Paranoid: Penyebab, Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Paranoid merupakan gangguan kepribadian paling umum kedua (4,4%) setelah gangguan kepribadian obsesif kompulsif[1].

Orang dengan gangguan kepribadian paranoid sangat mencurigai orang lain. Mereka tidak mempercayai motif orang lain dan percaya bahwa orang-orang ingin mencelakainya[2].

Apa itu Paranoid?

Gangguan kepribadian paranoid dicirikan dengan pola khas dari tidak dapat mempercayai orang lain, sering kali muncul dalam hubungannya dengan gaya bermusuhan interpersonal, kedinginan emosional, hipersensitif terhadap kritik, dan dengan teguh mempertahankan kepercayaan maladaptif (tidak baik) mengenai motif orang lain[3].

Paranoid merupakan salah satu dari kelompok kondisi yang disebut gangguan kepribadian “Klaster A” yang mana meliputi cara berpikir yang aneh atau eksentrik. [4]

Orang dengan kepribadian paranoid mengalami paranoia, yaitu ketidakpercayaan yang tak henti-hentinya dan kecurigaan pada orang lain tanpa alasan nyata[4].

Orang dengan gangguan kepribadian paranoid biasanya tidak berdasar pada kenyataan, atau mereka tidak mengakui bahwa mereka memiliki perasaan negatif mengenai orang lain. [5]

Mereka dapat sangat tidak mempercayai orang lain sehingga mereka tidak akan membicarakan bagaimana perasaan mereka dan menaruh kecurigaan untuk waktu yang lama[5].

Fakta Paranoid

Sekitar 2,3-4,4% dari populasi umum di Amerika diperkirakan mengalami gangguan kepribadian paranoid. Paranoid diduga lebih umum di antara laki-laki[6].

Sementara estimasi prevalensi gangguan kepribadian paranoid di antara populasi Australia sebesar 1,21-4,4%[1].  

Beberapa bukti menunjukkan peningkatan prevalensi dalam keluarga. Studi juga menunjukkan adanya hubungan antara kepribadian paranoid dan kekerasan emosional/fisik dan pembohongan selama masa anak-anak[6].

Penyebab Paranoid

Penyebab pasti dari gangguan kepribadian paranoid tidak diketahui, namun diduga merupakan kombinasi dari faktor biologis dan psikologis[2, 4].

Awal kemunculan gangguan kepribadian paranoid sering kali dimulai saat:[5]

  • Masa anak-anak atau remaja
  • Orang-orang yang mengalami lebih memilih kesendirian
  • Memiliki hubungan teman yang buruk
  • Kecemasan sosial
  • Pencapaian akademik yang rendah
  • Hipersensitivitas
  • Pikiran yang aneh dan bahasa
  • Berfantasi istimewa

Terdapat beberapa bukti bahwa prevalensi gangguan kerpibadian paranoid meningkat di antara mereka yang memiliki keluarga dengan skizofrenia[2, 4, 5].

Studi longitudinal menunjukkan bahwa pengabaian emosional saat masa anak-anak, pengabaian fisik, dan pengabaian pengawasan memicu gejala paranoid pada masa remaja dan dewasa. [1]

Studi menunjukkan hubungan kepribadian paranoid dengan kekerasan fisik dan PTSD (post-traumatic stress disorder)[1].

Trauma otak diduga sebagai salah satu faktor risiko paranoid. Penelitian empiris cross-sectional menemukan bahwa antara 8,3-26% pasien cedera otak memenuhi kriteria gangguan kepribadian paranoid[1].

Gejala Paranoid

Sering kali orang dengan gangguan kepribadian paranoid tidak percaya bahwa perilaku mereka tidak normal. Bagi mereka kecurigaan yang dimiliki terhadap orang lain dapat terasa sangat rasional meski tidak terdapat bukti nyata[2, 7].

Orang dengan gangguan kepribadian paranoid dapat bertindak dalam hostile manner atau keras kepala. Mereka dapat bersifat sarkastik, yang mana sering menimbulkan respons permusuhan dari orang lain yang tampak mengkonfirmasi kecurigaan mereka[2].

Gejala umum dari paranoid meliputi[2, 4, 7]:

  • Percaya bahwa orang lain memiliki motif tersembunyi dan berniat mencelakakan mereka
  • Meragukan loyalitas orang lain
  • Menafsirkan maksud jahat tersembunyi dalam gestur, kejadian, atau percakapan murni
  • Menjadi sangat sensitif terhadap hal yang dianggap penghinaan, kritik, atau sedikit gertakan
  • Merespon terhadap serangan yang dibayangkan pada diri mereka dengan amarah, permusuhan, atau pengendalian perilaku
  • Tidak dapat memaafkan dan menyimpan dendam
  • Umumnya dingin dan renggang dalam hubungannya dengan orang lain, dan dapat bersikap mengontrol dan pencemburu
  • Tidak dapat melihat peran mereka dalam masalah atau konflik dan percaya dirinya selalu benar
  • Kesulitan merasa tenang
  • Tidak ramah, keras kepala, dan suka mendebat

Orang dengan gangguan kepribadian paranoid dapat sangat pencemburu dan terus menerus mempertanyakan tindakan dan motif dari pasangan mereka untuk membenarkan kecemburuan mereka. [7]

Oleh karena itu orang paranoid dapat sulit untuk didekati. Ketika orang lain merespon mereka secara negatif, mereka menganggap respon tersebut sebagai konfirmasi atas kecurigaan mereka[7].

