Daftar isi
Ketika bayi terlahir dengan satu atau kedua kelopak matanya terkulai atau menggantung ke bawah, mungkin saja pertanda dari suatu kondisi yang disebut ptosis. Kondisi ini dapat terlihat segera setelah kelahiran. Ketika anak didiagnosis ptosis pada usia di bawah 1 tahun, kondisi ini disebut ptosis kongenital atau bhleparoptosis kongenital. [1]
Ptosiss merujuk pada terkulainya atau letak kelopak mata atas yang terlalu ke bawah yang dikaitkan dengan penyempitan celah mata secara vertikal. Terkulainya kelopak mata mungkin hanya sedikit atau tidak terlalu berpengaruh. Akan tetapi, pada beberapa pasien hal ini dapat bersifat parah sehingga pupil benar-benar tertutupi menyebabkan gangguan penglihatan. [2]
Ptosis pada bayi tidaklah umum. Berdasarkan data yang diperoleh dari National Institute of Health, ptosis hanya terjadi sekitar 1 dari 840 kelahiran. Pengamatan ini dilakukan selama 40 tahun. [1] Untuk mengetahui ptosis pada bayi secara lebih mendalam, mari kita simak penjelasan di bawah ini.
Bayi dengan ptosis akan melakukan beberapa hal berikut ini: [3]
Penanganan mungkin dibutuhkan atau tidak bergantung kepada tingkat keparahan dan sebab ptosis. Ada beberapa tipe dari kelainan ini dan dikelompokkan berdasarkan penyebab di balik kondisi tersebut. [1]
Ketika bayi yang baru lahir mempunyai kelopak mata yang turun, mungkin saja disebabkan oleh kelainan atau kondisi yang lebih besar. Akan tetapi, kadang-kadang penyebabnya tidaklah diketahui dan mungkin dikaitkan dengan anomali selama masa perkembangan pra-natal. [1]
Keturunan dapat menjadi penyebab ptosis pada bayi yang baru lahir namun tidaklah umum. Hanya sekitar 12% anak dengan kongenital ptosis memiliki riwayat keluarga menderita ptosis. [1]
Ptosis pada bayi disebabkan oleh lemahnya otot yang bertangung jawab mengangkat kelopak mata, kerusakan saraf yang mengendalikan otot tersebut atau kulit yang terdapat di kelopak mata bagian atas mengendur. [4]
Ptosis dapat disebabkan oleh cacat lahir, atau dapat berkembang setelah kelahiran akibat cedera atau penyakit. Walaupun ptosis biasanya adalah masalah tunggal, bayi dengan ptosis mungkin mengalami masalah kesehatan lain seperti: [4]
Jika bayi Anda menunjukkan gejala kelopak mata turun, baik di salah satu mata maupun keduanya, segera pergi ke dokter spesialis mata atau dokter spesialis anak. Jangan pernah mencoba menangani ptosis pada bayi dengan obat rumahan atau penanganan lainnya tanpa berkonsultasi ke dokter. [1]
Pada kasus yang parah, kelopak mata dapat terkulai cukup rendah untuk menghalangi penglihatan anak. Jika tidak ditangani, ptosis parah dapat berujung pada astigmatisme, amblyopia, dan bahkan berpotensi kehilangan penglihatan. [1]
Ptosis cenderung mengubah penglihatan pada mata menyebabkan astigmatisme. Kondisi ini menyebabkan mata menampilkan gambaran visual kabur yang terjadi secara terus-menerus. [5] Kondisi ini berasal dari tekanan kelopak mata yang terkulai. [6]
Amblyopia didefinisikan sebagai penurunan penglihatan akibat perkembangan abnormal visual korteks pada masa bayi atau masa anak-anak. Amblyopia merupakan sebab umum dari buruknya penglihatan dan mengurangi kualitas hidup anak-anak. [7]
Pasien dengan kongenital ptosis beresiko lebih tinggi mengalami amblyopia. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan kesalahan refraktif, penutupan sumbu penglihatan, atau dihubungkan dengan strabismus. [8]
Selain masalah penglihatan, ptosis dapat menyebabkan postur tubuh abnormal misalnya kepala tertarik ke belakang, dagu terangkat dan bahkan masalah tulang pada beberapa kasus yang parah. [7]
