Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Terbentuknya tahi lalat dapat disebabkan oleh faktor keturunandan paparan sinar matahari. Orang dewasa juga dapat mendapatkan tahi lalat baru. Namun jika Anda mendapatkan suatu tahi lalat baru setelah
Tahi lalat adalah suatu hal yang normal dan wajar ketika timbul pada kulit tubuh dalam bentuk bintik berwarna cokelat atau hitam dan berukuran kecil [1,2].
Tahi lalat adalah hasil dari pembentukan sel pigmen (melanosit) yang berkumpul atau mengelompok [2].
Sebagian besar orang memiliki tahi lalat sejak lahir, namun ada pula yang muncul seiring bertambahnya usia [1,2].
Masalahnya, tahi lalat menjadi hal yang mengkhawatirkan apabila semakin bertambah banyak pada permukaan kulit di seluruh tubuh.
Dengan fakta bahwa tahi lalat dengan jumlah sedikit saja tidak semuanya aman, tentu ketika bertambah banyak seseorang akan merasa cemas.
Berikut ini adalah berbagai penyebab tahi lalat bertambah banyak yang dapat bersifat aman maupun tidak.
Daftar isi
Faktor genetik menjadi salah satu penyebab seseorang dapat memiliki banyak tahi lalat di tubuhnya [1,3].
Jika anggota keluarga memiliki banyak tanda ini, maka kelak keturunannya berisiko lebih tinggi mengalami hal yang sama [1,3].
Contohnya adalah tahi lalat atipikal; bila riwayat keluarga ada yang memilikinya, maka seseorang berisiko memilikinya juga, terutama seiring usia bertambah dewasa [1,4].
Tahi lalat atipikal sendiri adalah salah satu jenis tahi lalat dengan bentuk tak beraturan dan ukuran lebih besar jika dibandingkan tahi lalat pada umumnya [4].
Istilah lain untuk menyebut tahi lalat atipikal ini adalah nevi atipikal (displastik) di mana pada jenis ini memiliki karakteristik warna cokelat tua pada bagian tengahnya namun warna lebih terang di bagian tepi atau batasnya [4].
Hal ini pun berkaitan dengan warna kulit sebab seseorang berkulit terang memiliki tahi lalat lebih banyak daripada orang-orang dengan warna kulit gelap [1,5].
Ada yang muncul sejak lahir, namun tahi lalat biasanya berpotensi bertambah setidaknya hingga seseorang mencapai usia 25 tahun [1].
Di usia dewasa, orang-orang dengan warna kulit terang cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami penambahan lebih banyak tahi lalat [1,5].
Pada masa-masa perubahan hormon, tahi lalat pun dapat lebih banyak terbentuk [1,6].
Biasanya, kemunculan tahi lalat terjadi pada masa pubertas (usia remaja), kehamilan serta menopause [6].
Tahi lalat tak hanya berpotensi bertambah lebih banyak, tapi tahi lalat yang baru timbul pun berisiko untuk bertambah besar.
Seiring bertambahnya usia, perubahan kulit tubuh pasti terjadi dan hal ini sangat wajar serta alami.
Tidak hanya kerutan dan garis halus yang akan timbul sebagai tanda penuaan, melainkan juga kemungkinan bertambahnya tahi lalat [1,7].
Usia kulit dapat menjadi lebih cepat tua dan memicu kemunculan tahi lalat-tahi lalat baru; penuaan dini berkaitan dengan pola hidup tak sehat dan juga faktor sinar ultraviolet [1,7].
Meski rata-rata tahi lalat tumbuh lebih banyak saat usia 25 tahun ke bawah, tidak menutup kemungkinan orang-orang yang berusia lebih tua tidak mengalami hal serupa [1,7].
Tinggal di wilayah dengan iklim panas meningkatkan risiko bertambah banyaknya tahi lalat yang terbentuk di permukaan kulit.
Paparan cahaya matahari memicu produksi melanosit lebih banyak oleh melanin sehingga akan lebih berpotensi juga untuk melanosit berkumpul [1,4,5,6,7].
Penumpukan melanosit ini menandakan bahwa penyebarannya tak merata sehingga menimbulkan tahi lalat-tahi lalat baru yang lebih banyak.
Tahi lalat bertambah banyak dapat pula disebabkan oleh penggunaan obat-obat tertentu.
Beberapa jenis obat seperti antibiotik, obat hormon, dan antidepresan mampu memicu efek samping seperti itu [1].
Tahi lalat bertambah karena sensitivitas kulit terhadap cahaya matahari meningkat akibat sistem imun yang melemah karena efek obat [1].
Dengan demikian, risiko kulit yang hanya sedikit terpapar cahaya matahari saja dapat menimbulkan beberapa tahi lalat baru [1].
Tahi lalat yang bertambah banyak juga dapat disebabkan oleh mutasi (perubahan) gen tertentu, seperti gen BRAF, HRAS, PIK3CA, dan FGFR3 [1,3].
Meski demikian, mutasi gen BRAF adalah yang paling banyak dipelajari dan para peneliti membuktikan bahwa akibat dari mutasi ini kemudian menyebabkan melanosit terproduksi lebih banyak sehingga membentuk tahi lalat yang juga lebih banyak [3].
Namun meskipun hasil dari mutasi genetik, tahi lalat yang timbul pada permukaan kulit bersifat jinak [3].
Meski sebagian besar tahi lalat yang muncul tidak mengancam kesehatan, ada pula jenis tahi lalat yang merupakan pertanda dari adanya kanker [8,9].
Tahi lalat yang timbul terutama setelah melewati usia 25 tahun meski dapat disebabkan oleh paparan matahari dan faktor penuaan, hal ini dapat mengindikasikan kondisi lain seperti melanoma [8,9].
Bila usia sudah melewati 25 tahun dan tahi lalat mengalami perubahan bentuk, ukuran serta warna, segera periksakan apakah tahi lalat tersebut tanda melanoma (kanker yang tumbuh pada melanosit) [8,9].
Tahi lalat yang melunak, disentuh terasa sakit atau gatal, lalu juga mengeluarkan cairan atau darah perlu segera mendapatkan penanganan [9].
Berikut ini adalah tanda bahwa tahi lalat kemungkinan menjadi tanda adanya kanker [9] :
Segera cek apakah tahi lalat berbahaya (khususnya bila tanda-tanda mirip dengan indikasi kanker) dan konsultasikan hal ini dengan dokter spesialis kulit.
Namun untuk menekan pertumbuhan dan penambahan tahi lalat pada permukaan kulit, berikut adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan [10] :
Ada banyak faktor dibalik terus bertambahnya tahi lalat di tubuh, namun jika gejala mulai tak normal dan mengganggu penampilan, segera periksakan untuk mengetahui bahaya tidaknya tahi lalat tersebut.
1. Anthony J. Perri, MD. What Causes Moles to Suddenly Appear in Adults?. Anthony J. Perri, MD; 2019.
2. Elsemieke I Plasmeijer, Thi-My-Uyen Nguyen, Catherine M Olsen, Monika Janda, H Peter Soyer & Adele C Green. The Natural History of Common Melanocytic Nevi: A Systematic Review of Longitudinal Studies in the General Population. The Journal of Investigative Dermatology; 2017.
3. Mi Ryung Roh, Philip Eliades, Sameer Gupta, & Hensin Tsao. Genetics of Melanocytic Nevi. HHS Public Access; 2016.
4. Anonim. Atypical Moles. American Osteopathic College of Dermatology; 2021.
5. John D’Orazio, Stuart Jarrett, Alexandra Amaro-Ortiz, & Timothy Scott. UV Radiation and the Skin. International Journal of Molecular Sciences; 2013.
6. Team MoleMap. Types and causes of moles. MoleMap; 2018.
7. Mary Ann E. Zagaria, PharmD, MS, CGP. Common Benign Skin Growths in Older Adults. U.S. Pharmacist; 2013.
8. Mehul Bhatt, Adam Nabatian, David Kriegel, & Hooman Khorasani. Does an increased number of moles correlate to a higher risk of melanoma?. Melanoma Management; 2016.
9. Jonathan B. Heistein & Utkarsh Acharya. Malignant Melanoma. National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. Elisabeth G. Richard, MD. All About Sunscreen. Skin Cancer Foundation; 2021.