Daftar isi
Sindrom Capgras merupakan sebuah kondisi gangguan neurologis yang memengaruhi sisi psikologis seseorang yang ditandai dengan timbul keyakinan bahwa orang-orang di sekitarnya (termasuk yang terdekat sekalipun) telah digantikan oleh orang lain yang identik namun berbeda [1,2,3,6,8,11,12,13].
Dengan kata lain, sindrom Capgras adalah sebuah delusi di mana seseorang secara salah menganggap dan bahkan memercayai bahwa keluarga, teman dan tetangganya adalah orang lain yang sedang menyamar [1,2,3,6,8,11,12,13].
Orang-orang dengan sindrom Capgras yang memiliki hewan peliharaan atau barang mati kesayangan pun akan memiliki keyakinan yang sama, yakni hewan maupun barang tersebut tidak asli [13].
Mereka percaya bahwa hewan peliharaan dan barang kesayangannya sudah diganti dengan hewan dan benda serupa [13].
Prosopagnosia memang sepintas tampak memiliki kemiripan dengan kondisi sindrom Capgras, yakni ketidakmampuan mengenali wajah orang-orang yang terdekat sekalipun [13,14].
Hanya saja pada kasus prosopagnosia, asing terhadap wajah orang-orang terdekat tidak membuat mereka kehilangan kemampuan identifikasi melalui reaksi emosional [13,14].
Penderita prosopagnosia tetap dapat mengenal orang-orang tersebut secara emosional meskipun wajah mereka tampak berbeda di mata penderita [13,14].
Pada sindrom Capgras, sebenarnya wajah yang dilihat oleh penderita tetap sama, namun ia justru merasa asing dengan orang-orang tersebut [13,14].
Penderita yakin bahwa orang-orang tersebut hanya berwajah sama dengan kerabat dan temannya, namun mereka bukan keluarga dan teman yang asli [13,14].
Ini dikarenakan penderita tidak mengalami reaksi emosional, seperti rasa cinta atau kasih sayang terhadap orang-orang tersebut [13,14].
Tinjauan Sindrom Capgras adalah sebuah kondisi ketika seseorang tidak mengenali orang terdekatnya secara emosional dan menganggap bahwa keluarga maupun teman dekatnya adalah "penipu" atau bukan diri mereka yang sebenarnya dan telah digantikan oleh orang lain yang asing bagi penderita.
Belum diketahui secara jelas penyebab pasti dan utama dari sindrom Capgras [1].
Namun, terdapat sejumlah kondisi yang dikaitkan dengan timbulnya sindrom Capgras ini dan menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai.
Sebuah teori menyebutkan bahwa bagian otak yang berfungsi mengenal wajah dengan bagian otak visual mengalami putus koneksi.
Oleh karena itu, seseorang menjadi kehilangan kemampuannya dalam mengenali orang-orang yang bahkan sudah mereka kenal dekat.
Beberapa faktor yang diketahui meningkatkan risiko seseorang menderita sindrom Capgras di antaranya adalah :
Cedera otak adalah salah satu dugaan penyebab dari putus koneksi antara bagian otak yang berfungsi sebagai pengidentifikasi visual orang lain [1,2].
Cedera otak dapat menimbulkan lesi serebral di mana risiko seperti ini lebih tinggi ketika cedera terjadi belahan kanan otak bagian belakang [1,2].
Padahal, bagian tersebut merupakan bagian otak yang berfungsi utama memroses pengenalan wajah [1,2].
Epilepsi adalah sebuah kondisi ketika ketidaknormalan aktivitas listrik otak mengakibatkan sistem saraf pusat terganggu yang kemudian menyebabkan kejang [1,3].
Sindrom Capgras diketahui lebih rentan dialami oleh penderita epilepsi walaupun kasus ini tergolong jarang dijumpai [3].
Skizofrenia adalah salah satu faktor paling umum yang meningkatkan risiko penderitanya mengalami gejala sindrom Capgras [4].
Episode sindrom Capgras diketahui dialami oleh penderita skizofrenia, terutama skizofrenia halusinasi paranoid [1,3,4].
Skizofrenia sendiri adalah sebuah kondisi yang ditandai dengan delusi serta halusinasi pada penderitanya, sehingga hal ini berkaitan erat dengan sindrom Capgras [5].
Demensia juga dihubungkan dengan kondisi sindrom Capgras karena demensia merupakan kondisi daya ingat dan daya pikir yang menurun [1,6].
Penderita demensia kehilangan kemampuan bersosialisasinya dan bahkan mengalami hambatan saat melakukan rutinitas maupun gaya hidupnya [6].
Karena memengaruhi memori dan pengenalan realita, penderita sindrom Capgras seringkali diketahui memiliki demensia di waktu yang sama [1,6].