Ketika kelopak mata menghalangi penglihatan bayi, mereka mengangkat dagu lebih tinggi dari biasa untuk melihat hal yang berada di bawah kelopakmata yang terkulai. Tanpa penanganan, posisi kepala tak biasa dapat berujung pada masalah bentuk pada leher dan kepala. [1]
Dokter mungkin menyadari ptosis ketika bayi baru lahir. Atau saat orang tua membawa anaknya ke dokter setelah menyadari kelopak mata anaknya terkulai. Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan anak dan melakukan pemeriksaan. [9]
Selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan beberapa uji seperti: [3]
Penanganan ptosis pada anak biasanya dengan melakukan operasi, walau ada beberapa kasus langka ptosis dapat dikoreksi menggunakan obat-obatan. Dokter spesialis mata akan melakukan penilaian pada anak Anda dan menentukan apakah harus dilakukan operasi atau tidak, berdasarkan: [4]
Pemeriksaan pra-operasi yang akurat terhadap kondisi yang berkaitan terhadap ptosis termasuk evaluasi derajat ptosis (diukur dengan jarak batas refleks saat mata menatap lurus), fungsi otot levator (simpangan kelopak mata saat mata memandang ke bawah secara maksimum sampai memandang ke atas maksimum tanpa menggerakkan otot di bagian atas alis mata), posisi dan kelebihan kulit pada lipatan, ada atau tidak fenomena Bell, atau tanda terkait lainnya seperti (perubahan pupil, tanda myastenia, ketidaknormalan fundus). [10]
Operasi bedah yang paling umum dan secara luas digunakan adalah metode frontalis sling, reseksi levator, prosedur Fasanella-Servat, reseksi otot Muller, dan Whitnall ligament sling. [10]
Frontalis sling adalah teknik bedah paling umum untuk ptosis kongenital dengan resiko tinggi amblyopia. Operasi ini membentuk hubungan langsung antara tarsus dengan otot frontalis. [10]
Operasi ini untuk mengkoreksi ptosis pada pasien dengan fungsi levator >5 mm. Reseksi levator meningkatkan fungsi mengangkat kelopak mata dengan memperpendek kompleks otot. [10]
Pada anak-anak, biasanya ptosis bersifat kongenital (telah ada sejak lahir) dan berhubungan dengan buruknya perkembangan otot kelopak mata. Ptosis tidak dapat dicegah jika bersifat kongenital. Akan tetapi, jika terdeteksi di waktu awal dapat dikoreksi dengan penanganan yang layak. [11]
1. Adam Debrowski. Infant Ptosis Causes, Symptoms and Treatment. All About Vision; 2020.
2. P. Pavone, Cho Sung Yoon, A. D. Practico, R. Falsaperla, M. Ruggieri, & Jin Dong Kyu. Ptosis in childhood A clinical sign of several disorders Case series reports and literature review. Medicine; 2018.
3. Franklin W. Lusby & David Zieve. Ptosis - infants and children. Medlineplus; 2019.
4. Anonim. Ptosis (drooping eyelid). The Royal Children's Hospital Melbourne; 2018.
5. Anonim. Ptosis in Children and Adults. My River Side; 2021.
6. Donny W Suh & Edsel B. Ing. Congenital Ptosis (Drooping Eyelid). Medscape; 2019.
7. Yijie Wang, Yufeng Xu, Xi Liu, Lixia Lou & Juan Ye. Amblyopia, Strabismus and Refractive Errors in Congenital Ptosis: a systematic review and meta-analysis. Scientific Reports; 2018.
8. Ji-sun Paik, Su-ah Kim, Shin Hae Park, & Suk-Woo Yang. Refractive error characteristics in patients with congenital blepharoptosis before and after ptosis repair surgery. BMC Ophtamology; 2016.
9. Daniel J. Lattin. Ptosis. Kids Health from Nemours; 2019.
10. Marco Marenco, Ilaria Macchi, Iacopo Macchi, Emilio Galassi, Mina Massaro-Giordano, & Alessandro Lambiase. Clinical presentation and management of congenital ptosis. Clinical Opthamology; 2017.
11. Anonim. Childhood eyelid ptosis. Instituto de Microcirugia Ocu;ar; 2021.