Kehamilan umum disertai dengan gejala seperti mual, rasa tidak enak badan, payudara lebih besar, dan sensasi lelah. Namun beberapa ibu hamil dapat mengalami gejala yang tidak umum seperti sering meludah[1, 2].
Sering meludah saat hamil disebabkan oleh penumpukan air ludah (saliva) di dalam mulut akibat produksi saliva yang berlebihan. Kondisi ini merupakan gejala pada awal kehamilan yang termasuk langka, dalam istilah medis disebut sebagai ptyalism gradivarum[1, 2].
Dalam kondisi normal, kelenjar saliva menghasilkan sekitar 400 ml hingga 1 liter saliva, yang mana sebagian besar tertelan sehingga tidak mengumpul di dalam mulut. Akan tetapi saat hamil, ibu yang menghasilkan saliva berlebih biasanya juga mengalami mual. Sehingga ibu hamil cenderung menjadi sering meludah[1].
Peningkatan produksi saliva dimulai pada trimester pertama kehamilan, biasanya pada minggu kedua atau ketiga. Untuk beberapa ibu hamil, produksi saliva akan berkurang pada awal trimester kedua, namun ada pula yang berlangsung selama kehamilan[2, 3].
Berikut beberapa hal yang dapat menjadi penyebab produksi saliva berlebihan pada ibu hamil[2, 4]:
Produksi saliva berlebihan umumnya terjadi selama awal kehamilan dan trimester ketiga. Para ahli menduga bahwa hal ini berkaitan dengan perubahan hormonal yang dialami oleh ibu hamil.
Mual termasuk gejala yang umum dialami pada beberapa minggu pertama kehamilan. Sensasi mual dapat membuat ibu hamil lebih jarang menelan saliva, sehingga saliva menumpuk di dalam rongga mulut.
Produksi saliva berlebihan lebih umum terjadi ibu hamil yang mengalami hyperemesis gradivarum, yaitu gejala kehamilan yang berat dan berlangsung lebih lama dari normal.
Mulas ialah kondisi ketika katub antara lambung dan esofagus terbuka, sehingga asam lambung bergerak naik ke esofagus. Mulas umum terjadi selama kehamilan dan dapat mengakibatkan ibu hamil mengalami iritasi tenggorokan atau sensasi terbakar pada dada.
Adanya asam lambung yang naik ke esofagus memicu kelenjar saliva sehingga produksi air ludah meningkat. Peningkatan air ludah dimaksudkan sebagai mekanisme untuk menetralisir asam lambung. Di saat yang sama, kondisi ini juga menyebabkan penumpukan saliva ibu hamil sering meludah.
Produksi saliva berlebihan dapat terjadi sebagai efek samping penggunaan obat tertentu. Obat jenis anti konvulsan, obat penenang, dan antikolinergik mempengaruhi fungsi kelenjar saliva dan menghambat inervasi parasimpatetik. Akibatnya, diproduksi saliva dalam jumlah berlebihan.
Kehamilan merupakan masa saat wanita mengalami berbagai perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Kehamilan juga dapat disertai dengan kecemasan mental.
Ibu hamil yang merasa cemas, cenderung menelan lebih sedikit air ludah, sehingga ia merasa terjadi produksi saliva berlebihan.
Masalah pada gigi, seperti terjadinya infeksi, dapat mengarah pada terjadinya produksi saliva yang berlebihan. Peningkatan produksi saliva merupakan mekanisme tubuh untuk melindungi dari infeksi.
Paparan terhadap zat beracun dan senyawa kimia tertentu dapat memicu terjadinya produksi saliva berlebihan selama kehamilan. Peningkatan air ludah dapat terjadi akibat penggunaan obat tertentu untuk mengatasi infeksi oral.
Kerentanan terhadap pestisida juga dapat menyebabkan peningkatan air ludah. Hal ini biasanya terjadi saat obat atau senyawa yang terpapar mengandung merkuri.
Sering meludah saat hamil akibat saliva berlebih bukan merupakan kondisi serius atau dapat berdampak pada kehamilan. Meski demikian, sering meludah dapat terasa mengganggu bagi ibu hamil ataupun orang di sekitarnya[4].
