Operasi Caesar: Tujuan, Prosedur dan Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Operasi Caesar adalah proses kelahiran bayi dengan melewati operasi atau pembedahan. Proses ini dilakukan dengan insisi pada perut dan rahim ibu untuk mengeluarkan bayi. Operasi Caesar biasanya dilakukan... jika terjadi komplikasi pada persalinan yang membuat kelahiran melalui vagina menjadi sulit sehingga dapat membahayakan ibu dan janin. Operasi Caesar juga dapat direncanakan lebih awal dari waktu perkiraan kelahiran sebenarnya, dengan indikasi dan pertimbangan tertentu. Kondisi yang menyebabkan seorang ibu harus melakukan operasi Caesar misalnya, kepala bayi terlalu besar untuk jalan lahir normal, posisi bayi sungsang, komplikasi kehamilan, ibu memiliki penyakit seperti hipertensi, gangguan jantung, dan penyakit kelamin, adanya riwayat operasi Caesar sebelumnya, gangguan tali pusar, dll. Operasi Caesar aman dilakukan di tangan dokter spesialis kandungan dan kebidanan yang terlatih, namun tetap memiliki risiko, seperti perdarahan, emboli/gumpalan darah, infeksi, trauma pada bayi ketika operasi, trauma pada organ lain, dan waktu penyembuhan yang lebih panjang dibandingkan kelahiran normal. Konsultasikan kepada dokter Anda mengenai pilihan proses kelahiran bayi Anda. Tanyakan indikasi, risiko yang mungkin terjadi, perawatan paskakelahiran, dan persiapan apa saja yang harus Anda lakukan. Read more

Pada beberapa kasus kehamilan, ibu tidak bisa melahirkan secara spontan melalui vagina. Dalam hal ini, dokter akan melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu untuk keselamatan keduanya.

Tujuan Operasi Caesar

Persalinan caesar, juga disebut c-section, adalah proses kelahiran bayi melalui sayatan yang dibuat oleh dokter di perut dan rahim ibu. [1, 2, 3, 4]

Kebanyakan bayi lahir melalui vagina, atau dikenal dengan kelahiran normal atau spontan. Tapi, jika kehamilan ibu atau kesehatan bayi bermasalah, maka mungkin dokter akan menyarankan operasi caesar. [1, 2, 3, 4]

Kelahiran caesar bisa direncanakan atau dijadwalkan, artinya ibu dan dokter setuju untuk memilih tanggal tertentu untuk pelaksanaan operasi berdasarkan kesehatan ibu dan bayi. Namun, operasi caesar juga bisa terjadi secara darurat, yaitu ketika pembedahan harus segera dilakukan karena kondisi ibu atau bayi dalam keadaan kritis.

Operasi caesar hanya boleh dilakukan untuk alasan medis, bukan pilihan yang bisa diambil ibu karena – misalnya – takut untuk melahirkan secara spontan.

Kondisi yang Membutuhkan Operasi Caesar

Kelahiran bayi melalui operasi caesar mungkin diperlukan untuk keadaan-keadaan berikut: [1, 4]

  • Pembukaan menuju persalinan tidak mengalami kemajuan. Artinya, kontraksi yang dialami oleh ibu tidak cukup untuk membuka serviks atau mulut rahim agar bayi bisa bergerak menuju vagina untuk lahir.
  • Kesehatan bayi dalam bahaya. Tali pusar, yang menghubungkan janin ke rahim, mungkin melilit janin, atau janin mengalami detak jantung yang tidak normal. Pada kasus ini, operasi caesar bisa segera mengeluarkan bayi dari perut agar ancaman kesehatannya bisa segera diatasi.
  • Bayi berada pada posisi yang salah. Seringnya, bila hal ini terjadi, posisi kaki bayi ada di bawah – padahal pada persalinan normal, kepala bayi yang seharusnya keluar lebih dulu. Atau, bisa juga bayi berada dalam posisi miring, atau sering disebut sungsang.
  • Ibu akan melahirkan bayi kembar dua atau lebih. Tidak sedikit bayi kembar yang bisa lahir spontan melalui vagina, namun bila timbul kondisi tertentu yang tidak memungkinkan ibu untuk melahirkan normal, maka akan dilakukan operasi caesar.
  • Bayi terlalu besar. Janin yang ukurannya lebih besar dari ukuran normal biasanya berisiko mengalami komplikasi saat dilahirkan. Hal ini termasuk shoulder dystocia, yaitu jika kepala janin bisa melewati vagina namun bahunya tersangkut. Ibu hamil dengan masalah gestational diabetes atau diabetes selama masa kehamilan, terutama jika kadar gula darahnya tidak terkendali, memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi yang besar.
  • Plasenta mengalami masalah. Kadang-kadang plasenta tidak terbentuk atau bekerja dengan benar, berada di tempat yang salah di dalam rahim, atau tertanam terlalu dalam atau terlalu kuat di dinding rahim. Kondisi-kondisi ini bisa menyebabkan masalah, seperti tidak sampainya oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh janin atau pendarahan pada vagina.
  • Ibu mengalami infeksi, seperti HIV atau herpes, yang bisa ditularkan kepada bayi saat persalinan normal berlangsung. Operasi caesar bisa membantu mencegah penularan virus tersebut dari ibu kepada janin saat persalinan.
  • Ibu sudah pernah melakukan operasi caesar pada persalinan sebelumnya.
  • Ibu memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Operasi caesar memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengontrol dan menekan terjadinya risiko pada saat persalinan.

Prosedur Operasi Caesar

Persiapan

  • Setelah pemeriksaan kehamilan rutin, konsultasi dan persetujuan untuk dilakukannya operasi caesar, dokter akan menjelaskan seperti apa langkah-langkah pembedahan yang akan dilakukan dan pasien boleh menanyakan hal-hal yang masih dianggap belum jelas.
  • Pasien akan diminta menandatangani surat persetujuan yang menyatakan bahwa pasien memberikan ijin pada dokter untuk melakukan prosedur. Surat ini harus dibaca dengan teliti dan bila ada yang tidak jelas, maka harus ditanyakan.
  • Perawat atau dokter akan menanyakan kapan pasien terakhir minum atau makan. Jika operasi caesar dilakukan terencana atau terjadwal dan membutuhkan anestesi atau bius total, spinal, atau epidural, maka pasien akan diminta untuk puasa selama 8 jam sebelum prosedur berlangsung. [1, 4]
  • Pasien harus memberikan informasi mengenai riwayat alergi serta daftar obat, suplemen, dan vitamin yang diminum secara rutin kepada perawat dan dokter.
  • Jika ada obat yang mengandung pengencer darah (antikoagulan) seperti aspirin dan sebagainya yang mempengaruhi penggumpalan darah, maka harus berhenti diminum sebelum prosedur berlangsung.
  • Pasien mungkin akan diberi obat untuk mengurangi asam di perut, ini juga dilakukan untuk membantu mengeringkan lendir di mulut dan saluran nafas.

Langkah-Langkah Operasi Caesar

Pembedahan akan dilakukan di ruang operasi atau ruang khusus persalinan. Prosedur bisa berbeda tergantung pada kondisi ibu, bayi, dan metode dokter.

Pada kebanyakan kasus, pasien akan tetap terjaga selama prosedur berlangsung. Hanya pada kasus yang jarang saja pasien akan membutuhkan bius total yang membuatnya tertidur selama pembedahan.

Kebanyakan operasi caesar menggunakan bius lokal seperti epidural atau spinal. Dengan bius semacam ini, pasien tidak akan merasakan apa-apa dari pinggang ke bawah, tapi akan tetap terjaga dan bisa mendengar tangis bayi dan melihatnya begitu ia lahir.

Secara umum, proses operasi caesar berlangsung sebagai berikut: [1, 2, 3, 4]

  1. Pasien akan diminta untuk berganti mengenakan gaun rumah sakit.
  2. Pasien akan dibaringkan di meja periksa atau meja operasi.
  3. Kateter akan dipasang di kandung kemih untuk mengalirkan urin.
  4. Infus akan dipasang di lengan atau punggung tangan pasien.
  5. Untuk alasan keamanan, biasanya kaki pasien akan dipasangi strap agar tidak terangkat dari meja.
  6. Jika ada rambut di sekitar area yang akan dibedah, maka akan dibersihkan. Kulit akan dibersihkan menggunakan larutan antiseptik.
  7. Perut pasien akan ditutupi lembaran steril.
  8. Dokter ahli anestesi atau perawat akan mengawasi detak jantung, tekanan darah, pernafasan, dan kadar oksigen darah selama prosedur berlangsung.
  9. Begitu obat bius mulai bekerja, dokter akan membuat sayatan di atas tulang pubis, apakah itu vertikal atau melintang dari kiri ke kanan.
  10. Sayatan kedua akan dibuat di lapisan yang lebih dalam menembus jaringan dan memisahkan otot hingga sampai ke dinding rahim. Sayatan terakhir akan dilakukan di dinding rahim, apakah itu horizontal atau vertikal.
  11. Dokter akan merobek kantung ketuban, kemudian mengeluarkan bayi melalui sayatan-sayatan yang telah dibuat tadi. Pada saat ini pasien mungkin akan merasakan sensasi seperti ditekan atau ditarik.
  12. Tali pusar akan dipotong.
  13. Obat akan dimasukkan melalui infus untuk membantu rahim berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta.
  14. Dokter akan mengambil plasenta dan memeriksa rahim untuk memastikan tidak ada robekan atau pecahan plasenta yang tertinggal.
  15. Sayatan di otot rahim akan dijahit kemudian mengembalikan rahim ke rongga panggul.
  16. Sayatan di lapisan otot dan jaringan akan dijahit, dan terakhir sayatan di kulit perut juga akan dijahit atau disatukan menggunakan staple.
  17. Jahitan akan ditutup dengan perban steril.

