Bronkiolitis – Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Jessica S. Raditia, MDCH, RPSGT
Bronkiolitis biasanya berlangsung 2-3 minggu dan jarang sekali membutuhkan perawatan rawat inap di rumah sakit. Orang tua tidak bisa mempersingkat durasi penyakit ini , namun ada beberapa cara yang dapat... membuat anak merasa lebih nyaman, seperti posisi duduk/tegak biasanya membuat nafas lebih mudah. Pastikan anak Anda minum air yang cukup untuk mencegah dehidrasi, minum air sedikit namun sering dapat mencegah anak merasa mual dan muntah. Asap rokok dapat memperparah gejala infeksi saluran nafas. Apabila ada anggota keluarga yang merokok, disarankan untuk merokok di luar ruangan/ tidak merokok dekat dengan anak. Bagi anak yang berusia 6 bulan ke atas, disarankan untuk mendapatkan vaksinasi influenza setiap tahunnya. Read more

Apa Itu Bronkiolitis?

Bronkiolitis ( img : Mom Junction )

Bronkiolitis merupakan kondisi infeksi virus yang menyerang saluran pernafasan, lebih tepatnya pada bronkiolus [1,2,3,4,5,6].

Bronkiolitis sendiri adalah jenis penyakit pernafasan yang umumnya diderita oleh anak-anak yang masih sangat kecil, yakni anak usia balita.

Bukan berarti bronkiolitis tak dapat terjadi pada orang dewasa, sebab bronkiolitis tidak memandang usia, hanya saja berisiko tinggi terjadi secara lebih serius pada usia balita.

Tinjauan
Bronkiolitis adalah infeksi pernafasan di mana viruslah penyebabnya. Walau rentan terjadi pada anak-anak balita, orang dewasa kemungkinan kecil bisa mengalaminya.

Fakta Tentang Bronkiolitis

  1. Balita dengan usia di bawah 2 tahun adalah yang paling berisiko terkena infeksi virus penyebab bronkiolitis [2].
  2. Kasus bronkiolitis pada anak usia 1 tahun ke bawah dilaporkan sekitar 11-15% [2].
  3. Di negara-negara dengan empat musim, bronkiolitis paling umum terjadi selama musim gugur dan musim dingin [2].
  4. Bayi dengan bronkiolitis sakit selama 1-2 minggu atau lebih umum selama 1-10 hari, namun infeksi masih terdapat di dalam tubuh bayi walaupun gejalanya sudah hilang atau sembuh [2,4].
  5. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa bronkiolitis berkaitan dengan pengembangan penyakit asma pada anak seiring tumbuh kembangnya [7].
  6. Perbedaan antara bronkiolitis dan bronkitis adalah bronkiolitis adalah infeksi virus pada bronkiolus sedangkan bronkitis adalah infeksi virus pada bronkus [7].
  7. Bronkitis berbeda dari bronkiolus karena penyakit ini dapat memengaruhi orang dewasa serta anak-anak yang lebih besar, sedangkan bronkiolitis lebih banyak dialami oleh balita [7].

Penyebab Bronkiolitis

Penyebab utama bronkiolitis adalah RSV atau respiratory syncytial virus, hanya saja terkadang bronkiolitis dapat disebabkan oleh flu biasa [1,2,4,5,6].

Karena disebabkan oleh virus, maka penyakit pernafasan ini adalah jenis penyakit menular.

Walau disebabkan oleh virus, tentu ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko seorang anak terkena virus atau mengembangkan bronkiolitis.

Faktor-faktor yang dimaksud antara lain adalah :

  • Usia bayi atau balita, lebih umum terjadi pada bayi yang belum genap berusia 5 bulan.
  • Bayi yang lahir prematur, khususnya lahir sebelum usia kehamilan menginjak 37 minggu.
  • Bayi lahir dengan berat badan terlalu rendah.
  • Lingkungan tempat tinggal yang terlalu penuh, ramai dan sesak.
  • Gangguan kekurangan daya tahan tubuh bawaan.
  • Penyakit paru kronik pada bayi yang lahir prematur.
  • Penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir.
  • Memiliki anggota keluarga yang bekerja atau bersekolah di bidang kesehatan atau keperawatan karena mereka cenderung berisiko tinggi tertular virus penyebab bronkiolitis.
  • Bayi terpapar asap rokok.
  • Bayi tidak cukup diberi ASI atau bahkan sama sekali tidak diberi ASI.
  • Tergolong tingkat sosial ekonomi rendah.