Untuk mengatasi sering meludah saat hamil, dapat dilakukan beberapa hal seperti berikut[1, 2, 4]:
Dianjurkan untuk rutin menyikat gigi dua kali sehari. Selain itu, dapat perbanyak berkumur menggunakan mouthwash untuk menghilangkan saliva yang berlebihan.
Ibu hamil yang merasa mengalami produksi saliva berlebihan dianjurkan untuk banyak minum air putih. Memperbanyak minum tidak hanya dapat membantu menjaga kadar saliva di mulut, namun sekaligus dapat mencegah dehidrasi.
Ibu hamil dapat menyimpan air putih dalam botol sehingga bisa minum sesering mungkin, termasuk saat pergi keluar rumah. Letakkan botol air minum di tempat yang terjangkau dan pastikan untuk membawanya saat pergi keluar.
Untuk membantu mengatasi saliva berlebih, sebaiknya ibu hamil mengurangi jumlah makanan berpati dalam menu dan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
Usahakan untuk makan dalam porsi kecil dengan selang waktu yang teratur dan sama setiap harinya. Menambahkan sayuran dan buah yang kaya akan serat lebih dianjurkan.
Mengunyah permen karet atau permen biasa dapat membantu untuk menelan saliva yang berlebihan. Sebaiknya memilih permen karet bebas gula yang lebih sehat. Cara ini tidak akan mengurangi produksi saliva, tapi dapat membantu mempermudah proses menelan.
Ambil beberapa balok es dan sedot menghisapnya selama beberapa saat. Menghisap es dapat membuat mulut terasa mati rasa dan menghentikan produksi saliva untuk sementara waktu.
Mengkonsumsi minuman atau buah dengan rasa masam dapat membantu mengatasi saliva berlebih. Ibu hamil dapat mengunyah irisan buah segar seperti jeruk atau lemon, mengkonsumsi buah beri, atau buah lainnya.
Selain buah, mengunyah jahe juga dapat membantu meredakan saliva berlebih. Jahe juga dapat membantu mengatasi gejala kehamilan lain seperti mual dan mulas. Untuk memastikan keamanan, ibu hamil dapat mengkonsultasikan dengan dokter.
Ibu hamil dapat memilih makan sebagai cemilan berupa biskuit. Lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi biskuit kering dengan rasa yang ringan sehingga dapat membantu menyerap saliva berlebih.
Jika menelan saliva memicu rasa mual, maka ibu hamil dapat meludahkannya pada wadah kecil, tisu, atau kain, kemudian membuangnya.
Ibu hamil dapat memeriksakan diri ke dokter gigi untuk mengecek ada tidaknya infeksi di dalam mulut. Adanya masalah pada gigi dan gusi dapat mengakibatkan terjadinya produksi saliva berlebihan.
Mengobati saliva berlebihan dapat menjadi tantangan tersendiri karena penyebab pasti kondisi tidak diketahui. Obat seperti belladonna dan phenothiazine dapat digunakan untuk membantu meringankan gejala.
Namun obat tersebut memiliki efek samping seperti konstipasi dan mulut kering. Untuk ibu hamil, sebaiknya penggunaan obat dilakukan berdasarkan anjuran dokter.
1. Mahak Arora, reviewed By Dr. Sabiha Anjum (Obstetrician and Gynaecologist). Excessive Saliva During Pregnancy. First Cry Parenting; 2018.
2. Shreeja Pillai (MSc), reviewed by Dr. Kofi Kwaw-Asante (MD, OB/GYN). Excessive Saliva During Pregnancy: Reasons, Benefits And Tips To Control. Mom Junction; 2022.
3. Amy O’Connor, reviewed by Jennifer Wu, M.D., F.A.C.O.G. Excess Saliva During Pregnancy. What to Expect; 2020.
4. Elizabeth Millard, reviewed by Sally Urang, MS, RN, CNM, midwife. Excess saliva during pregnancy. Baby Center; 2021.