Pasca Operasi

Di Rumah Sakit

Di ruang pemulihan, perawat akan mengawasi tekanan darah, pernafasan, detak jantung, pendarahan, dan kekencangan rahim.

Biasanya, rumah sakit bersalin akan mengijinkan bayi untuk berada di ruang yang sama dengan ibu selama masa pemulihan. Namun, pada beberapa kasus, bayi yang lahir melalui operasi caesar akan membutuhkan pengawasan di ruang bayi sebentar. Ibu bisa langsung menyusui bayi begitu masuk ke ruang pemulihan, sama seperti pada persalinan spontan atau normal.

Setelah dua jam di ruang pemulihan, ibu dan bayi akan dipindahkan ke ruang perawatan umum selama waktu yang dibutuhkan di rumah sakit.

Begitu efek obat bius hilang, ibu akan mendapatkan obat penghilang rasa sakit sesuai kebutuhan. Obat ini bisa diminum atau dalam bentuk infus. Pada beberapa kasus, obat penghilang rasa sakit bisa diberikan melalui kateter epidural hingga waktunya dilepas. [3]

Ibu mungkin akan merasakan nyeri seperti ada gas dalam perut, karena sistem pencernaan mulai bekerja kembali setelah pembedahan. Pada tahap ini, ibu akan disarankan untuk mulai bangun dari tempat tidur dan berjalan-jalan sedikit untuk meredakan nyeri akibat gas tadi.

Selama beberapa hari, rahim masih akan nyeri dan terasa berkontraksi. Rahim akan terus berkontraksi dan mengecil dalam rentang waktu beberapa minggu, namun nyeri berangsur berkurang.

Kateter dari kandung kemih akan dilepas sehari setelah operasi.

Beberapa jam setelah operasi, ibu akan diberi minum. Makanan padat bisa dikonsumsi secara bertahap sesuai kemampuan ibu.

Antibiotik mungkin akan diberikan melalui infus kemudian dilanjutkan dalam bentuk obat minum setelah pulang ke rumah.

Di Rumah

Ibu akan perlu mengenakan pembalut untuk menampung pendarahan. Hal ini normal, begitu juga bila terasa ada kram di perut selama beberapa hari setelah persalinan. Pembalut bisa berhenti dipakai setelah beberapa minggu, bila yang tersisa hanya bercak-bercak saja.

Tidak boleh menggunakan sabun kewanitaan, menggunakan tampon, atau berhubungan intim hingga dokter memastikan kondisi ibu sudah aman. Batasi juga aktivitas seperti mengangkat barang berat dan kegiatan-kegiatan yang membuat tubuh menegang.

Minum obat penghilang nyeri sesuai aturan yang diberikan oleh dokter.

Patuhi jadwal pemeriksaan, biasanya 2 hingga 3 minggu setelah operasi. Segera hubungi dokter atau rumah sakit jika terjadi hal-hal berikut: [1,4]

  • Pendarahan hebat dari vagina
  • Keluar cairan berbau busuk dari vagina
  • Demam atau panas-dingin
  • Nyeri perut yang hebat
  • Nyeri yang terus bertambah di bekas sayatan operasi disertai kemerahan, pembengkakan, pendarahan, atau keluar cairan lain.
  • Nyeri di kaki.
  • Kesulitan bernafas, nyeri dada, atau jantung berdebar

Risiko Operasi Caesar

Persalinan melalui operasi caesar melibatkan pembedahan, jadi tentu akan ada risiko dan kemungkinan komplikasi bagi ibu maupun bayi.

Risiko yang mungkin terjadi pada operasi caesar termasuk: [1, 2, 3, 4]

  • Infeksi
  • Kehilangan banyak darah
  • Penggumpalan darah di kaki, organ panggul, atau paru-paru
  • Cedera di organ tubuh sekitar rahim, seperti usus atau kandung kemih
  • Reaksi tubuh atas pengobatan atau anestesi yang digunakan

Catat bahwa beberapa risiko diatas juga bisa terjadi pada persalinan spontan.

Ibu yang melakukan persalinan melalui operasi caesar mungkin harus tinggal di rumah sakit lebih lama dibanding yang melahirkan melalui vagina.

Semakin banyak persalinan caesar yang dialami seorang ibu, semakin tinggi pula risikonya untuk mengalami masalah medis tertentu serta masalah dengan kehamilan selanjutnya, seperti robek pada rahim dan gangguan pada plasenta. [4]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment