Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Aktinomikosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Actinomyces yang umumnya menyerang kulit, meskipun infeksi ini juga dapat menyerang bagian yang lebih dalam. Manifestasi infeksi
Daftar isi
Aktinomikosis merupakan sebuah penyakit langka yang disebabkan oleh bakteri Actinomyces. Penyakit ini memicu timbulnya abses atau borok pada area tubuh yang terserang infeksi, bahkan bisa juga menyerang hingga ke dalam lapisan kulit. [1,2,3,4,5,6].
Perut, panggul, dada dan mulut adalah bagian-bagian tubuh yang paling rentan terkena penyakit aktinomikosis.
Aktinomikosis berpotensi terjadi sebagai efek dari suatu infeksi yang telah menyebar dan berasal dari bagian tubuh lain.
Walau tidak menular dan cenderung jarang dijumpai, aktinomikosis sangat dapat mengancam jiwa penderitanya.
Tinjauan Aktinomikosis adalah jenis infeksi bakteri yang langka dan mampu memicu timbulnya penumpukan nanah (abses) di bagian panggul, perut, dada dan/atau mulut.
Aktinomikosis lebih rentan terjadi pada pria dengan usia antara 20-60 tahun, namun tidak menutup kemungkinan wanita pun bisa mengalaminya [2].
Pada wilayah yang status sosial ekonominya rendah, maka prevalensi aktinomikosis tergolong tinggi [2].
Bakteri Actinomyces menyebabkan infeksi pada mulut, leher dan rahang dengan kasus sebanyak 50% sehingga menjadikan orocervicofacial actinomycosis sebagai jenis aktinomikosis yang paling banyak diderita [6].
Namun di Indonesia, data epidemiologi untuk kasus aktinomikosis belum ada sehingga prevalensinya belum diketahui jelas.
Penyebab utama aktinomikosis adalah bakteri spesies Actinomyces yang berpotensi menyebar ke seluruh tubuh saat kerusakan jaringan tubuh terjadi [1,2,3,4,5,6].
Bakteri spesies ini dimiliki oleh kebanyakan orang tanpa disadari, khususnya pada area saluran pencernaan, tenggorokan, mulut, dan saluran kemih GetGreenDelivery.
Bahkan para wanita pun perlu tahu bahwa bakteri ini ada pada saluran genital.
Walau hidup dan bertahan pada area-area organ tubuh tersebut, pada dasarnya bakteri ini tidaklah berbahaya bagi tubuh [2].
Namun, bakteri ini dapat mengancam saat terdapat kerusakan jaringan pada tubuh (efek operasi ataupun cedera) maupun penyakit tertentu.
Aktinomikosis dapat terjadi pada penyakit gigi dan gusi maupun luka di tenggorokan (seperti misalnya luka akibat duri ikan).
Abses berisiko tinggi terjadi ketika infeksi terus berkembang tanpa cepat ditangani dan hal ini bisa sangat berbahaya ketika infeksi memasuki sekitar otot dan tulang penderita.
Abses sendiri merupakan kondisi ketika suatu area tubuh terjadi penumpukan nanah yang umumnya disebabkan oleh infeksi.
Tinjauan Bakteri spesies Actinomyces adalah penyebab utama aktinomikosis yang dapat mampu menginfeksi saat bagian tubuh tertentu seseorang mengalami luka.
Aktinomikosis dibagi menjadi beberapa jenis kondisi berdasarkan lokasi tubuh yang diserang oleh bakteri [4,5].
Aktinomikosis pinggul dapat terjadi sebagai hasil penyebaran bakteri dari vagina yang kemudian menjalar hingga berbagai area pinggul.
Kondisi ini dapat diperburuk oleh prosedur ginekologis tertentu dan ditandai dengan kemunculan keputihan serta benjolan pada pinggul atau perut bawah.
Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang adalah salah satu faktor jenis infeksi ini dapat terjadi.
Sekitar 7% wanita dengan yang memakai alat kontrasepsi, berisiko terserang bakteri Actinomyces, menurut laporan dari The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), namun tidak menimbulkan gejala apapun.
Pada wanita, bakteri ini terdeteksi saat memeriksakan keluhan pada panggulnya. Kondisi infeksi pada panggul ini berisiko timbulnya abses pada bagian tuba falopi dan ovarium.
Aktinomikosis perut terjadi di area perut, namun selalu ada kemungkinan infeksi ini memengaruhi sistem pencernaan.
Orang-orang yang baru saja menempuh operasi usus buntu maupun yang mengalami usus buntu pecah jauh lebih berisiko mengalami aktinomikosis.
Timbulnya nyeri, demam, abses, sembelit atau diare, hingga keluarnya nanah dari kulit adalah tanda-tanda aktinomikosis perut telah terjadi dan infeksi jenis ini dapat menyebar dengan sungguh cepat.
Penyebaran infeksi dapat mencapai panggul, organ liver/hati, maupun perikardium (kantong yang membungkus jantung).
Aktinomikosis toraks adalah jenis aktinomikosis yang umumnya menyerang paru-paru dan saluran udara setelah bakteri yang ada pada mulut atau tenggorokan terhirup dan menuju paru-paru.
Gejala akan timbul dimulai dari paru-paru yang kemudian dirasakan pula di sekeliling paru-paru.
Gejala pun dapat menyebar hingga rongga dada dan tulang belakang bagian atas.
Beberapa gejala yang umumnya terjadi menandakan bahwa aktinomikosis toraks sedang terjadi adalah tubuh yang melemah, batuk terus-menerus, demam, dan berat badan turun sangat banyak.
Jenis aktinomikosis ini dapat menyerang area rahang, mulut hingga leher dan bakteri yang menyebabkannya biasanya berasal dari plak gigi.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko jenis aktinomikosis ini antara lain adalah :
Gejala pada kasus ini umumnya tidak langsung muncul ketika infeksi terjadi, namun bisa berminggu-minggu setelahnya.
Pada jaringan lunak mulut akan muncul pembengkakan dan rasa sakit yang hebat diikuti dengan abses sebagai gejala utama.
Ada pula jenis aktinomikosis yang terjadi pada sistem saraf pusat (central nervous system/CNS), namun penyakit ini sangat langka.
Ketika terdapat lesi pada wajah atau leher, hal ini memicu infeksi yang kemudian berpotensi menyebar dan memicu abses otak.
Selain sistem saraf pusat, aktinomikosis yang terjadi pada tulang dan kulit pun termasuk kondisi yang teramat langka.
Pada kasus ini, infeksi menyebar hingga ke jaringan yang lebih dalam sehingga gejalanya sangat berbahaya dan cenderung serius.
Tinjauan Aktinomikosis terdiri dari berbagai jenis kondisi berdasarkan loaksi terjadinya pada area tubuh tertentu, seperti Pelvic Actinomycosis, Abdominal Actinomycosis, Thoracic Actinomycosis, dan Orocervicofacial Actinomycosis. Selain itu, ada pula jenis aktinomikosis kulit, tulang dan sistem saraf pusat.
Gejala aktinomikosis sangat beragam, tergantung dari jenis aktinomikosis yang diderita.
Namun, gejala yang muncul dapat juga mirip dengan gejala infeksi lainnya, bahkan berpotensi serupa dengan gejala tumor [4,5].
Secara umum, beberapa gejala inilah yang selalu terjadi pada aktinomikosis sehingga perlu diwaspadai dan langsung diperiksakan :
Ringan atau parahnya gejala ditentukan lokasi terjadinya infeksi dan rasa nyeri biasanya akan diikuti dengan kenaikan suhu tubuh atau demam.
Penderita aktinomikosis akan mengalami juga rasa tidak enak badan karena kelelahan dan tubuh yang pegal-pegal.
Tinjauan Gejala aktinomikosis tergantung dari jenis kondisi yang berdasarkan lokasi area tubuh yang terpengaruh, namun beberapa gejala umum yang pasti terjadi adalah abses, bengkak, serta nanah yang timbul dari fistula.
Aktinomikosis adalah jenis infeksi bakteri yang sangat sulit untuk didiagnosa dan bahkan dibandingkan dengan jenis infeksi bakteri lainnya, penanganan aktinomikosis memakan waktu jauh lebih lama.
Namun, bukan berarti aktinomikosis tidak dapat terdiagnosa sama sekali, sebab berikut ini adalah sejumlah metode pemeriksaan yang bisa ditempuh penderita gejala yang mengarah pada aktinomikosis :
Penanganan aktinomikosis dilakukan dengan pemberian obat maupun opsi tindakan bedah tergantung dari tingkat keparahan pasien.
Penicillin adalah obat antibiotik yang rata-rata diberikan kepada pasien aktinomikosis.
Penggunaan penicillin pun dapat berjangka panjang walaupun tergolong umum dan efektif dalam menangani aktinomikosis.
Pasien memerlukan waktu kurang lebih 8 bulan hingga setahun lebih untuk penggunaan obat ini, tentunya dengan resep dan pengawasan dokter.
Tindakan bedah atau operasi lebih direkomendasikan bagi para penderita aktinomikosis yang mengalami abses parah.
Tindakan bedah bertujuan untuk menghilangkan bagian yang terinfeksi atau sekadar mengeluarkan seluruh nanah.
Sekalipun harus menempuh tindakan bedah, setelahnya pasien masih akan diberi obat antibiotik.
Antibiotik diberikan kepada pasien untuk digunakan selama 3 bulan pasca operasi yang diharapkan dapat berpengaruh pada berkurang atau hilangnya gejala.
Tinjauan Penanganan aktinomikosis yang paling umum adalah pemberian obat antibiotik (penicillin), namun tindakan bedah perlu ditempuh pasien bila terjadi abses serius.
Aktinomikosis dapat menginfeksi area sekitar tulang walau berawal dari jaringan-jaringan lunak bila tidak ditangani secara cepat dan tepat.
Bila infeksi menjalar hingga tulang, maka kerusakan jaringan dan tulang dapat terjadi yang hanya dapat diatasi melalui operasi.
Operasi tak hanya direkomendasikan sebagai langkah pengangkatan abses maupun jaringan lunak yang terkena infeksi, tapi juga menghilangkan tulang yang telah rusak karena infeksi.
Aktinomikosis pun berisiko terjadi pada sinus hidung dan bila hal ini dialami oleh seseorang, aktinomikosis ini dapat menyebar hingga ke otak walau kasus ini sangat jarang.
Penyebaran aktinomikosis ke otak akan memicu meningitis, yaitu radang lapisan pelindung otak serta saraf tulang belakang.
Tinjauan Komplikasi yang paling memungkinkan terjadi dari kondisi aktinomikosis adalah infeksi yang menyebar hingga merusak jaringan tubuh dan tulang. Aktinomikosis dapat menyerang otak walau jarang dan kemudian memicu meningitis.
Gejala aktinomikosis tidak langsung timbul pada kebanyakan kasus walaupun seseorang sudah terkena infeksi bakteri.
Perkembangan gejala berjalan lamban, namun bila diabaikan dapat menjadi ancaman bagi jiwa penderita.
Dalam meminimalisir perkembangan gejala yang lebih buruk pada kondisi aktinomikosis, sejumlah upaya berikut dapat dilakukan [1] :
Tinjauan Menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri, termasuk bagian mulut, serta menjalani pola hidup seimbang akan dapat mengurangi risiko terkena aktinomikosis.
1) Florent Valour, Agathe Sénéchal, Céline Dupieux, Judith Karsenty, Sébastien Lustig, Pierre Breton, Arnaud Gleizal, Loïc Boussel, Frédéric Laurent, Evelyne Braun, Christian Chidiac, Florence Ader, & Tristan Ferry. 2014. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Actinomycosis: etiology, clinical features, diagnosis, treatment, and management.
2) Sandeep Sharma, Muhammad F. Hashmi & Dominic J. Valentino III. 2020. National Center for Biotechnology Information. Actinomycosis.
3) Simon Bonnefond, MD, Mélanie Catroux, MD, Cléa Melenotte, MD, Ludovic Karkowski, MD, Ludivine Rolland, MD, Sébastien Trouillier, MD, Loic Raffray, MD & Shih-Min Wang. 2016. PubMed Central US National Library of Medicine National Institutes of Health. Clinical features of actinomycosis.
4) Anonim. 2017. National Health Service. Actinomycosis.
5) Larry M. Bush , MD, FACP, Charles E. Schmidt & Maria T. Vazquez-Pertejo , MD, FCAP. 2019. Merck Manual. Actinomycosis.
6) Tasaduq Fazili MD, FACP & Michael M. McNeil, M.D., MP.H. 2002. Anti Microbe. Actinomyces species (Actinomycoses).