Krisis identitas atau identity crisis adalah salah satu masalah kepribadian yang diyakini banyak dihadapi orang menurut Erik Erikson, seorang psikoanalis yang juga merupakan psikolog perkembangan [1,2,3,4].
Seseorang dengan krisis identitas akan mudah mempertanyakan mengenai keberadaannya diri sendiri, terutama jika orang tersebut mengalami stres berat dan perubahan besar dalam hidup [1,2,3,4].
Beberapa tanda seseorang memiliki krisis identitas, baik itu pada remaja maupun orang dewasa adalah [2,3,4] :
Ada berbagai faktor penyebab krisis identitas yang kemudian menimbulkan serangkaian pertanyaan mengenai diri sendiri dan bahkan keraguan terhadap diri sendiri.
Berikut ini adalah sejumlah penyebab yang perlu diketahui dan patut diwaspadai.
Beberapa orang pada saat memasuki usia tertentu akan mengalami krisis identitas [3].
Siapa saja dapat mengalami ini, baik remaja maupun orang dewasa dan lansia [3].
Anak bertumbuh remaja adalah masa pembentukan identitas yang seringkali menunjukkan adanya ketidakstabilan kondisi karena menghadapi tantangan dan situasi baru [3].
Para remaja khususnya, seringkali mereka mengalami konflik diri mengenai siapa diri mereka sebenarnya [3,4].
Hal ini akan ditandai dengan suasana hati yang sering berubah-ubah dan sensitivitas yang tinggi saat dihadapkan pada stres yang lebih berat [3,4].
Bertanya-tanya tentang arti dan tujuan hidup adalah hal yang sangat normal, namun ada kalanya pertanyaan semakin banyak dan dalam sehingga berpengaruh buruk pada kehidupan sehari-hari [3,4].
Beberapa hal yang bisa mengusik pikiran dan perasaan seseorang dalam hal krisis identitas adalah [2,3,4] :
Tidak hanya pada remaja, orang dewasa dan lansia pun dapat mengalami konflik batin seperti itu [5].
Dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri, mereka akan tergerak mencari tahu tentang tujuan dan arti hidup mereka [5].
Krisis identitas bisa terjadi pada siapa saja karena adanya stres ataupun perubahan dalam hidup yang cukup besar [2,3,4].
Stres atau perubahan yang dialami antara satu orang dengan lainnya pun bisa berbeda-beda [2,3,4].
Perubahan tersebut tidak selalu buruk, namun bisa saja tetap memicu stres hingga pertanyaan-pertanyaan mengenai identitas diri muncul begitu saja [2,3,4].
Berikut ini adalah perubahan dan stres dalam hidup yang umumnya terjadi dan menyebabkan gejala krisis identitas [2,3,4].
Beberapa faktor tersebut tidak hanya mampu membuat seseorang mempertanyakan arti dan tujuan hidupnya, tapi juga bisa sampai berpengaruh dan menghambat kehidupan sehari-harinya [2,4].
Beberapa orang mengalami gangguan kesehatan mental tertentu sehingga timbul gejala-gejala krisis identitas, salah satunya adalah borderline personality disorder (BPD) [3].
BPD juga dikenal dengan istilah gangguan kepribadian ambang di mana penderitanya tidak hanya mengalami perubahan suasana hati yang sering, tapi juga citra diri [3,6].
Perubahan suasana hati maupun citra diri tersebut mampu menyebabkan berbagai masalah pada keseharian penderita karena tak mampu dikendalikan [6].
Selain itu, seseorang yang mengalami krisis identitas berkaitan dengan BPD akan menunjukkan perilaku impulsif yang cenderung merugikan dirinya sendiri [6].
Penderita BPD dapat mengalami timbulnya keinginan untuk melukai diri sendiri dan bahkan mengakhiri hidupnya [6].
Ketika gejala-gejala seperti ini sudah mulai muncul, segera hubungi atau datang ke psikiater untuk meminta bantuan dan memeriksakan diri.
Deteksi BPD sedini mungkin akan membantu pasien mendapatkan penanganan secepatnya dan menghindarkan pasien dari komplikasi berbahaya jangka panjang [6].
Apakah krisis identitas bisa menjadi lebih serius?
Ya, gejala krisis identitas yang sudah terlalu mendalam dan tidak segera memperoleh penanganan berpotensi berkembang semakin serius [2].
Citra diri yang semakin buruk dan tidak mendapat perhatian dalam jangka panjang mampu meningkatkan risiko depresi [7].
Beberapa gejala depresi yang perlu diwaspadai karena dapat terjadi pada penderita krisis identitas adalah [2,4] :
Walau mempertanyakan tentang identitas diri itu suatu hal yang normal, setiap orang wajib waspada apabila pemikiran-pemikiran tersebut semakin dalam dan negatif [2].
Ketika keseharian mulai terkena dampak dari krisis identitas yang semakin buruk, sudah saatnya untuk datang ke psikiater untuk berkonsultasi, memeriksakan diri dan mencari cara mengatasi krisis identitas itu [2,4].
1. Harvard University Department of Psychology. Erik Erikson (1902-1994) Psychosocial Theory of Human Development Psychobiography. Harvard University Department of Psychology; 2021.
2. Dillon Browne, Ph.D. & Jamie Elmer. What’s an Identity Crisis and Could You Be Having One?. Healthline; 2019.
3. Sheri Jacobson. Help! Who Am I? 7 Signs That You Suffer From an Identity Crisis. Harley Therapy; 2014.
4. Kendra Cherry & Daniel B. Block, MD. What Is an Identity Crisis?. Verywell Mind; 2021.
5. Andi Jaihutan Silitonga & Ismaniar Ambarita. Self-Identity Crisis in Trisha Ashley's Every Woman for Herself. Jurnal Littera: Fakultas Sastra Darma Agung; 2020.
6. Jennifer Chapman; Radia T. Jamil & Carl Fleisher. Borderline Personality Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Adrián Montesano, Guillem Feixas, Franz Caspar, & David Winter. Depression and Identity: Are Self-Constructions Negative or Conflictual?. Frontiers in Psychology; 2017.