Mulut berbusa identik dengan gejala kondisi yang memerlukan pertolongan medis segera. Akan tetapi, mulut berbusa pada bayi umumnya tidak mengindikasikan kondisi yang perlu dikhawatirkan[1].
Saat tidur terkadang bayi dapat mengeluarkan busa dari mulut. Busa yang terbentuk pada bayi cenderung lebih jernih, lebih sedikit, dan tidak mengakibatkan banyak gangguan. Mulut berbusa pada bayi dapat terlihat seperti sekumpulan kecil gelembung berwarna putih susu atau jernih[1, 2].
Mulut berbusa dapat tidak menimbulkan gangguan sama sekali selama bayi tidur, namun terkadang kondisi ini menyebabkan pernapasan bayi mengalami gangguan[2].
Berikut beberapa hal yang dapat menyebabkan mulut berbusa pada bayi saat tidur:
Daftar isi
Bayi dapat sering menghasilkan busa atau gelembung dan saliva keluar dari mulut karena mereka berada pada fase perkembangan di mana banyak kebutuhan berpusat pada mulut. Bergantung usia bayi, peningkatan saliva juga dapat merupakan tanda awal tumbuhnya gigi[3].
Bayi dapat mulai secara tidak sengaja membuat gelembung mulut yang terlihat seperti busa sekitar usia 2 bulan. Bayi akan mulai meniup gelembung saliva sekitar usia 6-8 bulan. Bayi dapat membuat dan meniup gelembung saliva baik saat terjaga ataupun saat tidur[3].
Beberapa ahli percaya bahwa kemampuan bayi untuk meniup gelembung merupakan tanda awal perkembangan kemampuan bicara dan berbahasa[3].
Bayi hanya dapat mengkonsumsi air susu dalam jumlah kecil. Saat bayi diberikan susu terlalu banyak, maka dapat bayi dapat mengeluarkan busa dari mulut untuk mengeluarkan kelebihan susu[2].
Pembentukan busa juga bisa disebabkan bayi menelan saliva selama tidur. Kemudian gelembung-gelembung saliva keluar dari mulut sebagai busa[2].
Untuk ibu yang menyusui bayi secara langsung, jumlah ASI yang diberikan tidak dapat diukur. Namun ibu bisa memperkirakan dari lama menyusui. Untuk bayi dengan ukuran tubuh kecil, menyusui dapat dibatasi hingga maksimal 10 menit pada setiap payudara[2].
Jika bayi terlihat belum kenyang, maka dapat diberikan ASI lagi setelah 15 menit. Sebaiknya proses menyusui dilakukan secara perlahan[2].
Untuk bayi yang diberi ASI menggunakan botol, sebaiknya ibu memastikan untuk memilih botol yang tepat. Pastikan lubang pada puting tidak terlalu besar sehingga aliran susu tidak terlalu cepat[2].
Saat menggunakan botol dengan lubang terlalu besar, maka bayi akan menelan lebih banyak udara dibandingkan susu. Hal ini dapat mengarah pada masalah gas perut dan mulut berbusa[2].
Sendawa merupakan salah satu mekanisme penting bagi bayi untuk mengeluarkan gas dalam perut. Kegagalan memicu sendawa setelah pemberian susu berpotensi menyebabkan bayi mengeluarkan lebih banyak susu atau busa pada mulut saat tidur[2].
Terdapat banyak cara untuk membuat bayi bersendawa. Cara yang paling umum digunakan ialah dengan membuat bayi berbaring di atas dada dengan wajah menghadap ibu, kemudian memberikan pijatan pada punggung bayi[2].
Bisa juga dilakukan dengan membaringkan bayi secara tengkurap sehingga tekanan pada perut akan mendorong gas keluar. Ibu dapat mencoba menggerakkan kaki bayi dengan gerak seperti mengayuh sepeda untuk memicu sendawa[2].
Pada bayi yang baru lahir, terkadang sejumlah cairan amniotik masih tertinggal di dalam perut. Bayi akan mengeluarkan cairan tersebut melalui mulut, sehingga terlihat seperti mulut berbusa. Kondisi ini biasanya sembuh dengan sendirinya setelah 2-3 hari setelah kelahiran bayi[1, 2].
Bayi yang mengeluarkan kembali susu lebih banyak dari biasanya, dapat mengalami refluks asam. Susu yang diminum bayi naik kembali ke kerongkongan dan cenderung keluar dengan membentuk busa pada mulut[2].
Refluks termasuk kondisi yang sangat umum dialami bayi karena sistem pencernaan mereka belum cukup berkembang atau belum cukup besar untuk mencerna semua susu yang masuk perut. Sehingga susu yang tidak dicerna dikembalikan ke kerongkongan[1].
Jika mulut berbusa mengindikasikan refluks asam, maka bayi sebaiknya segera diperiksakan ke dokter untuk mendapat penanganan medis. Dokter akan meresepkan obat untuk membantu mengatasi gejala[2].
Selain dengan pengobatan, mulut berbusa akibat refluks dapat dicegah dengan menyesuaikan posisi tidur bayi. Ibu dapat memposisikan bayi untuk tidur dengan miring[2].
Tidur secara telentang meningkatkan kemungkinan refluks asam. Selain itu, posisi tidur telentang juga membuat bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk tersedak susu[2].
Opsi lain untuk mencegah mulut berbusa akibat refluks ialah dengan tidur pada tempat tidur miring atau keranjang. Postur tubuh bayi yang tegak saat menyusui juga dapat membantu bayi mengurangi insidensi keluarnya asam lambung melalui mulut[1, 2].
Jika bayi menjadi rewel dan kesakitan, ibu dapat mengusap dada bayi dengan lembut untuk menstimulasi dan menenangkan[2].
Mulut berbusa saat tidur dapat merupakan gejala dari penyakit infeksi, seperti pneumonia dan bronkiolitis. Bayi dapat mengalami gejala sakit, rewel, dan suhu tubuh lebih tinggi.
Bayi juga dapat terlihat kesulitan bernapas atau bernapas melalui mulut. Jika bayi menunjukkan tanda-tanda infeksi, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter[1, 2].
1. Amy Duncan. Baby Foaming at Mouth While Sleeping: What You Need to Know. Kind Mommy; 2021.
2. Sarah Morgan. Foaming At The Mouth While Sleeping: 5 Reasons Behind. Well Being Kid; 2021.
3. Alexis Baradcutler. The Scientific Reason Your Baby Makes Those Bubbles When They Sleep. Romper; 2017.