Penyakit Alzheimer merupakan salah satu jenis penyakit otak yang ditandai dengan daya ingat dan daya pikir yang menurun serta memengaruhi kemampuan bicara hingga perilaku [7].
Sama halnya dengan kasus demensia, penyakit Alzheimer menyebabkan penderitanya kehilangan kemampuan pengenalan realita dan kehilangan memori secara bertahap [1,7].
Beberapa orang yang menderita penyakit Alzheimer pun, sindrom Capgras dapat dialami oleh mereka [1,8].
Para penderita penyakit Parkinson yang sudah berada pada stadium lanjut atau akhir memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala sindrom Capgras [1,9].
Penyakit Parkinson sendiri merupakan jenis penyakit saraf progresif yang ditandai dengan tubuh kehilangan kemampuan mengatur gerakan tubuh [10].
Pada sejumlah penderita penyakit Parkinson, sindrom Capgras dapat juga dialami [1,9].
Tumor pada kelenjar pituitari adalah faktor lain yang dikaitkan erat dengan timbulnya gejala sindrom Capgras [1].
Tumor pituitari sendiri adalah tumor jinak yang tumbuh di kelenjar hipofisis (pituitari) yang juga dapat memicu timbulnya gejala sindrom Capgras [1].
Beberapa teori lain dari beberapa peneliti menyebutkan bahwa adanya disfungsi serebral, lesi, hingga atrofi pada otak mampu meningkatkan risiko sindrom Capgras [1].
Gangguan atau kerusakan memori juga diduga kuat menjadi masalah utama dalam pemrosesan persepsi dan informasi sehingga sindrom Capgras timbul [1].
Tinjauan Penyebab sindrom Capgras belum diketahui pasti, namun beberapa faktor risikonya meliputi cedera otak, epilepsi, kelainan otak, skizofrenia, penyakit Parkinson stadium akhir, tumor pituitari, penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson.
Meski delusi adalah kondisi utama pada sindrom Capgras, penderita bukan mengalami gangguan kejiwaan, melainkan kondisi mengarah lebih kepada kombinasi antara gangguan neurologis dan psikologis [1].
Penderita sindrom Capgras pun umumnya dapat beraktivitas seperti biasa dan tidak terlalu berbeda dari orang lain [11].
Namun ketika bertemu dengan orang terdekatnya yang ia anggap sebagai penyamar atau penipu, reaksi dan perilakunya akan mulai nampak berbeda seperti [1,2,3,6] :
Seorang istri atau suami bahkan bisa saja menolak berhubungan seksual atau lebih parahnya menggugat cerai karena ia meyakini bahwa pasangannya palsu.
Tinjauan Ketidaknyamanan dan perubahan perilaku yang tampak aneh ketika seseorang berada di dekat anggota keluarga atau teman yang dianggapnya palsu atau penipu adalah gejala sindrom Capgras paling terlihat. Penderita juga cenderung cemas, sungkan dan takut.
Penderita dengan gejala sindrom Capgras yang memeriksakan diri umumnya hanya perlu menempuh diagnosis klinis [1,2].
Diagnosis klinis dilakukan oleh dokter hanya dengan mengamati gejala klinis pada pasien [1,2].
Selain itu, diagnosis klinis juga meliputi informasi-informasi yang dokter sudah kumpulkan melalui sejumlah pertanyaan terkait riwayat medis pasien dan keluarga pasien [1,2].
Hanya saja, diagnosis klinis diterapkan oleh dokter tanpa uji diagnostik sehingga hanya akan berdasar pada hasil pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan [1,2].
Apabila dicurigai adanya kelainan atau cedera pada otak, dokter kemungkinan menyarankan pasien untuk menempuh sejumlah tes pemindaian khusus otak [12].
Tinjauan Pemeriksaan klinis umumnya cukup dalam menjadi metode diagnosa bagi penderita gejala sindrom Capgras. Namun jika dicurigai adanya tumor atau cedera pada otak, dokter akan menganjurkan metode tes pemindaian otak.
Untuk sindrom Capgras sendiri, hingga kini belum ada penanganan tepat yang dapat membantu menyembuhkan penderitanya.
Penanganan yang diberikan kepada pasien sindrom Capgras adalah penanganan yang ditujukan untuk kondisi penyebabnya.
Beberapa metode perawatan yang pasien dapat peroleh baik menurut penyebab maupun gejala adalah sebagai berikut.
Adakah yang bisa dilakukan keluarga pasien?
Tentu saja ada, karena peran dan dukungan keluarga sangat pasien butuhkan walau pasien bersikeras bahwa anggota keluarganya adalah penipu.
Beberapa hal yang anggota keluarga pasien bisa perhatikan selama merawat pasien adalah [13] :
Bagaimana prognosis sindrom Capgras?
