Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Surfaktan paru adalah lipoprotein yang dibentuk oleh sel alveolus di paru. Sebagai obat, senyawa ini dapat menurunkan tekanan permukaan pada alveolus, sehingga mencegah alveolus kolaps dan membantu proses
Sindrom gangguan pernafasan akut (ARDS) adalah penyakit yang terjadi karena terdapat penumpukan cairan pada paru-paru. Cairan yang menumpuk akan mencegah paru-paru terisi oleh oksigen. Pada keadaan seperti ini darah tidak bisa mendapatkan cukup oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh[1].
Tubuh yang tidak mendapatkan cukup oksigen akan berdampak buruk bagi organ seperti ginjal. Ginjal akan mengalami kerusakan karena kekurangan oksigen. Sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) dapat berakibat fatal, dan harus segera di tangani[1].
Daftar isi
Surfaktan paru-paru terbuat dari paru-paru hewan yang mengandung fosfolipid. Surfaktan alami dihasilkan melalui sel-sel alveolus pada paru-paru yang berfungsi melapisi alveoli dan bronkiolus kecil, serta mencegah runtuhnya alveoli[2].
Surfaktan paru-paru berfungsi untuk membuat oksigen menembus lapisan permukaan paru-paru dengan mudah yang akan masuk ke dalam darah. Kesulitan bernapasakan terjadi tanpa adanya surfaktan paru, juga akan menyulitkan transfer oksigen melalui permukaan yang melapisi paru-paru[2].
Janin yang belum lahir akan menghasilkan surfaktan alami dan paru-paru akan siap bernapas dengan baik pada usia kehamilan 37 minggu. Persalinan sebelum waktunya atau persalinan yang dimulai lebih awal, atau dengan operasi caesar darurat prematur di lakukan. Di saat itu, surfaktan paru akan diberikan ke bayi prematur secara intratrakeal untuk mencegah sindrom gangguan pernapasan[2].
Kesulitan akan bernapas akan terjadi tanpa adanya surfaktan paru, dan surfaktan paru akan diberikan untuk[2]:
Sindrom gangguan pernafasan biasanya akan ditandai dengan gejala seperti pernapasan yang terasa sesak, suara berderak saat bernapas, sulit bernapas, detak jantung yang cepat, kulit yang lembab, kelelahan, kebingungan dan juga tekanan darah akan menjadi rendah[1].
Terdapat beberapa faktor atau risiko yang menyebabkan sindrom gangguan pernafasan, antara lain yaitu adanya penyakit seperti sepsis (infeksi darah), pankreatitis atau juga pneumonia. Bisa juga karena dada yang cedera atau bagian otak yang mengontrol pernapasan, menghirup asap, cairan atau gas berbahaya contohnya saja seperti klorin, lalu karena overdosis obat, banyaknya transfusi, atau terjadinya cedera akut paru-paru akibat transfusi[1].
Dalam perkembangan sindrom gangguan pernafasan (ARDS), terdapat tiga fase yang berbeda, yaitu fase eksudatif, proliferatif dan fibrotik. Fase eksudatif pertama akan terjadi selama 7 sampai 10 hari pertama. Yang akan terjadi setelah paru terpapar cedera dengan aktivasi kaskade inflamasi. Dan selanjutnya akan mengarah pada akumulasi cairan kaya protein dan perdarahan sekunder yang dikarenakan rusaknya endotel alveolar dan hambatan epitel[3].
Pada fase proliferasi kedua, adalah proses perbaikan yang terjadi dengan tanda pemulihan pada hambatan epitel dan endotel, yang kembali membangun integritas epitel dengan penyerapan cairan intra-alveolar sehingga meningkatkan pemulihan fungsional[3].
Yang terakhir fase fibrotik, keadaan pada fase ini tidak akan terjadi pada semua pasien, yang dikaitkan dengan jaringan fibrosa yang terbentuk, juga yang terkait dengan peningkatan terhadap mortalitas dan durasi ventilasi mekanis yang berkepanjangan[3].
Surfaktan paru-paru terbuat dari paru-paru hewan yang mengandung fosfolipid. Surfaktan alami dihasilkan melalui sel-sel alveolus pada paru-paru yang berfungsi melapisi alveoli dan bronkiolus kecil, serta mencegah runtuhnya alveoli. Surfaktan paru-paru berfungsi untuk membuat oksigen menembus lapisan permukaan paru-paru dengan mudah yang akan masuk ke dalam darah[2].
Poractant alfa akan bertindak dengan menignkatkan kepatuhan terhadap paru-paru, pertukaran gas paru, juga kelangsungan hidup pada kelinci prematur[5].
Pada antarmuka udara-cairan alveoli pada paru-paru, surfaktan paru endogen akan mengurangi tegangan terhadap permukaannya, sehingga dapat membuatnya stabil dari kolaps di bawah tekanan transpulmoner. Pada bayi prematur yang kekurangan surfaktan paru, akan memungkinkan tegangan pada permukaan meningkat ke titik dimana bagian paru-paru kolaps dan sindrom gangguan pernapasan (RDS) berkembang[5].
Poractant alfa akan menurunkan tegangan pada permukaan minimum menjadi kurang dari atau sama dengan 4 mN / m. Hal ini akan mengkompensasi terhadap kekurangan surfaktan endogen juga membuat aktivitas mengembalikan permukaan yang memadai ke paru-paru[5].
Poractant alfa langusng diberikan pada paru-paru melalui pipa endotrakeal. Hal ini akan sangat cepat terserap pada antarmuka udara-cairan dalam membuat lapisan tunggal surfaktan yang stabil. Penyerapan poraktan alfa yang telah dilakukan pada manusia tidak ada penelitiannya[5].
Satu penelitian kecil pada kelinci menunjukkan bahwa poraktan alfa terdegradasi oleh makrofag dan sebagian mungkin di daur ilang di alveoli dengan cara yang mirip dengan surfaktan paru endogen[5].
Surfaktan paru tersedia dalam bentuk suspensi intratrakeal, . jenis obat ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter, dan ada yang dihentikan.
Contoh surfaktan paru dengan resep dokter dan dihentikan termasuk[2]:
Poractant alfa digunakan dalam mengobati sindrom gangguan pernapasan pada bayi prematur dengan defisiensi surfaktan paru endogen. Poractant alfa merupakan ekstrak surfaktan paru babi alami, yang terdiri dari 99% lipid polar dan 1% protein hidrofobik dengan berat molekul yang rendah[5].
Kandungan fosfolipid dari ekstrak yang terdiri dari fosfatidilkolin dan dipaImitoylphosphatidylcholine. Poraktan alfa merupakan suspensi putih krem dari ekstrak, dalam larutan natrium klorida 0,9% dan tidak mengandung pengawet[5].
Calfactant merupakan surfaktan paru non-pirogenik steril. Obat ini adalah suspensi putih pudar dari ekstrak surfaktan alami dari paru=paru anak sapi yang telah di suspensi dalam larutan garam 0,9%. Obat ini disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat untuk mencegah atau mengobati sindrom gangguan pernapasan pada bayi prematur dengan defisiensi surfaktan paru[6].
Obat ini telah terbukti dalam menurunkan insiden sindrom gangguan pernapasan, kematian akibat sindrom gangguan pernapasan, dan kebocoran udara yang terkait dengan sindrom gangguan pernapasan. Obat ini terserap ke udara antarmuka cairan pada paru-paru dan bekerja dalam mengurangi tegangan terhdapa permukaannya, yaitu dengan cara yang sama dengan surfaktan paru endogen[6].
Beraktan merupakan oabt penggerak permukaan pada paru-paru atau surfaktan. Obat ini dapat membantu fungsi paru-paru dengan normal. Beraktan sama dengan cairan alami pada paru-paru yang menjaga pernapasan menjadi tetap efektif. Obat ini digunakan dalam mengobati atau juga mencegah sindrom gangguan pernapasan pada bayi prematur yang paru-parunya belum berkembang dengan sepenuhnya[7].
Surfaktan paru dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tidak di inginkan. Beberapa efek samping umum dari surfaktan paru termasuk[4]:
Hal yang akan di awasi denga ketat selama pemberian beraktan yaitu nafas pada bayi, tekanan darah, kadar oksigen dan juga tanda vital lainnya. Hal ini akan membantu dokter menentukkan butuh waktu berapa lama pengobatan dengan beraktan, dan anak juga akan membutuhkan tes darah[7].
Kesulitan dalam bernapas selama perawatan dengan beraktan, mungkin akan di alami oleh bayi. Masalah ini akan memerlukan perawatan lebih lanjut oleh ahlinya, dan bayi akan tetap berada pada pengawasan selama diberikan perawatan dengan beraktan[7].
1) Anonim. Drugs.com. ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). 2021
2) Anonim. Drugs.com. Lung surfactants. 2021
3) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Respiratory Distress Syndrome. 2020
4) Anonim. ncbi.nlm.nih.gov. Lucinactant (Intratracheal). 2020
5) Anonim. Drugbank.com. Poractant alfa. 2021
6) Anonim. Drugbank.com. Calfactant. 2021
7) Cerner Multum. Drugs.com. Beractant. 2020