Mulai dari mual-mual hingga sakit pinggang, kehamilan bisa menyebabkan banyak gejala yang cukup membuat tubuh menjadi kurang nyaman. Hal lain yang juga sering dialami wanita hamil adalah meningkatnya frekuensi buang air kecil, terutama di trimester ketiga.
Daftar isi
Saat hamil, kandung kemih akan tertekan karena janin akan mengambil ruang di dalam tubuh ibu. Sering buang air kecil adalah gejala kehamilan yang sangat umum dan normal. Menariknya, gejala ini lebih sering terjadi pada trimester pertama dan ketiga. [1, 2, 3]
Pada awal kehamilan, gejala ini terjadi karena meningkatnya hormon progesterone dan estrogen yang diketahui bisa membuat kandung kemih menipis. Sementara pada trimester ketiga disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih oleh rahim yang posisinya semakin turun karena ukuran janin pun membesar. [1, 2, 3, 4]
Selain diakibatkan oleh naiknya kadar hormon, jumlah cairan dalam tubuh juga mulai bertambah selama masa kehamilan. Ini artinya ginjal akan bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan cairan yang keluar dalam bentuk urin.
Trimester kedua akan terasa lebih ringan karena rahim masih berada pada posisi yang agak tinggi dan kandung kemih belum terlalu tertekan. Gejala ini juga akan hilang setelah melahirkan karena tubuh akan kembali ke keadaan “normal”. [1, 2, 3]
Jika frekuensi berkemih naik saat hamil, maka tentu keinginan untuk buang air kecil juga akan menjadi lebih sering. Kadang-kadang, saat hamil, rasa ingin berkemih ada namun yang keluar sangat sedikit.
Beberapa wanita juga mengalami “kebocoran” urin saat hamil. Kondisi ini terjadi saat:
Perlu dicatat bahwa kadang-kadang gejala meningkatnya frekuensi berkemih bisa menandakan adanya infeksi saluran kemih yang tidak disadari. Wanita lebih sering mengalami infeksi ini saat sedang hamil. Gejalanya termasuk:
Jika mengalami gejala-gejala ini, ibu hamil harus segera menghubungi dokter. Infeksi saluran kemih yang tidak diobati bisa berkembang menjadi kondisi yang lebih serius. [1, 2]
Bila tidak disertai gejala-gejala infeksi saluran kemih, meningkatnya frekuensi buang air kecil saat hamil sebenarnya wajar dan sangat umum. Namun, bagi beberapa wanita, kondisi ini bisa terasa menganggu aktivitas sehari-hari atau istirahat di malam hari. [1, 5]
1. Latihan Kegel
Dokter mungkin akan merekomendasikan latihan Kegel untuk mengencangkan otot kandung kemih. Latihan ini bisa menguatkan pelvic floor yang kemudian akan membantu untuk mengontrol aliran kemih, terutama setelah melahirkan.
Latihan Kegel bisa dilakukan setiap hari, idealnya tiga kali sehari dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Jika sering buang air kecil disebabkan oleh hal-hal selain kehamilan, maka dokter akan mengobatinya sesuai diagnosa yang dilakukan.
Latihan kegel bisa sangat membantu mengontrol keinginan buang air kecil yang berlebih. Pada beberapa penelitian, ditemukan bahwa wanita yang melatih otot pelvic floor-nya saat hamil anak pertama akan memilki kontrol berkemih yang lebih baik pada kehamilan selanjutnya. [5]
Latihan Kegel juga membantu wanita yang mengalami masalah sering buang air kecil setelah melahirkan.
2. Buat jadwal buang air kecil
Saat hamil, kondisi ini memang tidak bisa dihindari. Wanita hamil pasti akan lebih sering ke kamar mandi. Agar keadaan ini bisa lebih diatur, coba untuk buang air kecil setiap dua jam. Ini artinya membuat jadwal supaya kandung kemih tidak terlalu penuh saat keadaan tidak memungkinkan untuk pergi ke kamar mandi.
3. Perhatikan pertambahan berat badan
Penelitian menunjukkan bahwa wanita yang kenaikan berat badannya berlebih saat hamil kemungkinannya lebih besar untuk mengalami gangguan buang air kecil dengan frekuensi tinggi. [5]
4. Kurangi asupan kafein
Sudah diketahui, bahkan diluar kondisi kehamilan, bahwa minuman berkafein bisa menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat karena sifatnya yang diuretics. Oleh karena itu, wanita hamil harus mengurangi asupan kafeinnya.
Selain itu, dokter kandungan pasti akan meminta pasiennya untuk mengurangi atau berhenti mengonsumsi kafein sejak awal kehamilan untuk mencegah potensi terjadinya komplikasi saat mengandung. [1]
Yang harus dicatat, wanita hamil tidak boleh mengurangi konsumsi air putihnya hanya karena takut tidak bisa menahan buang air kecil. Minum air putih saat hamil sangat penting untuk kesehatan ibu dan janinnya.
Pada umumnya, gangguan sering buang air kecil akan berangsur menghilang dalam waktu enam minggu setelah melahirkan. Namun, beberapa kasus dan kondisi ibu juga bisa mempengaruhi keadaan ini sehingga membutuhkan waktu lebih lama atau pengobatan untuk kembali normal. [1, 5]
Kehamilan dan persalinan melalui vagina bisa menyebabkan otot yang menyangga pelvis, sehingga menjadi lebih lemah. Akibatnya, pada beberapa wanita, kondisi buang air kecil yang tidak terkontrol masih tetap terjadi bahkan setelah melahirkan.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita menemukan bahwa 62 persen dari mereka mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil saat hamil, dan 50 persen masih terus mengalami kondisi ini setelah melahirkan. [5]
1. Tanya Snyder, Rachel Nall, RN, MSN, CRNA. Prenatal Care: Urinary Frequency and Thirst. Healthline Parenthood; 2016.
2. SE Adaji, OS Shittu, SB Bature, S Nasir, O Olatunji. Bothersome lower urinary symptoms during pregnancy: a preliminary study using the International Consultation on Incontinence Questionnaire. African Health Sciences, Makerere Medical School; 2011.
3. Cleveland Clinic medical professional. Urination: Frequent Urination. Cleveland Clinic; 2019.
4. Obstetrics and Gynecology Department. What Causes Frequent Urination During Pregnancy? Marshfield Clinic Health System.
5. Marie Suszynski, Rosalyn Carson-DeWitt, MD. How to Manage Pregnancy Incontinence. Everyday Health; 2015.