Kolesterol merupakan zat berupa lemak yang dibutuhkan untuk membentuk sel, menghasilkan vitamin D, dan memproduksi hormon dalam tubuh. Zat ini diproduksi secara alami oleh organ hati.
Selain itu, zat ini dapat berasal dari makanan yang mengandung protein hewani, seperti daging ayam, daging sapi, dan susu. Agar tubuh tetap sehat, kadar kolesterol harus dalam kondisi normal, yaitu 200 mg/dL.
Apabila kadar kolesterol dalam tubuh terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan penumpukan pada pembuluh darah sehingga mengganggu kinerja dan menimbulkan penyakit pada sistem peredaran darah dan organ lainnya [1].
Biasanya, kolesterol tinggi lebih berisiko pada orang dewasa dengan usia 45 tahun ke atas. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa orang dengan usia dibawah 45 tahun, khususnya remaja juga dapat mengalami kolesterol tinggi [1].
Adapun penyebab kalangan remaja dapat mengalami kolesterol tinggi adalah sebagai berikut :
Faktor genetik (familial hypercholesterolaemia) merupakan salah satu penyebab remaja mengalami kolesterol tinggi dan tidak dapat dikendalikan. Kondisi ini dapat berasal dari salah satu atau kedua orang tua yang mengalami riwayat kolesterol tinggi sehingga dapat menurunkan kondisi tersebut kepada anak-anaknya.
Selain itu, orang tua yang memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, dan diabetes juga berisiko menyebabkan remaja mengalami kondisi ini. Meskipun telah menjaga pola makan dan mengonsumsi makanan rendah lemak, tetap saja mereka memiliki kadar kolesterol tinggi dalam tubuhnya [1].
Remaja dengan berat badan yang berlebih (obesitas) menunjukkan adanya penumpukan lemak dalam tubuh. Hal ini disebabkan karena aktivitas fisik yang kurang akibat terlalu banyak menghabiskan waktu dengan menonton televisi atau bermain gadget serta pola makan yang buruk dan tidak seimbang.
Remaja yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang berkaitan dengan kadar kolesterol tinggi, seperti penyakit jantung koroner. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa orang yang tidak mengalami obesitas juga dapat mengalami kolesterol tinggi [1,2].
Hampir semua makanan, terutama makanan berlemak yang berasal dari hewan akan menyehatkan apabila dikonsumsi dalam porsi yang tepat. Akan tetapi, remaja yang gemar mengonsumsi makanan berlemak secara berlebihan cenderung mengalami kolesterol tinggi.
Beberapa makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain daging merah, daging unggas, dan produk olahan susu, seperti es krim, keju, dan mentega. Selain itu, mengonsumsi makanan dengan kandungan gula yang berlebihan menjadi penyebab kolesterol tinggi pada remaja.
Penyebab lain remaja mengalami kolesterol tinggi adalah sering mengonsumsi makanan cepat saji (junk food). Makanan cepat saji memiliki kandungan lemak jenuh dan gula yang tinggi sehingga kadar kolesterol dalam tubuh juga akan meningkat [2].
Rokok merupakan salah satu hal yang memiliki dampak negatif pada kesehatan, salah satunya memicu peningkatan kadar kolesterol dalam tubuh. Bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam rokok, seperti akrolein yang dapat menurunkan kadar kolesterol baik atau HDL (High-density Lipoprotein).
Akrolein merupakan bahan yang memicu proses dalam mengubah struktur molekul kolesterol sehingga tidak diidentifikasi oleh sistem kekebalan tubuh. Hal ini mengakibatkan kinerja HDL menjadi terganggu dalam mengumpulkan kolesterol jahat atau LDL (Low-Density Lipoprotein) sehingga kadar LDL menjadi meningkat.
Selain itu, kandungan nikotin pada rokok akan menyebabkan pemecahan cadangan lemak (lipolisis) dan meningkatkan trigliserida. Apabila kadar trigliserida berada di atas normal, maka dapat menyumbat pembuluh darah dan memicu penyakit lainnya, seperti serangan jantung dan stroke.
Remaja yang mengonsumsi minuman beralkohol juga menjadi penyebab kadar trigliserida naik akibat kandungan gula dan alkohol yang tinggi sehingga kolesterol LDL meningkat. Selain itu, alkohol juga meningkatkan risiko penyakit stroke dan gangguan fungsi jantung [2].
Berolahraga merupakan aktivitas yang dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL sekaligus menurunkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Contoh olahraga yang murah dan mudah dilakukan adalah bersepeda, berenang, jogging, dan yoga.
Apabila remaja malas berolahraga, maka kadar kolesterol LDL akan menumpuk sehingga memicu kolesterol tinggi pada tubuh [1,2].
Pada umumnya, remaja yang mengalami kolesterol tinggi tidak memiliki gejala khusus. Namun, dalam beberapa kasus, remaja akan mengalami nyeri dada dan muncul benjolan kecil pada area sekitar mata, tangan, dan lutut.
Oleh karena itu, remaja yang mengalami kondisi tersebut perlu mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan secara rutin agar tidak dihadapkan pada risiko yang lebih buruk, seperti stroke, serangan jantung, dan penyakit kronis lainnya. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah tes darah yang berguna untuk mendeteksi adanya kolesterol dengan kadar tinggi pada tubuh [3].
Pada remaja dengan kadar kolesterol LDL tinggi, tes ini dapat dilakukan minimal tiga bulan sekali hingga kadar kolesterol kembali normal. Jika kadar kolesterol telah kembali normal, maka tes darah dapat dilakukan minimal sekali dalam setahun.
Apabila remaja mengidap penyakit kronis yang berkaitan dengan kolesterol, dokter akan menyarankan agar tes darah dilakukan secara rutin. Sebelum melakukan tes darah untuk mengecek kolesterol, remaja disarankan untuk berpuasa setidaknya 9-12 jam [3,4].
Kemudian, tes darah sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah berpuasa agar mendapatkan hasil yang akurat. Selain itu, dokter akan memberi obat-obatan untuk menangani kolesterol tinggi dan menyarankan untuk melakukan penanganan secara mandiri, yaitu :
1. Trevor Huff, Brandon Boyd & Ishwarlal Jialal. Physiology, Cholesterol. StatPearls; 2021.
2. Anonym. High cholesterol: Overview. Institute for Quality and Efficiency in Health Care; 2013.
3. Albert Wiegman, Samuel S. Gidding, Gerald F. Watts, M. John Chapman, Henry N. Ginsberg. Familial hypercholesterolaemia in children and adolescents: gaining decades of life by optimizing detection and treatment. 36(36): 2425–2437. European Heart Journal; 2015.
4. Hayato Tada,Masayuki Takamura & Masa-aki Kawashiri. Familial Hypercholesterolemia: A Narrative Review on Diagnosis and Management Strategies for Children and Adolescents. 17: 59–67. Vascular Health and Risk Management; 2021.