Daftar isi
Terapi milieu adalah salah satu jenis terapi untuk penderita gangguan kesehatan mental yang bertujuan memperbaiki perilaku dan cara berpikir penderita menjadi lebih sehat [1,2,3,4].
Milieu sendiri adalah kata dari bahasa Prancis yang bermakna “tengah” dan terapi milieu memanfaatkan lingkungan sekitar penderita untuk membuatnya jauh lebih baik [2,4].
Jadi dengan kata lain, fokus dari terapi ini adalah membantu penderita memulihkan diri dari gangguan mental dengan membangun kehidupan sehat di sebuah komunitas kecil yang terstruktur [1,2,3,4].
Terapi milieu sangat berguna bagi para penderita gangguan mental dan perilaku, berikut ini adalah sejumlah manfaat yang bisa didapat dengan menjalani terapi ini [3].
Terapi milieu bermanfaat bagi para penderita gangguan makan dengan membantu mereka mempelajari kemampuan-kemampuan baru selain mengubah pola pikir dan perilaku [2].
Terapi ini pada kasus gangguan makan juga akan membantu para penderita menumbuhkan harapan dan rasa percaya dalam diri mereka [2].
Beberapa penelitian pun telah membuktikan bahwa terapi milieu merupakan terapi yang efektif mengurangi gejala skizofrenia dan meningkatkan rasa rileks pada penderitanya [2].
Apa itu gangguan makan?
Gangguan makan merupakan jenis gangguan mental dalam hal konsumsi makanan, baik terlalu sering dan banyak makan maupun terlalu sedikit [5].
Biasanya, gangguan makan ditandai dengan obsesi penderitanya terhadap bentuk tubuh dan berat badan [5].
Gangguan makan berlebihan, anoreksia nervosa, dan bulimia nervosa adalah dua jenis gangguan makan paling umum [5].
Gangguan makan berlebihan adalah ketika seseorang makan makanan berporsi sangat banyak dan bisa mengonsumsinya dengan sangat cepat [5,6].
Penderita gangguan makan berlebih akan dengan mudah menghabiskan makanan porsi besar dengan cepat sekalipun tidak dalam kondisi lapar [5,6].
Obesitas adalah akibat dari ketiadaan pengendalian diri saat makan [5,6].
Namun selain tanda-tanda tersebut, penderita gangguan makan berlebih biasanya justru merasa malu saat makan banyak [5,6].
Oleh karena itu, penderita akan bersembunyi setiap makan dan enggan sampai terlihat oleh orang lain [5,6].
Pada kasus anoreksia, penderita akan menghindari makan banyak [5,7].
Bahkan penderita anoreksia seringkali membatasi asupan makanan secara ekstrem dan dengan sengaja tidak makan walaupun tubuhnya sudah tergolong kurus [5,7].
Perhatian utama penderita anoreksia adalah pada berat badannya karena takut berat badan naik berlebih, padahal biasanya penderita anoreksia memiliki tubuh ramping dan sudah terlalu kurus [5,7].
Beberapa perilaku lain yang umumnya dialami penderita anoreksia adalah terus-menerus menimbang berat badan, memiliki anemia, mengidap hipotensi (darah rendah, hingga memiliki kulit kering [5,7].
Karena kekurangan asupan nutrisi (akibat jarang makan), penderita pun berisiko mengalami kerontokan rambut serius, pengeroposan tulang, ketidakteraturan menstruasi, dan kelemahan otot [5,7].
Percobaan bunuh diri adalah salah satu risiko komplikasi anoreksia nervosa sehingga penderita membutuhkan terapi psikologis, termasuk terapi milieu [2,7].
Pada bulimia nervosa, penderita gangguan makan cenderung memuntahkan dengan sengaja makanan yang sudah masuk ke dalam tubuhnya sekalipun sebelumnya makan hanya sedikit [5,8].
Perilaku membuang makanan tidak hanya dilakukan dengan sengaja memuntahkan, tapi juga dengan menggunakan obat pencahar [5,8].
Penderita sangat memerhatikan berat badannya dan berupaya menghindari kenaikan berat badan [5,8].
Setiap usai makan, akan timbul rasa bersalah dalam diri penderita sehingga berperilaku tak wajar seperti itu [5,8].
Selain psikis, tanda seseorang mengidap bulimia nervosa adalah gangguan elektrolit, kerusakan gigi, pembengkakan kelenjar air liur, radang tenggorokan, gangguan pencernaan hingga dehidrasi serius [5,8].
Maka sebelum gejala fisik jauh lebih parah, terapi milieu adalah salah satu psikoterapi yang penderita butuhkan.
Apa itu skizofrenia?
Skizofrenia juga merupakan kondisi mental lainnya yang dapat ditangani melalui prosedur terapi milieu [2].
Skizofrenia sendiri adalah gangguan kesehatan mental di mana seseorang mengalami delusi, halusinasi, hingga perubahan perilaku dan cara berpikir [9].
Perilaku, cara berkomunikasi, dan emosi penderita skizofrenia adalah yang paling terpengaruh [9].
Penderita bahkan dapat mengalami kesulitan dalam bersosialisasi sehingga sebelum menjadi lebih serius dan berujung pada percobaan bunuh diri, psikoterapi sangat penderita butuhkan [2,9].
Terapi milieu sama dengan terapi lingkungan, maka cara kerja utama dari terapi ini adalah dengan menghabiskan waktu di lingkungan yang seperti rumah [2,3,4].
Pasien penderita gangguan kesehatan mental akan berada di lingkungan ini untuk lebih mudah berinteraksi dengan orang lain sambil mengerjakan aktivitas biasa sepanjang hari [2,3,4].
Pasien tetap memiliki jadwal untuk menghadiri sesi terapi individu maupun bersama kelompok [2,3,4].
Pada terapi milieu, terapis akan membantu pasien untuk membangun tujuan dari perawatan psikologis ini sampai akhirnya pasien juga dapat mengambil keputusan sendiri baik untuk diri sendiri maupun untuk komunitas [2,3,4].
Selama menjalani terapi ini juga, pasien belakar hal-hal dan cara-cara baru dalam bereaksi terhadap segala tekanan yang datang [2,3,4].
Berapa lama pasien harus menjalani terapi tidak dapat ditentukan karena hal ini tergantung dari kondisi pasien dan dari program terapi yang diselenggarakan [2,3].
Namun terlepas dari itu, tujuan terapi milieu di manapun tetap sama, yakni meningkatkan kesehatan mental pasien dan membantu pasien kembali berfungsi dengan baik di tengah masyarakat dan lingkungan yang lebih besar [2,3,4].
Dalam terapi milieu, terdapat beberapa poin prinsip yang menjadikan cara kerja terapi ini efektif bagi para pasien dengan gangguan mental, yakni sebagai berikut.
Dalam proses pembentukan perilaku pasien, terapi milieu mengedepankan salah satunya permainan dinamika kelompok [2].
Tujuan utama adalah supaya para anggota kelompok dapat meningkatkan kemampuan memahami bahwa perilaku mereka bisa berdampak buruk maupun baik pada orang-orang di sekitarnya [10].
Terapi milieu terstruktur dan aman karena para stafnya menekankan adanya komunikasi terbuka, rutinitas bagi para anggota kelompok, namun tetap pada batasan-batasan tertentu [2].
Komunikasi bersifat terbuka agar dapat membangun rasa percaya antar anggota kelompok selama menjalani terapi ini [2].
Tujuan dari lingkungan dengan keamanan dan struktur yang baik adalah untuk membantu anggota berubah lebih baik, beradaptasi dengan realita dan membuat kondisinya semakin stabil dan merasa aman [2].
Selama program berlangsung, pasien sebagai anggota kelompok memiliki kegiatan rutin setiap harinya agar bisa berkontribusi normal pada lingkungan [2].
Pasien bisa merasa produktif dan tetap nyaman karena mereka diperbolehkan memilih kegiatan yang mereka bisa kerjakan [2].
Dengan begitu, mereka akan lebih bertanggung jawab dan bahkan memperbesar peluang untuk mengubah diri menjadi lebih baik [2].
Karena terapi milieu bertujuan membantu pasien membenahi pola pikir, perilaku, interaksi dengan orang lain, dan meningkatkan rasa percaya diri [2,3].
Oleh sebab itu, setiap individu selama terapi memiliki tanggung jawab yang juga berkaitan dengan pencapaian tujuan masing-masing dalam pengembangan diri [2,3].
Tanggung jawab individu selama terapi juga memampukan para pasien untuk mengendalikan berbagai faktor yang memicu stres di masyarakat yang lebih luas ke depannya [2,3].
Prinsip kerja dari terapi milieu lainnya adalah saling menghormati antar pasien maupun antara terapis dengan pasien [2].
Terapi ini menjadi sebuah wadah nyaman dan aman bagi para anggotanya untuk berbicara tentang pengalaman mereka, berbagi dukungan dan berbagi cerita apapun [2].
Dari kebiasaan berbagi secara positif, diharapkan kemudian berkembang rasa saling menghormati antar anggotanya [2].
Sama halnya dengan sejumlah metode perawatan medis atau terapi lainnya, terapi milieu walaupun efektif namun tetap terdapat risiko dibaliknya.
Berikut ini adalah beberapa risiko yang perlu diketahui sebelum pasien dan keluarga pasien setuju dengan penempuhan terapi ini.
Kemunduran kondisi usai terapi menjadi risiko umum dari penempuhan terapi milieu [2,3].
Selama menjalani terapi ini, penderita mendapat banyak dukungan mental dan emosional sehingga akan merasa jauh lebih baik [2,3].
Namun, terapi ini tidak untuk selamanya, maka efek positif yang pasien rasakan pun bersifat sementara [2,3].
Setelah selesai dengan program terapi, ada kalanya kemajuan dan perkembangan yang pasien sudah capai menjadi turun atau mundur [2,3].
Ini karena penderita kemudian seperti kehilangan dukungan, keakraban, dan struktur yang didapat dari lingkungan terapeutik sebelumnya [2,3].
Pengendalian lingkungan dalam program terapi milieu akan lebih sulit dilakukan jika jumlah petugas medis seperti terapis dan perawat tidak memadai [2].
Menurut sebuah laporan, para perawat dan terapis mengaku bahwa terkadang mereka dapat menjadi lemah selama proses terapi [11].
Pasien dapat secara tak sengaja melukai fisik maupun emosi petugas medis sehingga dibutuhkan keseimbangan dalam jumlah perawat, terapis dan pasien [2,11].
Oleh sebab itu, penting bagi pasien dan keluarga pasien berdiskusi dengan penanggung jawab program terapi milieu untuk mengetahui seberapa mendukung dan aman nantinya terapi ini [2].
Seberapa efektif terapi milieu dalam menangani gangguan mental?
Tingkat keberhasilan terapi milieu bervariasi antar satu kelompok dengan kelompok lainnya [2].
Namun menurut sebuah hasil studi, terapi milieu memberikan manfaat efektif bagi para pasiennya seperti penguasaan beberapa kemampuan baru, pengendalian diri dan kebiasaan baik lainnya [12].
Setiap terapi milieu memiliki terapis-terapis profesional yang akan membantu proses terapi sehingga pasien dapat mengalami perkembangan yang baik [2,12].
Terapi milieu juga tergolong aman dalam memulihkan kondisi pasien sekaligus memperbaiki pola pikir, pola interaksi dengan orang lain dan pola perilaku [2,3,4,12].
Karena melibatkan beberapa orang lain, maka melalui terapi ini para pasien dapat berbagi tanggung jawab, saling memengaruhi secara positif, dan saling menghargai [2].
Namun, seberapa baik dan efektif terapi milieu kembali lagi pada komunitas yang dibentuk serta bagaimana terapis bekerja sama dengan para pasien [2].
Kesimpulan
Terapi milieu adalah salah satu pilihan psikoterapi yang tepat jika penderita ingin benar-benar pulih dari gejala gangguan mental.
Tidak hanya meredakan gejala dan mengendalikannya, pasien pun akan memperoleh dukungan secara mental maupun emosional.
Untuk pasien dapat kembali berfungsi secara normal di kumpulan atau lingkungan masyarakat yang lebih besar akan berpeluang lebih besar juga.
1. Gene M. Abroms, MD. Defining Milieu Therapy. JAMA Psychiatry; 1969.
2. Timothy J. Legg, PhD, PsyD & Rebecca Joy Stanborough, MFA. What Is Milieu Therapy?. Healthline; 2020.
3. Lisa Fritscher & David Susman, PhD. What Is a Therapeutic Milieu?. Verywell Mind; 2020.
4. Solstice RTC. A safe community: Milieu therapy and how it works. Solstice West; 2015.
5. Palanikumar Balasundaram & Prathipa Santhanam. Eating Disorders. National Center for Biotechnology Information; 2022.
6. Aqsa Iqbal & Anis Rehman. Binge Eating Disorder. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Christine A. Moore & Brooke R. Bokor. Anorexia Nervosa. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Ashish Jain & Musa Yilanli. Bulimia Nervosa. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Manassa Hany; Baryiah Rehman; Yusra Azhar; & Jennifer Chapman. Schizophrenia. National Center for Biotechnology Information; 2021.
10. Yvonne Smith & Matthew C. Spitzmueller. Worker Perspectives on Contemporary Milieu Therapy: A Cross-Site Ethnographic Study. National Association of Social Workers; 2016.
11. Liv Bachmann, Ragnhild A Michaelsen, & Solfrid Vatne. Feeling “overloaded” and “shortcomings”: milieu therapists’ experiences of vulnerability in caring for severely mentally ill patients. Journal of Multidisciplinary Healthcare; 2016.
12. L Borge, J I Røssberg, & S Sverdrup. Cognitive milieu therapy and physical activity: experiences of mastery and learning among patients with dual diagnosis. Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing; 2013.