Penyakit & Kelainan

6 Perbedaan Arthritis dan Arthrosis

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Arthritis dan arthrosis adalah dua jenis kondisi kesehatan yang terdengar mirip namun sebenarnya memiliki perbedaan.

Meskipun keduanya sama-sama memengaruhi sendi, ligamen dan tulang dengan keserupaan gejala, keduanya tetap memiliki beberapa sisi yang berbeda untuk dikenali [1,2,3,4].

Berikut ini adalah beberapa perbedaan arthritis dan arthrosis dari segi pengertian, sebab, gejala, dan lainnya.

1. Pengertian

Arthritis adalah sebuah istilah medis untuk beberapa kondisi seperti radang sendi, radang otot, radang pada kulit, serta radang pada organ-organ lainnya [1,3].

Gout, rheumatoid arthritis dan osteoarthritis merupakan penyakit-penyakit yang tergolong arthritis [1,3]

Sementara itu, arthrosis adalah istilah lain untuk menyebut osteoarthritis (OA) di mana osteoarthritis ini adalah salah satu jenis arthritis yang paling banyak dialami [2,4].

Maka meskipun tampak dan terdengar sama, keduanya berbeda dari segi definisi karena arthrosis merupakan bagian dari arthritis yang banyak orang belum terlalu tahu [1,2,3,4].

Arthrosis memang dapat menyebabkan beberapa sendi (bagian tubuh mana saja) mengalami radang, hanya saja sendi pinggul, lutut, leher dan tangan memiliki risiko lebih tinggi [2,4].

2. Penyebab atau Faktor Risiko

Penyebab atau faktor peningkat risiko arthritis dan arthrosis pada dasarnya memiliki kesamaan, seperti faktor usia [1,2,3,4].

Risiko arthritis dan arthrosis jauh lebih tinggi terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut [1,2,3,4].

Faktor gen juga memengaruhi karena seseorang dengan riwayat keluarga penderita kondisi arthritis maupun arthrosis akan berisiko lebih tinggi dalam menderita kondisi serupa [1,2,3,4].

Namun, terdapat beberapa perbedaan pada sejumlah faktor lain seperti di bawah ini [1,3,4] :

  • Deformitas sendi : Risiko arthrosis jauh lebih tinggi terjadi pada seseorang yang memiliki deformitas sendi atau kecacatan sendi sejak awal daripada jenis arthritis lain.
  • Cedera : Orang-orang yang pernah mengalami cedera pada sendi memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami arthrosis daripada jenis arthritis lainnya.
  • Faktor jenis kelamin : Wanita memiliki risiko jauh lebih tinggi mengalami arthrosis daripada pria, bersama dengan risiko rheumatoid arthritis. Sedangkan pria memiliki risiko arthritis lain yang lebih tinggi daripada wanita, yakni gout atau asam urat.
  • Jenis pekerjaan : Untuk orang-orang yang memiliki pekerjaan yang mengharuskan mereka beraktivitas fisik dan banyak memberikan tekanan pada sendi, otomatis risiko arthrosis pun semakin tinggi daripada jenis arthritis lain.
  • Obesitas : Obesitas adalah salah satu faktor yang mampu memberi tekanan ekstra pada sendi ketika sedang beraktivitas, khususnya sendi pada tubuh bagian bawah. Karena hal ini, risiko kerusakan sendi dan arthrosis lebih tinggi daripada risiko jenis arthritis lain.

3. Gejala

Gejala arthritis tidak sama antara satu penderita dengan penderita lainnya meskipun kekakuan dan nyeri sendi merupakan keluhan utama dan paling banyak dialami penderita arthritis [1,3].

Untuk kasus arthritis, selain rasa nyeri dan kaku pada sendi, tanda-tanda lain yang perlu dikenali adalah [1,3] :

  • Sendi membengkak
  • Area sendi yang radang tampak kemerahan
  • Gerakan area tubuh (pada sendi yang terpengaruh) menjadi lebih terbatas dan tidak nyaman

Sementara pada kasus arthrosis, beberapa gejala yang dialami penderitanya antara lain adalah [1,2,4] :

  • Nyeri dan kekakuan sendi
  • Sendi yang terpengaruh jika disentuh akan terasa lunak
  • Sendi yang terpengaruh jika disentuh akan terasa seperti ada sedikit tulang yang tumbuh
  • Antar tulang bergesekkan
  • Sendi yang terpengaruh mengalami kehilangan fleksibilitas sehingga gerakan sendi akan menjadi lebih terbatas dan tidak nyaman

4. Metode Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk arthritis secara menyeluruh maupun arthrosis sebagai bagian dari arthritis pada dasarnya sama.

