pun akan menurun. Semakin parah kondisi paru-paru akibat pneumonia, semakin sedikit oksigen yang bisa masuk ke darah. [1, 2, 3]
Bila kita naik ke ketinggian tertentu, misalnya mendaki gunung, tanpa memberi waktu bagi tubuh untuk beradaptasi lebih dulu dengan ketinggian yang baru, maka tubuh bisa mengalami penyakit ketinggian atau altitude sickness.
Penyakit ini disebabkan oleh berubahnya tekanan udara dan kadar oksigen di udara pada ketinggian tertentu. Bila tubuh secara tiba-tiba dibawa naik ke ketinggian, cairan bisa bocor dari pembuluh darah dan kemudian menumpuk di paru-paru dan otak. [2]
Gejala penyakit ketinggian termasuk pusing, sangat kelelahan, sesak nafas, dan tidak bisa tidur.
Ini juga mengapa orang-orang yang tinggal di dataran tinggi biasanya saturasi oksigennya lebih rendah namun tidak mengalami gangguan pernafasan. Tubuh mereka telah beradaptasi selama bertahun-tahun sehingga telah terbiasa dengan kadar oksigen yang lebih rendah.
Beberapa jenis obat, termasuk opioid yang digunakan untuk mengatasi rasa nyeri, bisa menyebabkan penggunanya mengalami hypoventilasi atau bernafas lebih lambat dari irama normal. [2, 3, 5]
Pemberian opioid juga menunjukkan efek pada tubuh serupa dengan yang dialami penderita central sleep apnea, dimana bagian otak yang bertanggung jawab atas pernafasan terganggu aktivitasnya sehingga menyebabkan nafas terhenti sejenak secara berulang ketika sedang tidur. [5]
Pulmonary fibrosis adalah penyakit paru-paru yang terjadi ketika jaringan paru-paru mengalami kerusakan serta luka. Jaringan yang menebal dan kaku ini membuat paru-paru sulit untuk berfungsi seperti seharusnya.
Ketika pulmonary fibrosis memburuk, nafas penderitanya akan semakin sesak.
Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada jaringan di sekitar dan antara kantung-kantung udara di paru-paru. Akibatnya oksigen sulit untuk masuk ke aliran darah. [2, 3, 4]
Pulmonary fibrosis bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk paparan jangka panjang terhadap jenis racun tertentu, gangguan kesehatan tertentu, terapi radiasi serta penggunaan beberapa jenis obat-obatan.
Infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 ditandai oleh terganggunya berbagai organ tubuh. Namun, sistem pernafasan adalah bagian tubuh yang paling terdampak pada pasien Covid-19.
Hypoxemia berkaitan dengan berbagai gejala peradangan yang terjadi akibat Covid-19, misalnya meningkatnya jumlah sel darah putih, neutrophil, serta protein C-reaktif. Ini artinya inflamasi akut di sistem pernafasan adalah penyebab terjadinya kerusakan pada paru-paru yang kemudian mengakibatkan hypoxemia. [1]
Studi menunjukkan bahwa nafas yang sesak dan turunnya kadar oksigen dalam darah, adalah indikasi bahwa paru-paru tidak bisa memberi jalan bagi karbon dioksida dan oksigen untuk masuk dan keluar dari darah secara optimal.
1. Lois Zoppi, BA, Sophia Coveney, B.Sc. Hypoxemia in COVID-19. Life Sciences News Medical; 2021.
2. Cleveland Clinic Medical Professional. Hypoxemia. Cleveland Clinic; 2018.
3. Mayo Clinic Staff. Hypoxemia (low blood oxygen) Causes. Mayo Clinic; 2018.
4. Malay Sarkar, N Niranjan, PK Banyal. Mechanisms of hypoxemia. Lung India; Official Publication of Indian Chest Society; 2017.
5. Mohammed Mogri, Himanshu Desai, Lynn Webster, Brydon J B Grant, M Jeffery Mador. Hypoxemia in patients on chronic opiate therapy with and without sleep apnea. Sleep and Breathing Journal; 2009.