Cara Penularan atau Penyebaran Infeksi

Penularan RSV atau virus penyebab bronkiolitis dapat terjadi saat seseorang yang sudah terinfeksi bersin atau batuk [4].

Cairan dari mulut atau hidung saat batuk dan bersin dapat terhirup oleh orang-orang yang ada di sekitar sehingga sangat mudah untuk virus tersebar ke tubuh orang lain.

Usai batuk atau bersin, ada kemungkinan cairan tersebut menempel pada benda tertentu yang orang lain bisa sentuh.

Infeksi sangat mudah terjadi ketika benda yang sudah terpapar virus disentuh oleh seseorang dan orang itu menyentuh hidung, mata ataupun mulutnya sendiri maka virus dapat mudah masuk dan menginfeksi.

Ketika seseorang sudah berhasil terinfeksi, virus langsung menuju sistem pernafasan melalui trakea dan sampai ke bronkiolus atau saluran udara paling kecil di paru-paru.

Infeksi inilah yang menjadi penyebab utama pembengkakan atau peradangan pada bronkiolus.

Infeksi ini juga dapat meningkatkan produksi lendir atau mukus sehingga saluran udara terhambat.

Saat saluran udara mengalami sumbatan, hal inilah yang menyebabkan sesak nafas.

Bayi atau balita memiliki risiko lebih tinggi mengalami bronkiolitis karena saluran udara pada paru-paru masih kecil dan belum berkembang dengan sempurna.

Tinjauan
RSV atau respiratory syncytial virus adalah penyebab bronkiolitis yang penyebaran atau penularannya dapat melalui cairan batuk ataupun bersin dari orang yang sudah terkena infeksi.

Gejala Bronkiolitis

Pada bayi, bronkiolitis lebih nampak seperti batuk yang parah namun biasanya dapat mereda dan sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang lebih 1 minggu [6].

Namun, risiko gejala berkembang menjadi lebih parah pun tetap tinggi, maka para orangtua wajib memerhatikan gejala-gejala mulai dari yang ringan hingga serius [1,3,4].

Gejala Ringan

  • Demam namun tidak terlalu tinggi
  • Batuk kering
  • Batuk persisten
  • Mengi atau pernafasan yang disertai dengan suara
  • Sulit bernafas atau justru bernafas secara lebih cepat
  • Susah makan

Gejala Berat

  • Sangat rewel dan sangat sulit untuk makan ataupun minum
  • Muntah-muntah
  • Kulit anak pada bagian bibir atau bawah lidah mengalami perubahan (biasanya berubah kebiruan)
  • Sesak nafas yang terlalu berat
  • Bernafas dengan perut
  • Pernafasan berhenti 20 detik pada sekali waktu
  • Demam lebih tinggi
  • Popok kering atau anak tidak buang air kecil selama 6 jam atau lebih
  • Lebih sering atau banyak mengantuk dari biasanya

Gejala yang terlalu berat dan serius tersebut adalah petunjuk bagi para orangtua untuk segera membawa sang anak ke dokter.

Tinjauan
Gejala utama bronkiolitis meliputi kondisi batuk, sesak nafas, dan demam. Gejala yang lebih parah dapat terjadi yang menandakan anak perlu segera dibawa ke dokter.

Pemeriksaan Bronkiolitis

Ketika gejala nampak serius, para orangtua perlu segera memeriksakan anaknya ke dokter.

Langkah-langkah pemeriksaan inilah yang umumnya dokter terapkan [1,2,4] :

  • Pemeriksaan Fisik

Dokter akan melihat gejala-gejala apa saja yang dialami pasien, seperti batuk, hidung berair, atau mengi.

Dokter kemungkinan besar juga akan mengecek suhu tubuh pasien serta menggunakan stetoskop untuk memeriksa pernafasan pasien.

Selain itu, tanda fisik lain yang akan kelihatan mengarah pada bronkiolitis adalah kulit dan mulut pasien yang kering akibat dehidrasi karena sering muntah.