Karena sindrom Capgras seringkali timbul karena adanya gangguan psikologis lain, maka para peneliti pun menemukan bahwa sindrom ini memiliki tingkat persistensi lebih tinggi pada pasien skizofrenia dengan psikosis [1].
Pada kasus ini, ketika kondisi skizofrenia dengan psikosis timbul kembali, maka gejala sindrom Capgras pun akan ikut muncul [1].
Risiko rekuren cukup tinggi tergantung dari kondisi psikologis primer yang memicu sindrom Capgras sehingga prognosis dapat terbilang cukup buruk walau tidak sampai membahayakan kondisi fisik penderitanya [1].
Tinjauan Terapi obat dan terapi psikologis adalah penanganan utama bagi pasien sindrom Capgras. Namun, penanganan lain biasanya disesuaikan dengan kondisi yang meningkatkan risiko sindrom ini.
Sindrom Capgras dapat meningkatkan risiko komplikasi dalam bentuk keretakan hubungan antara penderita dengan kerabat dan teman-temannya.
Konflik akan terus bermunculan ketika penderita terus-menerus menyangkal bahwa kerabat dan teman-temannya adalah orang asli yang selama ini ia kenal [1].
Ketika sudah pada tahap lebih parah, bukan tidak mungkin penderita dapat melakukan kekerasan baik terhadap diri sendiri maupun orang-orang di sekitarnya [1].
Keinginan dan aksi membahayakan dan mengancam diri sendiri adalah salah satu risiko yang juga perlu diwaspadai oleh keluarga pasien [1].
Belum diketahui bagaimana cara agar sindrom Capgras sama sekali tidak terjadi.
Namun jika seseorang diketahui memiliki kondisi gangguan psikologis tertentu (terutama kondisi-kondisi yang mampu memicu sindrom Capgras), penanganan dini akan sangat membantu.
Deteksi dan perawatan dini pada penderita gangguan psikologis maupun penderita cedera atau gangguan otak diharapkan dapat menurunkan risiko timbulnya gejala sindrom Capgras.
Tinjauan Deteksi dan penanganan dini dari gejala awal sindrom Capgras akan meminimalisir risiko komplikasi berbahaya.
1. Shailesh B. Jain; Kaushal Shah; & Roopma Wadhwa. Capgras Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. M. N. Collins, M. E. Hawthorne, N. Gribbin, & R. Jacobson. Capgras' syndrome with organic disorders. Postgraduate Medical Journal; 1990.
3. Devavrat Joshi, MD, Sharad Koirala, MD, Sachin Lamichhane, MD, Anubha Paladugu, MD, Rupinder Johal, MD, & Steven Lippmann, MD. Capgras Syndrome in Postictal Delirium. Psychiatry; 2010.
4. H H Dohn & E L Crews. Capgras syndrome: a literature review and case series. The Hillside Journal of Clinical Psychiatry; 1986.
5. Manassa Hany; Baryiah Rehman; Yusra Azhar; & Jennifer Chapman. Schizophrenia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
6. Papan Thaipisutikul, Iryna Lobach, Yael Zweig, Ashita Gurnani, & James E. Galvin. Capgras syndrome in Dementia with Lewy Bodies. HHS Public Access; 2014.
7. Anil Kumar; Jaskirat Sidhu; Amandeep Goyal & Jack W. Tsao. Alzheimer Disease. National Center for Biotechnology Information; 2020.
8. Gabriela Caparica Muniz Pereira & Gustavo Carvalho de Oliveira. Prevalence of Capgras syndrome in Alzheimer’s patients: A systematic review and meta-analysis. Dementia & Neuropsychologia; 2019.
9. Christopher L Groth, Antonia Pusso, Scott A Sperling, Diane S Huss, W Jeffrey Elias, G Frederick Wooten & Matthew J Barrett. Capgras Syndrome in Advanced Parkinson's Disease. The Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences; 2018.
10. Saman Zafar & Sridhara S. Yaddanapudi. Parkinson Disease. National Center for Biotechnology Information; 2020.
11. Sebastian Ocklenburg & Onur Güntürkün. Chapter 7 - Recognizing Yourself and Others—The Role of the Right Hemisphere for Face and Self Perception. The Lateralized Brain; 2018.
12. Maria Luca, Andrea Bordone, Antonina Luca, Andrea Patti, Giuseppe Sortino, & Carmela Calandra. Clinical features and imaging findings in a case of Capgras syndrome. Neuropsychiatric Disease and Treatment; 2013.
13. Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP & Ana Gotter. What Is Capgras Syndrome?. Healthline; 2017.
14. Hadyn D. Ellis & Michael B. Lewis. Capgras delusion: a window on face recognition. TRENDS in Cognitive Sciences; 2001.