Sekitar 75% dari kasus gangguan kepribadian paranoid memiliki gangguan kepribadian komorbid. Penghindar dan bipolar personality disorder merupakan komorbid yang paling umum (48% dan 48%), demikian pula dengan gangguan kepribadian narsis (35,9%)[1].

Orang dengan gangguan kepribadian paranoid dapat mengalami disabilitas sehingga membatasi kemandiriannya. [1]

Mereka juga rentan mengalami depresi dan memiliki prognosis negatif, meskipun telah mendapatkan perawatan psikiatrik insentif. Paranoid memiliki risiko melakukan bunuh diri yang lebih tinggi[1].

Diagnosis Paranoid

Untuk melakukan diagnosis, dokter akan menanyai mengenai gejala dan riwayat kesehatan pasien. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek kondisi medis lain yang mungkin dimiliki pasien[2].

Dokter kemudian melakukan pemeriksaan komprehensif untuk evaluasi kesehatan mental. Pemeriksaan dapat meliputi pertanyaan mengenai masa kecil, sekolah, kerja, dan hubungan. Dokter juga dapat menanyakan bagaimana pasien merespon pada situasi tertentu yang diimajinasikan[2].

Kriteria klinis untuk diagnosis gangguan kepribadian paranoid berdasarkan DSM-5 ialah sebagai berikut[5, 7]:

  1. Ketidakpercayaan dan kecurigaan terus menerus terhadap orang lain seperti bahwa motif mereka ditafsirkan sebagai kedengkian, dimulai saat awal usia dewasa dan terdapat dalam berbagai konteks, sebagai mana terindikasi dalam 4 (atau lebih) dari berikut:
    • Mencurigai, tanpa dasar yang mencukupi, bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan, atau menipunya
    • Disibukkan dengan keraguan tidak bisa dibenarkan mengenai loyalitas dan kepercayaan dari teman-teman atau orang yang berhubungan dengannya
    • Enggan untuk mengungkapkan isi hati orang lain karena ketakutan tidak jelas bahwa informasi akan digunakan secara jahat untuk melawan dirinya
    • Membaca komentar jinak sebagai merendahkan atau mengancam
    • Secara terus menerus menahan dendam (seperti tidak memaafkan hinaan, cedera, atau pengabaian)
    • Mempersepsikan serangan pada dirinya atau reputasinya yang tidak jelas bagi orang lain dan cepat bereaksi dengan marah atau menyerang balik
    • Memiliki kecurigaan kambuhan, tanpa justifikasi, terhadap kesetiaan dari pasangan
  2. Tidak terjadi secara khusus selama sesi skizofrenia, gangguan bipolar, atau gangguan depresi dengan ciri psikosis, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak disebabkan oleh dampak psikologis dari kondisi medis lain.

Pengobatan Paranoid

Kesulitan pertama dalam penanganan paranoid ialah penolakan pasien. Pasien dapat memiliki kecurigaan terhadap ahli kesehatan mental, yang mana dapat mempersulit penanganan gangguan[2, 5].

Pasien dengan gangguan kesehatan paranoid cenderung sulit untuk mengenali bahwa ia mengalami gangguan dan secara sukarela menyetujui kebutuhannya untuk mendapat penanganan.

Mencoba untuk memaksa orang paranoid untuk mendapatkan bantuan sering berdampak buruk, menambahkan resistensi dan memberi alasan pada pikiran paranoid bahwa orang lain berkonspirasi melawannya[7].

Jika tidak ditangani, orang dengan gangguan kepribadian paranoid dapat mengalami kesulitan dalam pekerjaan dan di rumah. Penanganan menyeluruh dapat meliputi pendekatan formal dan informal. Penanganan informal melibatkan perawatan mandiri dengan dukungan keluarga[5].