Dokter akan lebih dulu memeriksa gejala fisik yang dialami pasien berikut riwayat kesehatan keluarga untuk memastikan apakah terdapat faktor genetik yang berperan.

Melalui pemeriksaan fisik pada pasien gejala arthritis, dokter baru bisa menentukan jenis arthritis yang dialami, salah satunya kemungkinan arthrosis.

Untuk kasus arthritis, pemeriksaan darah juga perlu pasien tempuh untuk mengetahui adanya infeksi maupun peradangan.

Sementara itu, dokter kemungkinan menganjurkan pasien untuk menjalani aspirasi sendi, yakni metode pengambilan sampel cairan dari sendi yang terpengaruh lalu dianalisa di laboratorium.

Sementara untuk mendiagnosa arthrosis, diperlukan metode-metode pemeriksaan penunjang, seperti MRI scan dan rontgen (sinar-X) [1,4].

Prosedur diagnosa ini bertujuan untuk memeriksa secara lebih detail area sendi yang terpengaruh [1].

Arthroscopy adalah prosedur pemeriksaan lain yang dokter gunakan untuk memeriksa beberapa sendi yang mengalami gejala arthrosis [1,5].

Dokter pada proses arthroscopy akan memasukkan kamera berukuran sangat kecil ke salah satu atau beberapa sendi yang diduga mengalami arthrosis untuk memastikan kondisi tersebut dari dekat [1,5].

5. Penanganan

Penanganan arthrosis dan jenis arthritis lainnya kemungkinan bisa berbeda walaupun pada beberapa kasus bisa saja sama.

Namun untuk penderita arthrosis, beberapa pengobatan biasanya meliputi [1,4] :

  • Obat pereda nyeri yang bisa dibeli di apotek atau toko obat terdekat (bisa dengan atau tanpa resep dokter), seperti anti-inflamasi nonsteroid dan acetaminophen.
  • Ortotik. Ketika sendi mengalami kerusakan, pasien terkadang memerlukan alat bantu untuk beraktivitas, yakni melalui penggunaan belat dan gip atau lainnya supaya sendi tidak semakin mengalami tekanan dan sendi tidak semakin bermasalah.
  • Terapi fisik, yakni terapi yang meliputi aktivitas fisik atau olahraga yang dibimbing oleh terapis profesional agar sendi lebih kuat dan stabil serta rentang gerak tubuh bisa menjadi lebih luas dan fleksibel.
  • Terapi okupasi, yakni terapi yang dibimbing oleh terapis profesional dalam membantu pasien arthrosis untuk penyesuaian tubuh terhadap lingkungan dan aktivitas sehari-hari.
  • Operasi sendi, yakni operasi untuk mengganti sendi yang rusak.

Rata-rata kasus arthritis dapat ditangani dengan obat-obatan dan perubahan gaya hidup, namun pada kasus arthrosis seringkali lebih serius daripada jenis arthritis lainnya [1,3].

6. Prognosis

Arthrosis atau osteoarthritis adalah gangguan sendi progresif yang belum diketahui hingga kini bagaimana cara mengobati dan menyembuhkannya [4].

Tingkat keparahan sendi dan berapa jumlah sendi yang terpengaruh seringkali memengaruhi seberapa baik prognosis atau peluang kesembuhannya 1,4].

Dibandingkan dengan jenis arthritis lainnya, arthrosis memiliki kemungkinan yang lebih buruk bagi penderita, sedangkan rheumatoid arthritis memiliki kemungkinan lebih besar bagi penderita berumur panjang [6].

Demikian beberapa hal perbedaan terkait arthrosis dan arthritis untuk dipahami; segera ke dokter untuk mengetahui penyebab gejala radang sesungguhnya agar lebih cepat memperoleh penanganan.

1. Nancy Carteron, M.D., FACR & Kimberly Holland. Arthrosis vs. Arthritis: What’s the Difference?. Healthline; 2018.
2. National Institutes of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases. Osteoarthritis. National Institutes of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases; 2021.
3. Shayan Senthelal; Jinpu Li; Amandeep Goyal; Pankaj Bansal; & Mark A. Thomas. Arthritis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
4. Rouhin Sen & John A. Hurley. Osteoarthritis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. R D Altman & R Gray. Diagnostic and therapeutic uses of the arthroscope in rheumatoid arthritis and osteoarthritis. The American Journal of Medicine; 1983.
6. Nancy Carteron, M.D., FACR & Valencia Higuera. Can Rheumatoid Arthritis Shorten Your Lifespan?. Healthline; 2019.

Share