Alergi obat adalah reaksi alergi berlebihan yang timbul dari sistem imun ketika seseorang meminum obat tertentu [1].
Sistem imun atau daya tahan tubuh secara salah menyerang zat-zat dari obat yang dikonsumsi karena menganggapnya berbahaya [1].
Seseorang akan mengalami sejumlah gejala berikut sebagai bentuk reaksi alergi setelah kurang lebih 1 jam atau bahkan beberapa hari usai mengonsumsi suatu obat [1].
Beberapa gejala ini akan terjadi karena di dalam tubuh terjadp pelepasan histamin [1].
Histamin sendiri merupakan senyawa kimia pada sistem imun yang berfungsi utama melawan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan berpotensi merusak atau membahayakan tubuh [2].
Maka jika tubuh manusia dapat terhindar dari beragam penyakit, salah satunya berkat keberadaan histamin [2].
Pelepasan histamin dalam tubuh dapat menyebabkan reaksi alergi karena ketika alergen masuk ke tubuh, sistem imun sudah lebih dulu menganggapnya sebagai benda asing berbahaya [2].
Setelah itu, pelepasan histamin pun terjadi untuk melawan benda-benda asing tersebut; dalam hal ini alergen yang dimaksud adalah obat tertentu [2].
Karena sebenarnya alergen seharusnya tidak berbahaya, histamin melawannya dan kemudian timbul reaksi alergi seperti ruam, gatal, batuk bersin, hidung tersumbat, keluarnya air mata, hingga sesak napas dan henti napas [1,2].
Beberapa jenis obat yang umumnya mampu menyebabkan tubuh mengeluarkan reaksi alergi adalah antikonvulsan atau antikejang, antibiotik, obat kemoterapi, obat untuk autoimun, dan obat pereda nyeri [1].
Ketika menjumpai seseorang dengan kondisi gejala yang mengarah pada reaksi alergi obat, beberapa langkah pertolongan pertama berikut dapat dilakukan.
Daftar isi
Segera cari bantuan medis terdekat apabila orang terdekat atau orang lain yang berada di sekitar kita mengalami gejala reaksi alergi usai menggunakan obat tertentu [3].
Setelah menghubungi tenaga medis, pastikan untuk tetap berada di tempat dan mendampingi penderita alergi [3].
Ketika gejala tiba-tiba timbul, penderita bisa saja merasa panik, terutama jika mengalami kesulitan bernapas [3].
Usai menghubungi rumah sakit, pastikan penolong tetap berada di tempat dan menenangkan penderita [3].
Jika gejala tidak berupa sesak napas, bantu penderita untuk mengambil posisi berbaring [3].
Namun jika mengalami sesak napas, pertolongan pertama sesak napas tidak sebaiknya membaringkan penderita, tapi membantunya untuk dalam posisi duduk yang nyaman agar bisa bernapas lebih lega [3].
Jika terjadi sesak napas, perhatikan pakaian yang dikenakan oleh penderita [3].
Apabila penderita mengenakan pakaian dengan kancing baju yang dikancingkan terlalu atas dan ketat, bantu untuk melonggarkannya [3].
Pakaian yang lebih longgar akan membantu melegakan pernapasan penderita.
Apabila penderita tidak hanya mengalami sesak napas, tapi juga kesulitan bergerak dan terus-menerus batuk, segera lakukan CPR [3,4,5,6].
Bahkan pertolongan dengan CPR perlu juga diberikan secepatnya apabila mengetahui bahwa penderita tidak bernapas [3,4,5,6].
Beberapa upaya penanganan dengan CPR bisa dilakukan dengan [3,4]:
Ketika gejala yang timbul berkaitan dengan ruam dan gatal atau pembengkakan, beri kompres dingin untuk menyejukkan kulit penderita [3].
Penderita juga sebaiknya menghindari penggunaan sabun berbahan keras agar gejala pada kulit tidak mudah terjadi lagi [3].
Dokter biasanya kemudian memberikan obat antihistamin untuk mengatasi gejala-gejala alergi obat [1,3,4,5,6].
Agar gejala alergi obat tidak terjadi kembali, maka penderita sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mengenai riwayat alergi terhadap suatu obat sebelum menerima resep obat apapun saat sedang berobat.
1. Richard Warrington & Fanny Silviu-Dan. Drug allergy. Allergy, Asthma & Clinical Immunology; 2011.
2. Raj H. Patel & Shamim S. Mohiuddin. Biochemistry, Histamine. National Center for Biotechnology Information; 2021.
3. Alana Biggers, M.D., MPH & Ann Pietrangelo. Allergic Reaction First Aid: What to Do. Healthline; 2020.
4. Johannes Ring,corresponding author Kirsten Beyer, Tilo Biedermann, Andreas Bircher, Dorothea Duda, Jörg Fischer, Frank Friedrichs, Thomas Fuchs, Uwe Gieler, Thilo Jakob, Ludger Klimek, Lars Lange, Hans F. Merk, Bodo Niggemann, Oliver Pfaar, Bernhard Przybilla, Franziska Ruëff, Ernst Rietschel, Sabine Schnadt, Roland Seifert, Helmut Sitter, Eva-Maria Varga, Margitta Worm, & Knut Brockow. Guideline for acute therapy and management of anaphylaxis. Allergo Journal International; 2014.
5. Scott P Commins, MD, PhD. Outpatient Emergencies: Anaphylaxis. HHS Public Access; 2018.
6. Laurent L. Reber, PhD, Joseph D. Hernandez, MD, PhD, & Stephen J. Galli. The pathophysiology of anaphylaxis. HHS Public Access; 2018.