Penanganan yang paling dianjurkan untuk gangguan kepribadian paranoid ialah psikoterapi. Psikoterapi memberikan beberapa keuntungan bagi pasien, seperti[2]:

  • Membantu pasien mempelajari cara mengatasi gangguannya
  • Mempelajari cara berkomunikasi dengan orang lain dalam situasi sosial
  • Membantu mengurangi gejala paranoid

Penggunaan obat untuk gangguan kepribadian paranoid biasanya tidak dianjurkan karena obat dapat menimbulkan efek samping yang meningkatkan ketakutan dan kecurigaan yang dialami pasien.[5]

Jika pasien mengalami gejala spesifik seperti kecemasan atau delusi yang menyebabkan disfungsi atau melukai diri sendiri atau orang lain, pemberian obat dianjurkan[5].

Obat yang dapat digunakan meliputi[2, 5]:

Kombinasi antara pengobatan dan psikoterapi dapat cukup efektif. Pasien paranoid biasanya menghentikan terapi. Padahal pasien dapat mengalami gangguan paranoid sepanjang hidupnya dan memerlukan terapi rutin[2, 5].

Cara Menghadapi Orang Paranoid

Gangguan kepribadian paranoid merupakan kondisi yang tidak dapat dicegah. Perawatan memungkinkan orang dengan gangguan kepribadian paranoid untuk mengatasi kondisinya dengan lebih baik dalam berbagai situasi.[4]

Berhubungan dengan seseorang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid dapat mengakibatkan stres dan bergolak secara emosional. Misalnya sebagai pasangan, anggota keluarga, atau teman, kecurigaan, penuduhan dan pemutarbalikan fakta dapat menjadi hal yang berat untuk dihadapi[7].

Kekerasan verbal, tidak peka terhadap perasaan kita, dan kepercayaan keras kepala bahwa mereka selalu benar dapat membuat orang-orang di sekitar pasien merasa ancaman tersendiri saat berinteraksi dengan pasien paranoid. [8]

Selain itu tindakan pencemburu dan mengendalikan pasien paranoid dapat mengakibatkan orang di sekitarnya sulit untuk menjaga hubungan baik[7, 8].

Namun seberapa menyakitkan dan membingungkannya perilaku paranoid, perlu diingat bahwa kepercayaan pasien paranoid dan gangguannya berasal dari rasa takut. Meskipun yang mereka percayai benar-benar tidak berdasar, bagi mereka ketakutan, kecemasan, dan kesulitan tersebut terasa nyata[7].

Berikut beberapa kiat untuk menjaga hubungan dengan pasien paranoid[7, 8]:

  • Mengenali rasa sakit mereka

Kita tidak perlu menyetujui kepercayaan tanpa alasan pasien, namun kita dapat mengenali dan menenangkan perasaan yang mendasari kepercayaan itu. Mengakui rasa sakit mereka dapat membuat mereka merasa lebih aman dan memencarkan amarah dan sikap memusuhi.

  • Jangan mendebat kepercayaan mereka yang salah

Pasien paranoid akan salah menafsirkan kejadian tertentu, sebagai ancaman dan mencoba untuk mendebat secara rasional dengan mereka untuk memperkuat kepercayaan mereka bahwa orang lain mencoba menipu atau melawannya.

Sebaiknya kita bisa menghargai kepercayaan mereka dan mencoba bicara secara terbuka mengenai apa yang mereka rasakan, tanpa menyetujui pemikiran paranoid. Hal ini dapat mengurangi stres dan kecemasan pasien.

  • Membuat batasan

Meskipun pasien adalah orang dekat yang kita sayangi, hal tersebut bukan alasan untuk memperbolehkan mereka menyalahkan atau menyakiti kita.

Membuat batasan yang jelas dapat membantu pasien paranoid melihat dampak merusak perilaku mereka, yang juga dapat meyakinkan mereka untuk mendapat penanganan.

  • Menyederhanakan cara komunikasi

Menggunakan bahasa yang jelas dan tidak ambigu dapat menurunkan risiko pasien paranoid untuk menyalahartikan perkataan kita.

  • Mengajak pasien untuk olahraga

Aktivitas fisik secara rutin dapat melepaskan endorphin yang dapat meringankan tekanan, meningkatkan mood, dan membantu mengatasi gejala stress, kecemasan, dan depresi pasien.

  • Meningkatkan relaksasi

Pasien dengan gangguan kepribadian paranoid sering kali kesulitan merasa rileks. Kita dapat membantunya dengan mengajak melakukan kegiatan meditasi atau yoga.

Di samping merawat pasien paranoid, sebagai orang yang berhubungan dekat penting untuk mengingat bahwa merawat diri sendiri juga penting. [7]

Berhubungan dengan pasien paranoid memerlukan kasih sayang, kesabaran, dan pengertian. Namun melakukannya tanpa mempedulikan diri sendiri dapat mengakibatkan kelelahan atau timbul rendah diri[7].

Menjaga hubungan dengan orang lain, meluangkan waktu untuk rileksasi diri, menjaga pola makan dan tidur yang cukup dapat membantu menurunkan stress yang diperoleh selama menjaga hubungan dengan pasien paranoid[7].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment