Daftar isi
Petai merupakan salah satu sayuran yang jadi primadona bagi masyarakat di Indonesia. Hampir di seluruh Indonesia, petai menjadi bahan pada berbagai kuliner.
Petai adalah tanaman yang berasal atau tanaman asli dari Asia Tenggara. Penyebarannya paling banyak terletak di Malaysia, Indonesia, Filiphina dan, Thailand [1].
Tanaman dengan nama ilmiah Parkia speciosa Hassk. sering disebut “pete” di Indonesia. Namun, nama “petai’ adalah penyebutan yang baku untuk tanaman ini. Dalam bahasa inggris, petai disebut dengan “stinky bean“.
Tanaman petai merupakan tanaman yang dapat tumbuh hingga 40 meter. Panjang satu batang petai antara 30-45 cm, dengan isi per batang rata – rata adalah 14 butir [1].
Petai dan lamtoro merupakan satu keluarga dari petai – petaian. Keduanya memiliki kemiripan, namun berbeda pada beberapa segi. Berikut perbedaan dari tanaman ini:
Petai memiliki bentuk lebih besar dan memiliki biji yang juga besar. Jumlah biji pada petai lebih sedikit daripada jumlah biji yang ada di lamtoro [1],[20].
Biji petai dapat digunakan sebagai sayuran atau dimakan langsung. Sedangkan lamtoro, terutama pohonnya berguna untuk penghijauan lahan [1], [20].
Berikut kandungan petai dengan takaran per 100 gr [2].
Nama Gizi | Jumlah | Satuan |
Energi | 92 | kalori |
Air | 77,2 | gram |
Karbohidrat | 15,2 | gram |
Protein | 5,4 | gram |
Serat | 2 | gram |
Abu | 1,1 | gram |
Lemak | 1,1 | gram |
Kalium | 221 | miligram |
Fosfor | 170 | miligram |
Natrium | 55 | miligram |
Vitamin C | 34 | miligram |
Kalsium | 14 | miligram |
Niasin | 6,1 | miligram |
Zat Besi | 1,6 | miligram |
Seng | 0,8 | miligram |
Thiamin | 0,8 | miligram |
Tembaga | 0,2 | miligram |
Riboflavin | 0,1 | miligram |
Kandungan tertinggi di dalam petai adalah karbohidrat [2]. Karbohidrat yang dimiliki petai ini dapat berfungsi sebagai cadangan makanan di dalam tubuh [3].
Sedangkan, untuk kandungan protein pata petai berfungsi memperbarui sel – sel yang ada di dalam tubuh [4],[5].
Kemudian, petai juga memiliki salah satu nutrisi yang tinggi, yaitu serat. Serat berfungsi sebagai membantu melancarkan saluran pencernaan [6],[12].
Petai memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan tubuh. Manfaat – manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
Anemia merupakan gejala pada tubuh saat tubuh kekurangan nutrisi zat besi, sehingga kadar hemoglobin pada darah menurun akibat kurangnya zat besi tersebut [7].
Penyebab kurangnya kandungan zat besi di dalam tubuh adalah makanan yang dikonsumsi setiap hari memiliki kandungan zat besi yang sedikit [7].
Di Indonesia sendiri, rata – rata orang yang terkena gejala anemia adalah bayi dan ibu hamil. Risiko anemia ini akan mengakibatkan produktivitas rendah, badan mudah letih, dan kelahiran bayi prematur [7].
Petai merupakan salah satu jenis polong – polongan yang memiliki jumlah zat besi yang cukup untuk membantu mengurangi risiko anemia [2],[7].
Sumber – sumber eksternal radikal bebas seperti asap rokok, pestisida, polusi udara, limbah industri yang tidak difiltrasi, dan radiasi memiliki zat yang berbahaya bagi tubuh.
Bila tidak dilindungi dengan anti-oksidan, tubuh akan dengan mudah terserang berbagai risiko penyakit. Berbagai macam radikal bebas ini dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus, kanker, dan bahkan kematian [8],[9].
Petai memiliki kandungan anti-oksidan yang cukup kuat untuk dapat melawan berbagai radikal bebas dari luar yang masuk ke tubuh.
Oleh karena itu, radikal bebas dari luar yang masuk ke tubuh dapat dilawan oleh anti-oksidan tersebut [10],[16].
Pencernaan merupakan tempat memproses pengubahan makanan menjadi energi dan nutrisi. Sistem pencernaan merupakan bagian pertama dalam tubuh yang memiliki peran menyebarkan energi dan nutrisi ke seluruh tubuh [11].
Selama dalam proses pencernaan, makanan yang sudah dikunyah akan melewati tenggorokan, esophagus, dan kemudian menuju ke lambung dimana makanan akan dihancurkan.
Bagian – bagian makanan yang sudah dihancurkan tadi akan melewati ke duodenum, yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Lalu hati, kantong empedu, dan pankreas menghasilkan enzim dan zat yang berfungsi untuk membantu pencernaan makanan tersebut.
Kemudian sisa makanan yang tidak diserap tubuh sebagai nutrisi akan menjadi kotoran yang melewati usus besar dan berakhir keluar melalui anus [11].
Selama proses tersebut berjalan normal, dapat dikatakan pencernaan berfungsi dengan normal.
Namun apabila salah satu organ pencernaan bermasalah, sistem pencernaan dapat terganggu. Akibatnya, tubuh akan kesulitan mencerna makanan.
Petai merupakan sayuran yang kaya akan serat sehingga dapat membantu melancarkan sistem pencernaan. Dengan adanya serat yang terkandung pada petai, gangguan pencernaan dapat dihindari [6],[12].
Diabetes tipe 2 merupakan salah satu gangguan metabolisme dimana kadar gula yang masuk ke ginjal terlalu tinggi. Penyakit ini sudah menjangkit banyak orang di dunia kian hari. Jumlah orang yang terjangkit penyakit ini semakin hari meningkat secara tetap [13].
Petai memiliki salah satu senyawa yang dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2. Senyawa tersebut adalah fenolik (phenolic).
Senyawa ini bekerja dengan cara mengurangi dan mengatur kadar gula yang ada di dalam tubuh. Dengan demikian, kadar gula di dalam tubuh dapat menjadi normal kembali [14],[16].
Atherosclerosis merupakan salah satu gejala yang menyerang pembuluh arteri dan yang menjadi penyebab dari penyakit jantung dan stroke.
Faktor internal dari atherosclerosis adalah gejala obesitas dan faktor keturunan. Faktor eksternal dari gejala ini adalah sering merokok, kurang olahraga, dan diet tinggi lemak [15].
Petai dapat mengurangi risiko atherosclerosis dengan bantuan dari flavonoid yang merupakan salah satu senyawa dari beberapa senyawa yang ada di dalam petai.
Flavonoid yang terkandung di dalam petai dapat mengurangi risiko atherosclerosis dengan memperlancar pembuluh arteri [16].
Kolesterol merupakan zat lunak seperti lemak yang dapat ditemukan di seluruh tubuh. Kolesterol memiliki fungsi dalam pembuatan hormon dan zat – zat yang membantu dalam pencernaan.
Namun, bila kadar kolesterol terlalu tinggi, kolesterol tersebut akan menempel ke dinding pembuluh arteri dan menyebabkan penyumbatan aliran darah yang bisa berakibat fatal yaitu stroke dan serangan jantung [16],[17].
Petai memiliki senyawa yang dapat mengurangi kadar kolesterol berlebihan, yaitu senyawa flavonoid.
Senyawa ini membantu dengan mengurangi kadar kolesterol serta mengatur kadar kolesterol di dalam tubuh. Dengan senyawa ini, tubuh takkan terkena risiko yang bisa berakibat fatal pada tubuh [16].
Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan yang telah menjangkit di seluruh dunia.
Di Indonesia, kasus kanker yang tercatat terdapat 348.809 jiwa, sedangkan untuk kematian yang tercatat adalah 207.210 jiwa. Oleh karena itu, kanker menjadi salah satu penyakit yang mematikan [22].
Petai memiliki salah satu senyawa yang merupakan anti-kanker, yaitu beta-sitoserol. Senyawa ini bekerja dengan mengurangi risiko penyakit kanker yang menjangkit tubuh [1],[23].
Petai atau Parkia speciosa merupakan sayuran yang memiliki beragam manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh dan mengurangi berbagai risiko penyakit kronis.
Petai merupakan sayuran yang kaya akan kebaikannya, namun harus diperhatikan juga efek samping dari sayuran ini. Berikut efek samping dari petai:
Bau mulut merupakan hal yang paling tak mengenakkan, bila ingin berbicara setelah makan petai, sebaiknya ditahan dulu sampai baunya – benar – benar hilang.
Bau petai tidak hanya tercium melalui mulut, namun juga dapat tercium dari urin dan keringat.
Bau mulut ini disebabkan oleh adanya asam amino yang terkandung di dalam petai.
Asam amino yang terdapat pada petai sangat tinggi, sehingga jika dikonsumsi, baunya tidak akan hilang selama beberapa waktu [18].
Petai tidak memiliki efek samping yang dirasa paling mengganggu aktivitas dalam berkomunikasi sehari-hari yaitu bau mulut.
Pestisida merupakan zat yang digunakan petani untuk menjaga supaya sayuran terhindar dari hama, gulma, dan berbagai penyakit yang dapat menyerang tanaman.
Penggunaannya juga harus diperhatikan supaya permukaan tanaman tidak terlalu banyak mengandung pestisida. Oleh karena itu, penggunaan pestisida harus dibatasi [19].
Bila petai langsung dikonsumsi dan tidak dicuci terlebih dahulu dengan air mengalir, kandungan pestisida bisa masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan gejala – gejala penyakit, dan bahkan kematian [19].
Meskipun pestisida dapat bermanfaat untuk petai, namun juga harus diperhatikan risikonya jika terlalu banyak menggunakannya pada petai. Sebelum dikonsumsi, petai sebaiknya dicuci dengan air mengalir supaya dapat menghilangkan zat pestisida yang masih menempel.
Petai merupakan tanaman tropis yang mudah membusuk. Maka dari itu petai membutuhkan cara penyimpanan yang tepat.
Menurut hasil penelitian, petai (Parkia speciosa Hassk) dianjurkan untuk disimpan pada suhu kulkas 4 derajat celcius. Karena pada suhu ini petai dapat bertahan lebih lama dan lebih awet.[21]
Penyimpanan petai harus diperhatikan supaya petai dapat bertahan lebih lama dan tetap segar ketika akan dimakan.
Petai atau Parkia speciosa merupakan tanaman yang dapat dikonsumsi dalam berbagai cara, antara lain sebagai berikut:
Orang Indonesia sering mengonsumsi petai secara langsung. Petai biasanya digunakan sebagai lalapan pendamping hidangan utama.
Rata – rata masyarakat di luar indonesia, seperti Thailand dan Malaysia memakan petai dengan cara langsung dimakan sebagai lalapan dan camilan[1]
Cara pengolahannya sangat mudah, kupas kulit bijinya, lalu dicuci hingga bersih, kemudian biji petai dapat dikonsumsi [1].
Petai juga dapat dikonsumsi dengan cara direbus, cara ini paling banyak digunakan pada masyarakat Indonesia.
Berbagai menu di Indonesia yang menggunakan petai menjadi bahan utama sudah sangat beragam dan tersebar di berbagai media.
Pengolahannya tergolong mudah, biji petai yang sudah dikupas kulitnya dan dicuci, bisa dicampurkan bersamabahan – bahan lainnya [1].
Petai merupakan sayuran yang memiliki banyak cara pengolahannya dan beragam cara mengonsumsinya.
Apakah petai dapat menyebabkan sakit ginjal?
Tidak, karena petai juga memiliki flavonoid yang dapat mengurangi kadar gula yang masuk ke dalam ginjal [16].
Apakah petai bisa menimbulkan bau yang susah dihilangkan?
Bau yang dihasilkan petai berasal dari kandungan asam amino yang tinggi [18].
Petai merupakan sayuran yang memiliki beragam nutisi dan manfaat yang dapat menghindarkan dari berbagai penyakit dan berbagai gejala pada tubuh. Sayuran ini juga memiliki beagam cara konsumsi dan pengolahannya. Namun, harus diperhatikan cara penyimpanan dan efek samping dari petai itu sendiri.
1) Yusof Kamisah, Faizah Othman, Hj. Mohd Saad Qodriyah, and Kamsiah Jaarin. 2013. Evid Based Complement Alternat Med : 709028. Parkia speciosa Hassk.: A Potential Phytomedicine.
2) Anonim. 2019. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Petai, segar.
3) Joanne Slavin, Justin Carslon. 2014. Advances in Nutrition 5(6): 760–761. Carbohydrates 1.
4) Marta Lonnie, Emma Hooker, Jeffrey Michael Brunstrom, Bernard M. Corfe, Mark Andrew Green, Anthony Watson, Elizabeth A. Williams, Emma J. Stevenson, Simon Penson, and Alexandra M. Johnstone. 2018. Nutrients 10(3): 360. Protein for life: Review of Optimal Protein Intake, Sustainable Dietary Sources and the Effect on Appetite in Ageing Adults.
5) Jay R. Hoffman and Michael J. Falvo. 2004. Journal of Sports Science and Medicine 3(3): 118–130. Protein – Which is Best?
6) Jane McDonald, Diane Pirhonen, and Mary Ann Rangam. 1983. Can Fam Physician 29: 1632–1638. High Fiber Diets: Their Role in Gastrointestinal Disorders.
7) Shella Nursucihta, Hanifah Ataina Thai’in, Denade Mawlidya Putri, Dwijayanti Ngesthi Utami and Andayana Puspitasari Ghani. 2014. Traditional Medicine Journal, Vol. 19(2), p 49-54. ANTIANEMIA ACTIVITY OF Parkia speciosa Hassk SEED ETHANOLIC EXTRACT.
8) Alugoju Phaniendra, Dinesh Babu Jestadi, and Latha Periyasamy. 2015. Indian Journal of Clinical Biochemistry 30(1): 11–26. Free Radicals: Properties, Sources, Targets, and Their Implication in Various Diseases.
9) Victor Lobo, Audumbar Patil, Alhad Phatak, and Namas Chandra. 2010. Pharmacognosy Review 4(8): 118–126. Free radicals, antioxidants and functional foods: Impact on human health.
10) Aisha AF, Khalid M. Abu-Salah, Alrokayan SA, Zuhaimy Ismail, Abdulmajid AM. 2012. Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences 25(1):7-14. Evaluation of antiangiogenic and antoxidant properties of Parkia speciosa Hassk extracts.
11) Anonym. 1998. Genes and Disease Publishing. The Digestive System.
12) Devinder Dhingra, Mona Michael, Hradesh Rajput, and R. T. Patil. 2012. Journal of Food Science and Technology 49(3): 255–266. Dietary fibre in foods: a review.
13) Abdulfatai B. Olokoba, Olusegun A. Obateru, and Lateefat B. Olokoba. 2012. Oman Medical Journal 27(4): 269–273. Type 2 Diabetes Mellitus: A Review of Current Trends.
14) Derong Lin, Mengshi Xiao, Jingjing Zhao, Zhuohao Li, Baoshan Xing, Xindan Li, Maozhu Kong, Liangyu Li, Qing Zhang, Yaowen Liu, Hong Chen, Wen Qin, Hejun Wu, and Saiyan Chen. 2016. Molecules 21(10); 1374. An Overview of Plant Phenolic Compounds and Their Importance in Human Nutrition and Management of Type 2 Diabetes.
15) Aldons J. Lusis. 2010. Nature (London); 407(6801): 233–241. Atherosclerosis
16) Navnidhi Chhikara, Hidam Roshree Devi, Sundeep Jaglan, Paras Sharma, Prerna Gupta and Anil Panghal. 2018. Agriculture and Food Security 7:46. Bioactive compounds, food applications and health benefts of Parkia speciosa (stinkybeans): a review.
17) Trevor Huff and Ishwarlal Jialal. 2019. StatPearls Publishing. Physiology, Cholesterol.
18) Yonathan Asikin, Kusumiyati, Takeshi Shikanai, and Koji Wada. 2018. Journal of Advanced Research 9: 79–85. Volatile aroma components and MS-based electronic nose profiles of dogfruit (Pithecellobium jiringa) and stink bean (Parkia speciosa).
19) Polyxeni Nicolopoulou-Stamati, Sotirios Maipas, Chrysanthi Kotampasi, Panagiotis Stamatis, and Luc Hens. 2016. Frontier in Public Health 4: 148. Chemical Pesticides and Human Health: The Urgent Need for a New Concept in Agriculture.
20) Mohamed Z. Zayed, Sobhy M. A. Sallam, and Nader D. Shetta. 2018. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences; Vol 10, Issue 1. REVIEW ARTICLE ON LEUCAENA LEUCOCEPHALA AS ONE OF THE MIRACLE TIMBER TREES.
21) J. S. Gui, J. Jalil, Z. Jubri, and Y. Kamisah. 2019. Cytotechnology ; 71(1): 79–89. Parkia speciosa empty pod extract exerts anti-inflammatory properties by modulating NFκB and MAPK pathways in cardiomyocytes exposed to tumor necrosis factor-α.
22) Anonym. 2018. International Agency for Research on Cancer. Globocan Indonesia.
23) Brett Lomenick, Heping Shi, Jing Huang, and Chuo Chen. 2015. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters ; 25(21): 4976–4979. Identification and Characterization of β-Sitosterol Target Proteins.