Binge eating adalah sebuah istilah yang mungkin sudah tidak asing, terutama bagi anak-anak muda zaman sekarang [1,2].
Binge eating dikenal sebagai suatu gangguan makan di mana aktivitas makan atau minum dalam jumlah banyak dan cepat secara tidak terkendali dan berepisode [3].
Hobi makan dan binge eating adalah dua hal yang berbeda; namun, binge eating juga tidak sama dengan compulsive eating [4].
Compulsive eating sendiri adalah dorongan tak terkendali dan tak tertahankan untuk makan dan minum banyak walau dalam kondisi tidak lapar [4].
Untuk lebih memahami, berikut ini adalah berbagai perbedaan binge eating dan compulsive eating yang dapat diketahui.
Walau sama-sama merupakan jenis gangguan makan, binge eating dan compulsive eating berbeda dari segi pengertian atau definisinya [4].
Keduanya sama-sama merupakan aktivitas makan yang berlebihan dan sulit dikendalikan meskipun dalam kondisi tidak lapar [4].
Namun jika binge eating adalah gangguan kesehatan mental dalam dunia medis, compulsive eating justru bukan tergolong sebuah kondisi medis [3,4].
Binge eating adalah sebuah kondisi gangguan makan atau gangguan kesehatan mental terkait aktivitas makan dan minum berlebihan yang dilakukan berulang [3,4].
Binge eating adalah kondisi mental seseorang di mana dirinya tidak mampu mengendalikan keinginannya untuk makan dan minum dalam porsi yang terlalu banyak [3,4].
Sementara itu compulsive eating adalah kondisi makan berlebihan saat kondisi perut tidak lapar yang biasanya bisa berulang maupun tidak berulang [3,4].
Compulsive eating adalah sebuah kesukaan seseorang untuk makan banyak atau juga bisa disebut dengan istilah kecanduan makanan [4].
Bisa juga disimpulkan bahwa compulsive eating merupakan gejala dari gangguan binge eating karena orang-orang yang mengalami compulsive eating tidak selalu memiliki kondisi binge eating disorder [4].
Keduanya sama-sama menyebabkan tekanan emosional, ketidaknyamanan pada pencernaan, dan rasa malu ketika berada di depan umum [4].
Sepintas, binge eating dan compulsive eating dianggap sebagai kondisi yang sama, termasuk hal-hal yang menyebabkan keduanya [4].
Namun, sebenarnya binge eating dan compulsive eating merupakan dua kondisi yang memiliki perbedaan pada penyebabnya [4].
Penyebab binge eating sendiri belum diketahui secara pasti, namun faktor kondisi mental atau psikis, faktor lingkungan, dan/atau faktor genetik bisa berperan besar pada gangguan makan ini [3,4].
Perlu diketahui pula bahwa sebagian orang dengan kondisi tertentu seperti berikut memiliki peluang lebih besar mengalami binge eating [4] :
Sedangkan penyebab compulsive eating, biasanya keinginan untuk makan menjadi tidak terkendali karena pemicu emosional secara spesifik [4].
Beberapa faktor ini perlu diwaspadai sebagai peningkat risiko compulsive eating pada seseorang [4,5]:
Tanda binge eating dan compulsive eating yang paling mudah dikenali adalah ketika seseorang makan dalam porsi yang terlalu berlebihan dan cenderung tidak terkendali [4].
Namun dari segi keparahan gejala, binge eating lebih buruk daripada compulsive eating [4].
Gejala binge eating sebagai gangguan makan atau gangguan kesehatan mental biasanya meliputi [3,4] :
Gejala compulsive eating pada dasarnya lebih kepada seseorang yang makan lebih banyak daripada biasanya namun frekuensinya bisa berubah-ubah, dapat terlampau sering atau hanya berkala [4,6].
Beberapa gejala atau tanda yang mudah dikenali dari compulsive eating antara lain adalah [4,6] :
Ketika compulsive eating terjadi berulang dengan frekuensi yang sering dan teratur, maka kondisi ini tergolong sebagai binge eating [4].
Dalam hal binge eating, karena kondisi ini merupakan kondisi gangguan makan yang berhubungan dengan psikis, melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater sangat dianjurkan [3,4].
Apabila dibutuhkan, psikoterapi dan obat-obatan adalah penanganan yang tepat untuk kondisi binge eating disorder [3,4].
Selain psikoterapi dan konsumsi obat resep, biasanya penderita binge eating juga perlu pelan-pelan mengubah pola hidup tertentu [3,4].
Namun bila binge eating tidak terdeteksi atau terdiagnosa, maka tidak akan ada penanganan yang tepat untuk penderitanya [3,4].
Beberapa risiko komplikasi dapat terjadi, mulai dari obesitas, tekanan darah tinggi, hingga kolesterol tinggi [4,6].
Sementara untuk compulsive eating, biasanya kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan dan tidak diperlukan penanganan khusus berupa obat atau terapi tertentu [4,6].
Namun, compulsive eating yang terjadi berulang dan dengan episode rutin, artinya kondisi ini telah berkembang menjadi binge eating [4,6].
Dengan mengetahui perbedaan binge eating dan compulsive eating, deteksi gejala, diagnosis dan penanganan awal dapat dilakukan.
1. Romi Londre. Shame and guilt eating: Tackling binge-eating disorders. Mayo Clinic Health System; 2023.
2. Cara Bohon, PhD. Binge Eating Disorder in Children and Adolescents. Child and Adolescent Psychiatric Clinics; 2020.
3. Aqsa Iqbal & Anis Rehman. Binge Eating Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2022.
4. Toketemu Ohwovoriole & Rachel Goldman, PhD, FTOS. Compulsive Eating vs Binge Eating: What Are The Differences?. Verywell Mind; 2022.
5. Lo Styx & Karen Cilli. Habits Influence Our Behavior More Than We Realize, Study Reveals. Verywell Mind; 2022.
6. Eating Recovery Center. What is Compulsive Overeating?. Eating Recovery Center; 2023.