  • Tes Lendir

Umumnya tes atau pemeriksaan lanjutan tidaklah diperlukan, namun jika dokter mencurigai adanya kondisi medis lain yang dapat menjadi penyebab gejala, maka tes lanjutan adalah penting.

Beberapa gejala bronkiolitis hampir sama dengan gejala pada penyakit asma atau fibrosis kistik.

Salah satu tes lanjutan yang dokter terapkan adalah tes mukus atau lendir dari hidung supaya dokter dapat mengetahui jenis virus yang menginfeksi pasien.

  • Oksimetri Nadi

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah pasien dengan mengukurnya.

Proses pengukuran dilakukan oleh dokter dengan menggunakan alat elektronik berukuran kecil yang dijepitkan lebih dulu pada jari tangan atau kaki pasien.

  • Tes Urine atau Darah

Pemeriksaan urine atau darah dirasa perlu oleh dokter ketika dokter ingin mengonfirmasi adanya penyakit tertentu pada tubuh pasien.

Melalui salah satu atau kedua tes ini, dokter juga dapat mengetahui tingkat kenormalan fungsi organ sekaligus keberadaan obat atau zat tertentu kemungkinan penyebab kondisi yang dialami pasien.

Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X pada dada pasien berpotensi menjadi tes yang juga harus ditempuh pasien.

Dokter dapat mengetahui kadar oksigen di dalam tubuh pasien apakah terlalu rendah atau tidak melalui tes ini.

Jika dokter mencurigai adanya kondisi pneumonia, maka biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan ini untuk memastikan.

Tinjauan
Pemeriksaan fisik, oksimetri nadi, tes urine, tes darah dan/atau rontgen dada adalah metode diagnosa yang dilakukan dokter untuk mengonfirmasi gejala mengarah pada bronkiolitis atau penyakit pernafasan lainnya.

Pengobatan Bronkiolitis

Metode pengobatan bronkiolitis disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala yang pasien alami, yakni ringan hingga sedang dan berat.

Pengobatan Gejala Bronkiolitis Ringan-Sedang

Pada kasus gejala yang ringan sampai sedang, biasanya dokter akan memberikan obat-obatan seperti antipiretik atau cairan garam (saline) [2,4].

Cairan garam ini bisa diberikan dengan cara diteteskan ke dalam hidung pasien yang berfungsi sebagai pelega pernafasan.

Pengobatan Gejala Bronkiolitis Berat

Pada pasien dengan gejala yang cukup serius karena gangguan pernafasan akut atau dehidrasi atau juga mengarah pada tanda-tanda hipoksia, pasien harus berada di bawah pemantauan dokter.

Rawat inap di rumah sakit kemungkinan menjadi bentuk perawatan serius yang perlu ditempuh. Di bawah pantauan tim medis, anak akan terjaga tetap terhidrasi dengan baik.

Pada pasien dengan gejala gangguan pernafasan yang jauh lebih buruk, ada kemungkinan kondisi gagal nafas sampai terjadi dan perawatan intensif adalah yang paling utama bagi anak-anak ini [2].

Perawatan Mandiri di Rumah

Untuk pasien bronkiolitis dengan gejala yang tergolong ringan, perawatan medis tidaklah terlalu diperlukan.

Beberapa langkah ini dapat dilakukan oleh orangtua agar membuat si kecil lebih nyaman dan jauh lebih baik [1,2,3,4,6,7].

  • Memberi banyak minum air putih pada anak untuk mengatasi dehidrasi.
  • Memberikan ASI atau susu bagi bayi di bawah 5 bulan secara sering namun sedikit-sedikit untuk mencegah atau mengatasi dehidrasi.
  • Memberikan ibuprofen atau paracetamol (disesuaikan dengan usia anak) sebagai penurun demam.
  • Hindari memberikan aspirin karena obat ini hanya boleh diberikan kepada anak yang sudah berusia 16 tahun ke atas.
  • Hindari mengompres dengan air dingin atau bahkan melepaskan pakaian anak.
  • Memberikan saline atau cairan garam (biasanya dapat diperoleh tanpa resep dokter di apotek terdekat).
  • Hindari merokok di dekat anak karena gejala yang dialami anak dapat menjadi jauh lebih buruk.

Perawatan Medis

Beberapa kasus anak dengan bronkiolitis berangsur parah sehingga mau tak mau orangtua harus merelakan anaknya mendapatkan perawatan medis hingga rawat inap.

