5 Pertolongan Pertama Alergi Obat

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Alergi obat adalah reaksi alergi berlebihan yang timbul dari sistem imun ketika seseorang meminum obat tertentu [1].

Sistem imun atau daya tahan tubuh secara salah menyerang zat-zat dari obat yang dikonsumsi karena menganggapnya berbahaya [1].

Seseorang akan mengalami sejumlah gejala berikut sebagai bentuk reaksi alergi setelah kurang lebih 1 jam atau bahkan beberapa hari usai mengonsumsi suatu obat [1].

Beberapa gejala ini akan terjadi karena di dalam tubuh terjadp pelepasan histamin [1].

  • Timbul rasa gatal sekaligus ruam kemerahan di permukaan kulit
  • Hidung tersumbat atau justru berair
  • Demam
  • Kesulitan bernapas
  • Mengi yang menyertai sesak napas
  • Wajah membengkak (terutama pada lidah dan bibir)
  • Mata berair dan gatal
  • Reaksi anafilaksis (gejala alergi yang lebih serius dan mengancam jiwa)

Histamin sendiri merupakan senyawa kimia pada sistem imun yang berfungsi utama melawan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan berpotensi merusak atau membahayakan tubuh [2].

Maka jika tubuh manusia dapat terhindar dari beragam penyakit, salah satunya berkat keberadaan histamin [2].

Pelepasan histamin dalam tubuh dapat menyebabkan reaksi alergi karena ketika alergen masuk ke tubuh, sistem imun sudah lebih dulu menganggapnya sebagai benda asing berbahaya [2].

Setelah itu, pelepasan histamin pun terjadi untuk melawan benda-benda asing tersebut; dalam hal ini alergen yang dimaksud adalah obat tertentu [2].

Karena sebenarnya alergen seharusnya tidak berbahaya, histamin melawannya dan kemudian timbul reaksi alergi seperti ruam, gatal, batuk bersin, hidung tersumbat, keluarnya air mata, hingga sesak napas dan henti napas [1,2].

Beberapa jenis obat yang umumnya mampu menyebabkan tubuh mengeluarkan reaksi alergi adalah antikonvulsan atau antikejang, antibiotik, obat kemoterapi, obat untuk autoimun, dan obat pereda nyeri [1].

Ketika menjumpai seseorang dengan kondisi gejala yang mengarah pada reaksi alergi obat, beberapa langkah pertolongan pertama berikut dapat dilakukan.

1. Menghubungi Dokter atau Rumah Sakit

Segera cari bantuan medis terdekat apabila orang terdekat atau orang lain yang berada di sekitar kita mengalami gejala reaksi alergi usai menggunakan obat tertentu [3].

Setelah menghubungi tenaga medis, pastikan untuk tetap berada di tempat dan mendampingi penderita alergi [3].

2. Menenangkan Penderita dan Membantunya Berbaring atau Duduk

Ketika gejala tiba-tiba timbul, penderita bisa saja merasa panik, terutama jika mengalami kesulitan bernapas [3].

Usai menghubungi rumah sakit, pastikan penolong tetap berada di tempat dan menenangkan penderita [3].

Jika gejala tidak berupa sesak napas, bantu penderita untuk mengambil posisi berbaring [3].

Namun jika mengalami sesak napas, pertolongan pertama sesak napas tidak sebaiknya membaringkan penderita, tapi membantunya untuk dalam posisi duduk yang nyaman agar bisa bernapas lebih lega [3].

3. Melonggarkan Pakaian Penderita

Jika terjadi sesak napas, perhatikan pakaian yang dikenakan oleh penderita [3].

Apabila penderita mengenakan pakaian dengan kancing baju yang dikancingkan terlalu atas dan ketat, bantu untuk melonggarkannya [3].

Pakaian yang lebih longgar akan membantu melegakan pernapasan penderita.

4. Melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) pada Penderita Bila Anafilaksis Terjadi

Apabila penderita tidak hanya mengalami sesak napas, tapi juga kesulitan bergerak dan terus-menerus batuk, segera lakukan CPR [3,4,5,6].

Bahkan pertolongan dengan CPR perlu juga diberikan secepatnya apabila mengetahui bahwa penderita tidak bernapas [3,4,5,6].

Beberapa upaya penanganan dengan CPR bisa dilakukan dengan [3,4]:

  • Penolong sebaiknya memastikan lebih dulu bahwa lokasi tempat penderita berada tergolong aman dan tidak penuh kerumunan orang.
  • Memastikan tingkat kesadaran penderita dengan menggoyang-goyangkan tubuh penderita atau menyerukan namanya keras-keras. Ada kalanya penderita akan sadarkan diri dan penolong perlu tetap menjaga supaya kesadaran penderita tetap stabil sampai ambulans datang.
  • Mendekatkan telinga ke hidung dan mulut penderita untuk mengetahui dan memastikan apakah penderita bernapas dengan normal. Perhatikan juga bagian dada penderita untuk mengetahui seberapa baik proses bernapasnya; sebab dalam kondisi normal, dada penderita akan naik turun ketika bernapas.
  • Memeriksa denyut nadi penderita pada area leher atau pergelangan tangan serta memastikan bahwa detak jantung pasien masih bekerja.
  • Melakukan kompresi dengan meletakkan satu telapak tangan ke tengah dada penderita (penderita harus dalam posisi berbaring); pada wanita, telapak tangan diposisikan di antara payudara.
  • Meletakkan satu telapak tangan lainnya tepat di atas tangan yang di bawah dengan kondisi siku lurus, lalu tekan dada penderita dengan 1-2 tekanan per detik untuk kecepatannya dan setidaknya setiap menit penekanan dilakukan 100-120 kali.
  • Melihat lebih dulu apakah penderita telah sadar atau setidaknya bereaksi terhadap tekanan yang diberikan. Jika belum ada tanda-tanda penderita sadar, penolong bisa melanjutkan dengan metode pembukaan jalur napas.
  • Setelah tahap kompresi, penolong bisa membuka jalur napas penderita dengan meletakkan satu tangan pada kening penderita setelah menengadahkan kepalanya sedikit. Dagu penderita harus dalam posisi terangkat agar saluran napas lebih mudah terbuka.
  • Memberi napas batan dari mulut ke mulut setelah mengetahui bahwa saluran napas penderita sudah aman. Hanya saja untuk metode pemberian napas buatan memang jauh lebih dianjurkan untuk orang-orang yang terlatih saja.
  • Dalam memberi napas buatan, penolong lebih dulu menjepit hidung korban sebelum memosisikan mulut penolong ke mulut penderita, selanjutnya salurkan udara dari mulut ke mulut dua kali sambil mengecek bagian dada penderita sudah naik atau belum.
  • Jika diperlukan, metode napas buatan dapat dilakukan sebanyak dua kali lagi usai memberi kompresi 30 kali ke dada penderita.

5. Mengompres Dingin Kulit Penderita

Ketika gejala yang timbul berkaitan dengan ruam dan gatal atau pembengkakan, beri kompres dingin untuk menyejukkan kulit penderita [3].

Penderita juga sebaiknya menghindari penggunaan sabun berbahan keras agar gejala pada kulit tidak mudah terjadi lagi [3].

Dokter biasanya kemudian memberikan obat antihistamin untuk mengatasi gejala-gejala alergi obat [1,3,4,5,6].

Agar gejala alergi obat tidak terjadi kembali, maka penderita sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mengenai riwayat alergi terhadap suatu obat sebelum menerima resep obat apapun saat sedang berobat.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment