Bulimia – Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Angelia Chandra
Bulimia nervosa adalah masalah kejiwaan berupa gangguan perilaku makan yang ditandai dengan makan dalam porsi berlebihan yang tidak terkendali (dalam sekali makan) atau binge eating kemudian diikuti oleh... episode kompensasi berupa usaha untuk menurunkan berat badan yang tidak sewajarnya seperti memuntahkan kembali seluruh isi makanan dengan paksa, penggunaan obat-obatan pencahar atau laksatif (obat untuk membuang cairan berlebihan dalam tubuh), berpuasa, atau olahraga yang berlebihan. Gangguan perilaku makan seperti di atas terjadi minimal satu kali dalam seminggu dan berulang dalam 3 bulan. Seseorang dengan bulimia nervosa sama seperti pada anoreksia nervosa juga memiliki persepsi yang menyimpang terhadap bentuk tubuhnya, dimana penderita merasa terobsesi dengan tubuh yang kurus, merasa gemuk, merasa tidak percaya diri dengan tubuhnya dan sangat takut berat badannya naik. Selain gejala kelainan perilaku makan, penderita bulimia nervosa juga dapat mengalami gejala sering pusing, kepala terasa ringan, palpitasi, gejala pada saluran pencernaan akibat sering muntah, gejala pada sistem pernapasan, pembengkakan kelenjar ludah, dehidrasi, gangguan elektrolit hingga gangguan hormonal, dan lain-lain. Penyebab bulimia nervosa juga masih belum diketahui dengan pasti namun terdapat faktor risiko yang menjadikan seseorang rentan mulai dari faktor psikologis, faktor lingkungan dan faktor genetik. Sama seperti anoreksia nervosa diagnosa untuk bulimia nervosa diperlukan tenaga ahli berupa dokter spesialis kejiwaan. Selain dari pengobatan dengan obat, umumnya penderita bulimia akan mendapatkan terapi konseling perilaku dan nutrisi. Bulimia nervosa tidak dapat dicegah, namun apabila terdeteksi lebih awal terapi dapat dimulai lebih cepat sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut. Read more

Apa Itu Bulimia?

Bulimia atau bulimia nervosa adalah gangguan perilaku makan selain anoreksia nervosa yang ditandai dengan binge eating (makan berlebihan secara berulang kali) namun akan memuntahkan atau mengeluarkannya kemudian [1,2,3,4,10].

Seseorang dengan bulimia dapat makan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat, namun ia juga akan merasa kehilangan kendali saat sedang makan.

Penderita bulimia kerap merasa tidak mampu berhenti makan dan memiliki ketakutan terhadap kenaikan berat badan.

Meski memiliki ketakutan terhadap peningkatan berat badan, tidak semua penderita bulimia memiliki kekurangan berat badan karena justru beberapa orang dengan bulimia mengalami kelebihan berat badan.

Penderita bulimia dengan kondisi obesitas akan menggunakan metode memuntahkan makanan yang sudah dimakan sebagai cara untuk menjaga berat badan.

Fakta Tentang Bulimia

  1. Seseorang dengan bulimia mengonsumsi makanan dalam porsi yang sangat banyak dalam waktu yang singkat, namun hal ini kerap juga terjadi bahkan ketika tidak merasa lapar [1].
  2. Seseorang dengan bulimia tidak mampu mengontrol aktivitas makan sekaligus porsi makanan yang dikonsumsi di mana bahkan terkadang bisa sampai 20.000 kalori dalam sekali makan [1].
  3. Seseorang dengan bulimia cenderung mengonsumsi makanan yang tinggi kalori di mana aktivitas binge eating atau makan berlebihan dapat dilakukan beberapa kali dalam seminggu atau bahkan beberapa kali dalam sehari [1].
  4. 85-90% penderita bulimia adalah wanita yang biasanya gejala mulai tampak pada usia antara 15-20 tahun [1].
  5. Pada tahun 1979, seorang psikiater Gerald Russell dari Inggris menggambarkan bulimia nervosa sebagai kata yang berasal dari Yunani yang memiliki arti kelaparan rakus [3].
  6. Di Indonesia prevalensi gangguan perilaku makan bulimia atau bulimia nervosa belum diketahui secara jelas.

Perbedaan Antara Bulimia dan Anoreksia Nervosa

Bulimia adalah kondisi kelainan makan yang ditandai dengan makan sebanyak-banyaknya (binge eating), namun kemudian berusaha dengan cara apapun untuk mengeluarkannya kembali (purging).

Cara mengeluarkan makanan atau aksi purging ini bisa dilakukan dengan penggunaan laksatif atau diuretik maupun memuntahkan makanan secara langsung sehabis menikmatinya.

Pada beberapa kasus bulimia, penderita melakukan purging dengan cara melakukan olahraga secara berlebihan agar kalori yang masuk dapat dibakar habis-habisan.

Selain itu, ada pula yang memilih berpuasa setelah makan banyak di mana tujuan dari semua ini adalah untuk tidak mengalami kenaikan berat badan.

Sementara itu, anoreksia nervosa adalah suatu kelainan makan yang ditandai dengan ketakutan berlebihan menjadi gemuk sehingga sangat membatasi asupan makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh.

Penderita anoreksia nervosa akan berusaha untuk tidak menambah berat badan, seperti dengan menghindari aktivitas makan atau membatasi asupan energi berlebihan.

Hal ini membuat tubuh penderita anoreksia nervosa menjadi sangat kurus di mana angka berat badan pun bisa sangat rendah.

Meski begitu, mereka akan tetap merasa bahwa diri mereka tidak cukup kurus dan masih merasa terlalu gemuk.

Bila berkepanjangan, berbagai masalah kesehatan serius dapat menjadi komplikasinya, termasuk dapat berakibat pada kematian.

Jenis-jenis Bulimia

Kondisi bulimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu purging dan non-purging.

Kenali seperti apa kedua jenis bulimia ini agar dapat mewaspadai dan mengatasinya secara dini bila terjadi [1,3].

Bulimia Purging

Pada jenis purging, penderita bulimia akan mencoba berbagai cara untuk mengeluarkan kembali makanan yang sudah masuk ke dalam tubuh.

Pada bulimia purging, setelah seseorang makan berlebihan akan segera memuntahkannya.

Selain mencoba memuntahkannya, menggunakan diuretik atau laksatif menjadi alternatif untuk membuang sisa-sisa makanan yang telah masuk ke dalam tubuh.

Bulimia Non-Purging

Pada jenis non-purging, seseorang dengan bulimia setelah makan berlebihan akan berpuasa.

Selain dengan berpuasa ekstrem, cara lain untuk menjaga berat badan adalah dengan berolahraga secara berlebihan.

Metode mengeluarkan makanan yang sudah masuk ke dalam tubuh tidak secara langsung, tapi lebih kepada pembakaran kalori secara berlebihan maupun melaparkan diri.

Penyebab Bulimia

Masih belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan bulimia, namun beberapa faktor seperti sosial, budaya, psikologis, dan biologis rata-rata melatarbelakangi terjadinya bulimia pada seseorang [5,6].

  • Faktor Psikologis

Risiko bulimia sangat tinggi pada seseorang yang memiliki gangguan emosional, seperti kecemasan berlebihan, penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah, depresi dan sisi perfeksionis.

Ketika seseorang memiliki obsesi untuk menurunkan berat badan atau menghindari kenaikan berat badan, bulimia berisiko besar terjadi pada orang tersebut.

Alih-alih berdiet sehat, orang tersebut akan memilih untuk makan banyak namun setelah itu dikeluarkan dari dalam tubuhnya.

Peristiwa traumatis seperti perpisahandengan orang terdekat, kematian orang terdekat, penyakit mematikan,perundungan, hingga pelecehan seksual atau fisik dapat pula meningkatkan risikoseseorang mengalami bulimia.

  • Faktor Lingkungan

Risiko bulimia sangat tinggi pada seseorang yang mendapat tekanan dari lingkungan sekitarnya, baik itu dari masyarakat, pekerjaan, olahraga (khususnya pada atlet) atau lainnya.

Ketika persepsi mengenai diri sendiri sangat mudah ditentukan oleh orang lain atau suatu situasi dan kondisi, bulimia rentan terjadi.

  • Faktor Biologis

Faktor biologis atau genetik dapat menjadi salah satu alasan yang memicu bulimia pada seseorang, terutama ketika orangtua pun memiliki riwayat gangguan perilaku makan sejenis.

Bulimia pun dapat terjadi pada seseorang bila di keluarganya memiliki saudara kandung atau kerabat dekat yang mengalami bulimia.

  • Faktor Usia, Jenis Kelamin dan Obesitas

Bulimia paling rentan dialami oleh orang-orang di akhir usia remajanya dan memasuki usia dewasa muda.

Perempuan jauh lebih berpotensi menderita bulimia daripada laki-laki, yang artinya tak menutup kemungkinan laki-laki juga dapat mengalaminya.

Bahkan risiko bulimia diketahui justru sangat tinggi pada orang-orang yang memiliki masalah kelebihan berat badan atau obesitas.

Tinjauan
Faktor psikologis, lingkungan, biologis/genetik, usia, obesitas dan jenis kelamin dapat menjadi pemicu timbulnya bulimia pada diri seseorang.

Gejala Bulimia

Seperti halnya gejala anoreksia nervosa, gejala pada bulimia pun terdiri dari tiga kategori, yaitu gejala fisik, perilaku dan psikologis [1,2,3,4,10].

Gejala Fisik

  • Kelelahan setiap waktu
  • Sering pusing
  • Sakit tenggorokan karena sering memuntahkan makanan
  • Daya ingat dan konsentrasi menurun
  • Siklus menstruasi tidak teratur pada wanita
  • Perut sering kembung
  • Tekanan darah rendah
  • Konstipasi atau sembelit
  • Sulit tidur setiap hari
  • Perubahan berat badan (sering naik dan turun)
  • Kelenjar air liur membengkak
  • Detak jantung tidak teratur
  • Nyeri pada tulang
  • Kelemahan otot
  • Gangguan kesuburan
  • Bau mulut, kerusakan gigi, kapalan pada buku-buku jari, serta pembengkakan di bagian pipi atau rahang efek dari sering memuntahkan makanan

Gejala Psikologis

  • Ketidaknyamanan terhadap berat badan dan bentuk tubuh sendiri namun secara berlebihan
  • Mudah marah atau tersinggung
  • Mudah cemas berlebihan
  • Depresi
  • Terobsesi dengan makanan (suka makan) namun memiliki kecenderungan untuk mengendalikan asupan makanan di saat yang sama
  • Memiliki citra terhadap diri sendiri yang buruk, seperti melihat diri sendiri di depan cermin dan menganggap fisiknya obesitas padahal sebenarnya berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan dan usia.
  • Timbul rasa bersalah setiap sehabis makan.
  • Terlalu memedulikan berat badan, bentuk tubuh, dan juga makanan

Gejala Perilaku

  • Makan berlebihan dan cenderung makan sebanyak-banyaknya dalam waktu singkat.
  • Menghabiskan banyak uang demi makanan.
  • Mengeluarkan kembali makanan yang baru saja dimakan dengan cara memuntahkan langsung atau menggunakan diuretik atau laksatif.
  • Berkali-kali ke kamar mandi setiap sehabis makan yang diduga sebagai upaya mengeluarkan makanan dengan memuntahkan atau mengeluarkannya lewat buang air besar (dengan bantuan obat).
  • Memilih untuk menyendiri hampir setiap waktu dan menarik diri dari lingkungan pergaulan.
  • Makan di tempat sepi.
  • Menghindari makan bersama dengan orang lain.
  • Menghindari makanan berkarbohidrat dan berlemak tinggi
  • Menghitung kalori secara berlebihan
  • Sering berpuasa, terutama setiap sehabis mengonsumsi banyak makanan.
  • Melakukan olahraga berlebihan atau secara kompulsif, termasuk berolahraga di cuaca yang sedang buruk atau berolahraga saat sedang sakit).
  • Perilaku rahasia, seperti menyembunyikan makanan di ruangannya dan sering mengatakan sudah makan padahal belum makan sama sekali.
  • Menimbang berat badan terlalu sering
  • Bercermin sambil memerhatikan kondisi perut, pinggang atau pergelangan tangan dan mencubitnya karena merasa dirinya terlalu gemuk.
  • Menyakiti diri sendiri dan memiliki kecenderungan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Tinjauan
Gejala bulimia terdiri dari gejala fisik, gejala psikologis dan gejala perilaku. Gejala fisik utamanya meliputi tubuh lelah, sering pusing, bau mulut dan sakit tenggorokan. Gejala psikologis utamanya meliputi ketidaknyamanan terhadap bentuk tubuh atau berat badan diri sendiri, mudah tersinggung, cemas berlebihan dan depresi. Gejala perilaku utamanya meliputi makan berlebihan dan kemudian dengan sengaja mengeluarkannya kembali dengan berbagai cara.

Pemeriksaan Bulimia

Langkah pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosa bulimia adalah dengan dokter menanyakan beberapa pertanyaan seputar [1] :

  • Riwayat kesehatan pasien
  • Perasaan pasien terutama terkait dengan makanan, bentuk tubuh dan berat badan
  • Kelancaran siklus menstruasi pada pasien wanita

Metode pemeriksaan lainnya yang dokter akan lakukan adalah pemeriksaan fisik dan juga tes darah.

Tes darah direkomendasikan oleh dokter ketika menjumpai masalah pada kesehatan pasien terkait penggunaan enema, laksatif atau diuretik dan aksi memuntahkan makanan.

Pemeriksaan psikologis pun diterapkan untuk mengenal lebih jauh karakteristik pasien, khususnya dalam mendeteksi gangguan obsesif-kompulsif, gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau masalah emosional lainnya.

Kriteria Diagnosa Bulimia

Menurut DSM-5 (Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition) oleh American Psychiatric Association, ada 4 kriteria diagnosa bulimia.

Seseorang positif terdiagnosa bulimia ketika beberapa kriteria diagnosa ini terpenuhi yaitu [7] :

  • Aktivitas makan berlebihan secara berulang di mana orang tersebut sampai hilang kendali sehingga tak dapat menghentikan sendiri aktivitas makan dan tak dapat mengontrol seberapa banyak porsi yang dimakan.
  • Perilaku kompensatori, yaitu seperti memuntahkan sendiri makanan yang sebelumnya dimakan, menggunakan obat pencahar, diuretik dan semacamnya, hingga melakukan olahraga terlalu berlebihan supaya tidak mengalami kenaikan berat badan usai makan banyak.
  • Makan berlebihan sekaligus perilaku kompensatori tersebut terjadi setidaknya sekali dalam seminggu namun terus dialami selama 3 bulan berturut-turut.
  • Cara seseorang melihat dirinya sendiri dipengaruhi oleh faktor bentuk tubuh dan berat badan.
Tinjauan
Pemeriksaan fisik, pertanyaan seputar gejala dan riwayat kesehatan, pemeriksaan psikologis serta tes darah adalah metode diagnosa untuk mengonfirmasi gejala bulimia. Seseorang positif terdiagnosa bulimia bila melakukan aktivitas makan berlebihan hingga tidak terkontrol, memiliki perilaku kompensatori, perilaku kompensatori dilakukan setidaknya seminggu sekali, dan cara memandang fisik diri sendiri cenderung negatif.

Penanganan Bulimia

Bulimia adalah suatu kondisi yang melibatkan gangguan emosional dan fisik sehingga penanganan yang diberikan seharusnya mampu membantu pasien dalam hal [1,3,8] :

  • Mengurangi secara berangsur binge eating dan purging yang selama ini sudah menjadi kebiasaan pasien.
  • Memahami pola pikir yang berbahaya terkait dengan bulimia sehingga dapat mengubah pola pikir tersebut.
  • Mengidentifikasi gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi sehingga dapat diatasi sedari awal.
  • Mengatasi masalah fisik karena bulimia.

Untuk dapat memaksimalkan penanganan bulimia, maka beberapa metode inilah yang umumnya digunakan dan diperlukan oleh para pasien bulimia.

1. Obat-obatan

Dalam upaya mengontrol binge eating dan purging di saat yang sama, maka pemberian antidepresan biasanya cukup efektif [1,8,10].

2. Terapi Perilaku Kognitif

Psikoterapi dalam bentuk terapi perilaku kognitif akan membantu pasien dalam memahami perasaannya sendiri dan mengubah pola pikir serta reaksinya terhadap bentuk tubuh hingga berat badan [1,3,8,10].

Melalui terapi inilah, pasien dibantu oleh ahlinya dalam meningkatkan citra yang positif terhadap diri sendiri.

3. Kombinasi Obat-obatan dan Psikoterapi

Umumnya, obat saja tidak cukup berpengaruh dalam meredakan gejala-gejala bulimia pada pasien [1].

Oleh karena itu, obat-obatan perlu dikombinasikan juga dengan langkah psikoterapi serta dukungan perawatan lainnya.

4. Konseling Nutrisi

Menemui ahli gizi dan melakukan konsultasi mengenai asupan nutrisi dan diet yang sehat akan membantu agar pasien dapat mengurangi kebiasaan dalam binge eating dan purging [1,8,10].

Ahli gizi akan membantu pasien dalam merencanakan menu makanan sehari-hari yang lebih sehat dan terstruktur.

5. Family Therapy

Pada kasus bulimia yang dialami oleh remaja, bentuk perawatan yang melibatkan pasien bersama keluarganya untuk berkonsultasi ke dokter juga dianjurkan [2,8].

Selain pasien perlu memahami bagaimana bulimia memengaruhi dirinya sendiri, keluarga pasien pun perlu mengetahui bagaimana cara mendukung pemulihan pasien.

6. Rawat Inap di Rumah Sakit

Perawatan medis di rumah sakit kemungkinan diperlukan bagi pasien yang berat badannya sangat kurang, mengalami masalah pada jantung, usia masih di bawah 18 tahun, memiliki riwayat medis lain, atau adanya kecenderungan menyakiti diri sendiri [8].

Bila cukup serius, maka pasien memerlukan pengawasan oleh ahli medis agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Tinjauan
Penanganan bulimia melibatkan obat-obatan, namun terapi perilaku kognitif atau psikoterapi, kombinasi keduanya, family therapy, dan konseling nutrisi diperlukan juga oleh pasien. Bila kondisi sudah sangat serius, rawat inap perlu ditempuh oleh pasien.

Komplikasi Bulimia

Bulimia pada umumnya tidak sampai perlu sampai harus dirawat di rumah sakit, namun jika sudah terlampau serius maka komplikasi-komplikasi ini bisa terjadi dan rawat inap menjadi solusinya [2,10].

Pencegahan Bulimia

Hampir tidak mungkin untuk bisa mencegah agar bulimia sama sekali tidak terjadi karena penyebab dan alasan pasti terjadinya pun tidak diketahui.

Namun pada remaja puteri yang paling sering mempermasalahkan bentuk tubuh serta berat badan lalu melakukan diet yang terlalu ketat, pemahaman mengenai bulimia perlu diberikan [10].

Bila pengertian yang diberikan oleh orangtua maupun tenaga pendidik belumlah cukup, maka pengadaan kampanye dengan keterlibatan dokter dan psikolog sebagai fasilitator kesehatan [9].

Pembekalan dini kepada para remaja puteri mengenai tanda, penyebab dan dampak berbahaya dari bulimia diharapkan mampu mencegah bulimia itu sendiri.

Namun bila ada orang terdekat dengan gejala bulimia, maka membawanya berkonsultasi segera ke dokter ataupun psikiater akan sangat membantu dalam mencegah komplikasi bulimia.

Tinjauan
Bulimia cukup sulit untuk dicegah, namun dengan pemberian pemahaman sejak dini mengenai bulimia (penyebab, gejala dan dampaknya) diharapkan hal ini dapat meminimalisir risiko bulimia. Bila seseorang sudah telanjur mengalaminya, penting untuk segera membawanya ke dokter maupun psikiater sebelum komplikasi terjadi.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment