Mengompol atau enuresis merupakan hal yang masih tergolong wajar dan normal ketika dialami oleh bayi atau balita [1].
Saat anak tumbuh semakin besar, sebagian besar kasus mengompol akan berhenti dengan sendirinya [1].
Namun pada anak yang sudah berusia belasan tahun dan tergolong remaja, beberapa diantaranya masih suka ngompol [2,3].
Orang tua perlu mengetahui apa saja kemungkinan penyebab remaja masih ngompol untuk dapat mengatasinya segera.
Daftar isi
Anak remaja yang masih mengompol umumnya memiliki orang tua yang juga memiliki riwayat sama pada masa remajanya [3,4].
Bila kedua orang tua anak mempunyai riwayat mengompol hingga usia remaja, anak memiliki risiko 77% untuk mengalami kondisi serupa [1,3,4].
Sedangkan bila hanya salah satu orang tua saja yang mempunyai riwayat mengompol sampai remaja, anaknya memiliki risiko 44% untuk mengalami hal yang sama [1,3,4].
Jadi sebelum memarahi anak atau memojokkannya karena masih mengompol walau sudah besar, pikirkan lagi apakah kondisi tersebut berkaitan dengan genetik/keturunan [3,4].
Anak remaja masih mengompol juga dapat disebabkan oleh kebiasaan minum terlalu banyak di malam hari, terutama sebelum tidur [3].
Tidak semua remaja akan sering buang air kecil atau mengompol saat minum banyak sebelum tidur [3].
Namun pada sebagian remaja, mereka mengalami kesulitan menahan buang air kecil dan cenderung lebih mudah buang air kecil [3].
Saat kandung kemih penuh namun anak tidak terjaga, urine akan keluar begitu saja tanpa anak sadari [3].
Hormon remaja yang tidak seimbang juga dapat menjadi salah satu alasan dirinya masih mengompol tanpa bisa dikendalikan [1,2,3].
Hormon yang mengalami ketidakseimbangan ini disebut dengan hormon antidiuretik, yakni hormon yang berperan penting dalam membuat produksi urine lebih lambat di malam hari [1,2,3].
Jika di dalam tubuh remaja kadar hormon ini terlalu sedikit, akibatnya ia akan lebih sering mengompol [1,2,3].
Hormon antidiuretik berkadar terlalu rendah bisa menyebabkan kesulitan pada tubuh anak dalam menahan jumlah urine yang banyak dan terkumpul di malam hari [1,2,3].
Remaja yang suka mengonsumsi kafein terutama saat sudah sore atau malam tidak hanya menyebabkan susah tidur atau insomnia [5,6].
Kafein memiliki kandungan diuretik yang mampu meningkatkan frekuensi buang air kecil [2,3].
Kafein memberi efek pada peningkatan jumlah urine yang cukup cepat di dalam tubuh [2,3].
Maka jika tidur tanpa merasakan atau menyadari adanya keinginan untuk buang air kecil, remaja berpotensi mengompol [2,3].
Kafein tidak hanya terkandung di dalam kopi dan teh, tapi juga minuman berenergi dan minuman bersoda [2,3].
Jadi saat sudah siang, sore atau bahkan malam, hindari mengonsumsi minuman berkafein tinggi (apabila seringnya mengompol disebabkan oleh kafein) [2,3].
Remaja dengan jadwal sekolah, belajar dan bermain yang cukup padat seringkali justru menjadi sebab dari pola tidur yang kacau [2,3].
Remaja dengan masalah pola tidur memiliki risiko lebih tinggi untuk masih mengompol [2,3].
Biasanya, remaja akan mengambil waktu tidur siang dan pada akhir pekan mereka akan begadang dan bangun tidur lebih siang [2,3].
Kebiasaan-kebiasaan tersebut mampu memicu gangguan pola tidur sehingga memengaruhi fungsi kandung kemih [2,3].
Tidak hanya pola tidur yang kacau, remaja juga berpotensi mengalami gangguan tidur sehingga risiko mengompol juga cukup tinggi [3,4].
Beberapa remaja yang bahkan sudah terlelap di malam hari akan tiba-tiba terbangun apabila merasa ingin buang air kecil [3,4].
Namun sayangnya, sebagian remaja jika sudah terlelap tidak dapat diganggu oleh hal apapun, termasuk tidak bisa merasakan adanya keinginan buang air kecil [3,4].
Pada beberapa remaja yang menderita sleep apnea, tingkat rasa kantuk akan lebih besar daripada orang-orang non-penderita sleep apnea [3,4].
Hal ini bisa menjadi pemicu remaja tidur tanpa terganggu oleh penumpukan urine di kandung kemih [3,4].
Remaja yang rentan stres pun mampu menjadi salah satu faktor penyebab masih sering ngompol [1,2,3].
Stres pada remaja bisa disebabkan oleh berbagai alasan, mulai dari masalah pelajaran, masalah dengan orang tua, masalah dengan teman/pacar, atau lainnya [1,2,3].
Bentuk stres antara satu remaja dengan remaja lainnya dapat berbeda-beda, maka mengompol bisa menjadi salah satunya walaupun jarang terjadi [1,2,3].
Mengompol adalah efek dari ketidakmampuan tubuh remaja dalam mengontrol keinginan buang air kecil [1,2,3].
Gangguan pada kandung kemih seperti infeksi saluran kencing menjadi salah satu kemungkinan remaja sering mengompol [1,2,3].
Selain itu, fungsi kandung kemih dapat terganggu dan tidak lagi bisa mempertahankan jumlah urine normal saat kejang otot sering terjadi [1,2,3].
Beberapa kondisi medis lainnya juga dapat menjadi alasan mengapa remaja masih mengompol [1,2,3].
Kelainan struktur saluran kemih dan diabetes adalah kondisi medis yang dimaksud dan mampu memengaruhi kemampuan tubuh mengontrol keinginan buang air kecil [1,2,3].
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila orang tua merasa bahwa kondisi anak remaja yang masih mengompol cukup mengkhawatirkan, segera ajak ke dokter untuk memastikan penyebabnya [3].
Bagi remaja yang sudah mencoba membatasi asupan cairan di malam hari dan sebelum tidur, tidak mengonsumsi kafein, dan sudah mengelola stres dengan baik tapi masih mengompol, konsultasikan dengan dokter segera.
Dokter kemudian baru dapat membantu memberikan solusi penanganan apabila penyebabnya sudah teridentifikasi.
1. Marcia Wilson & Vikas Gupta. Enuresis. National Center for Biotechnology Information; 2022.
2. Marcella A. Escoto, DO. Bedwetting (Nocturnal Enuresis). KidsHealth; 2018.
3. Amy Morin, LCSW & Jonathan B. Jassey, DO. How to Help a Teenager Stop Wetting the Bed. Verywell Health; 2022.
4. Rajiv Sinha & Sumantra Raut. Management of nocturnal enuresis - myths and facts. World Journal of Nephrology; 2016.
5. Yang Zhang, Aitor Coca, Douglas J. Casa, Jose Antonio, James M. Green, & Phillip A. Bishopf. Caffeine and diuresis during rest and exercise: A meta-analysis. Journal of Science and Medicine in Sport; 2016.
6. Ninad S. Chaudhary, M.B.B.S., M.P.H., Michael A. Grandner, Ph.D., M.T.R., Nicholas J. Jackson, M.P.H., M.A., & Subhajit Chakravorty, M.D. Caffeine consumption, insomnia, and sleep duration: Results from a nationally representative sample. Nutrition; 2018.