Anak-anak dengan masalah kesulitan bernafas, sulit makan atau minum, dehidrasi, memiliki kondisi medis tertentu, atau lahir prematur lebih memerlukan perawatan medis.

Berdasarkan tingkat keparahan kondisi gejala anak, tim medis akan memberikan beberapa penanganan seperti :

  • Pemberian Oksigen Ekstra – Hal ini dokter lakukan ketika usai pengukuran kadar oksigen dalam darah (oksimetri) diketahui bahwa kadar oksigen pasien terlalu rendah [2,3,4,5].
  • Pemasangan Selang Nasogastrik – Dokter akan melakukan pemasangan selang nasogastrik untuk memberikan cairan maupun susu kepada pasien apabila pasien mengalami gejala susah makan maupun minum [3].
  • Nasal Suction – Metode perawatan ini direkomendasikan atau diberikan oleh dokter ketika memang pasien mengalami kesulitan bernafas yang cukup serius karena saluran pernafasan yang mengalami sumbatan.
  • Imunisasi Pasif – Untuk pasien dengan risiko bronkiolitis yang parah dan bahkan dapat meningkatkan risiko komplikasi, imunisasi pasif terhadap RSV dengan palivizumab sangat diperlukan oleh pasien [2].
Tinjauan
Pengobatan bronkiolitis disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala pasien. Perawatan pun dibagi menjadi dua cara, yaitu cara mandiri atau perawatan di rumah dan cara medis yang berpotensi rawat inap.

Komplikasi Bronkiolitis

Bronkiolitis umumnya tidaklah sampai parah karena gejala biasanya hanya dialami oleh penderita selama 1-3 minggu atau lebih dari itu.

Namun bila gejala semakin serius dan pasien pun tidak memperoleh penanganan yang tepat secepatnya, risiko komplikasi-komplikasi ini cukup tinggi [2,4] :

  • Dehidrasi parah
  • Kelelahan ekstrem
  • Gagal nafas yang lebih serius
  • Sianosis atau kondisi ketika kulit pasien mulai membiru karena kadar oksigen terus menurun dan makin rendah dalam darah.
  • Pneumonia; kasus bronkiolitis disertai dengan pneumonia sangatlah jarang, namun bila terjadi, pneumonia perlu mendapatkan penanganan secara terpisah.
  • Kerusakan saluran udara; bronkiolitis yang tak diatasi dengan tepat mampu merusak saluran udara yang bisa dialami pasien sekitar 3-4 bulan.
  • Kekurangan nutrisi; hal ini dapat terjadi ketika anak terus-terusan mengalami muntah.
  • Infeksi nosokomial atau infeksi yang disebabkan oleh kuman yang disebarkan oleh pasien lain di rumah sakit.

Gejala yang terus memburuk dan bahkan berisiko mengalami komplikasi terjadi pada anak-anak tertentu.

Anak-anak yang terlahir dengan gangguan paru-paru atau jantung bawaan memiliki risiko mengalami komplikasi bronkiolitis jauh lebih tinggi daripada anak-anak yang terlahir normal.

Tinjauan
Komplikasi gagal nafas, kekurangan nutrisi hingga sianosis adalah ancaman terburuk bagi penderita bronkiolitis yang tidak segera ditangani.

Pencegahan Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah penyakit infeksi pernafasan oleh virus yang dapat dicegah dan hal-hal inilah yang dapat diterapkan sebagai langkah pencegahannya [1,2,3,5,6] :

  • Para orangtua wajib sering-sering mencuci tangan dengan benar apalagi jika baru saja memiliki bayi.
  • Jauhkan bayi atau balita dari orang-orang yang sedang sakit batuk maupun flu.
  • Jaga agar mainan anak tetap bersih.
  • Jauhkan anak dari orang lain yang merupakan seorang perokok.
  • Bawa ke dokter atau rumah sakit untuk suntikan pencegahan infeksi RSV, khususnya bagi bayi dengan masalah jantung atau paru bawaan maupun masalah kekebalan tubuh.
Tinjauan
Mencuci tangan dengan benar serta menjauhi orang-orang yang sedang sakit adalah langkah pencegahan terbaik agar anak maupun diri sendiri tak mudah terinfeksi RSV.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment