Beberapa jenis obat yang rutin diminum oleh penderita epilepsi memang memiliki kemungkinan untuk menurunkan tingkat kesuburan. Tetapi, ini bukan berarti penderita epilepsi tidak bisa hamil. [2]
Sebagian besar wanita yang menderita epilepsi bisa mengandung dan melahirkan bayi yang sehat, tetapi kehamilan pada kasus seperti ini membutuhkan perawatan khusus karena memiliki beberapa risiko yang harus diwaspadai.
Daftar isi
Penelitian menunjukkan bahwa ada sedikit peningkatan risiko janin tidak berkembang secara normal jika ibu mengonsumsi beberapa jenis obat anti-epilepsi saat sedang mengandung. Obat-obatan ini bisa menyebabkan cacat lahir termasuk bibir sumbing, kelainan tengkorak, kelainan jantung dan saluran kencing. [1, 2, 3, 4]
Jenis obat lainnya juga bisa meningkatkan kemungkinan bayi mengalami gangguan perkembangan otak, misalnya lambatnya kemampuan berbicara dan berbahasa, serta masalah dengan daya ingat dan perhatian. [1]
Risiko-risiko tersebut akan semakin tinggi bila ibu mengonsumsi obat dalam dosis tinggi atau lebih dari satu jenis obat anti-epilepsi.
Ini sebabnya, wanita penderita epilepsi yang berencana untuk hamil harus menggunakan alat kontrasepsi dan tetap minum obat sambil melakukan konsultasi hingga dokter membuatkan rencana dan penyesuaian perawatan, termasuk jenis dan dosis obat yang aman untuk diminum.
Kabar baiknya, frekuensi kejang akan menurun atau tetap sama pada sebagian besar wanita penderita epilepsi saat mengandung. [2, 4]
Mengalami kejang saat hamil bisa mengakibatkan terjadinya cedera atau masalah pada ibu dan bayi. Berat atau ringannya risiko ini akan berhubungan dengan jenis kejang yang dialami ibu.
Kejang focal (atau kejang parsial) umumnya tidak menyebabkan risiko sebesar kejang yang umum. Kejang tonic-clonic adalah yang paling berisiko baik bagi ibu maupun janin dalam kandungannya.
Risiko tersebut termasuk:
Karena itu, sangat penting bagi ibu hamil penderita epilepsi untuk mengendalikan kejangnya selama mengandung. Dokter spesialis syaraf dan epilepsi bisa membantu melakukan langkah-langkah pencegahan, karena risiko yang disebabkan oleh kejang saat hamil lebih besar dibandingkan risiko yang disebabkan oleh konsumsi obat anti-epilepsi. [4]
Tergantung dari risiko terjadinya kejang saat bersalin, dokter biasanya akan merekomendasikan persalinan di rumah sakit dengan pengawasan dokter spesialis.
Sebagian besar wanita yang menderita epilepsi bisa melahirkan bayinya tanpa komplikasi. Mereka juga kemungkinan bisa menggunakan metode persalinan dan pereda nyeri yang sama dengan wanita hamil lainnya. [2]
Kejang umumnya tidak terjadi saat persalinan. Jika memang terjadi, maka bisa diatasi dengan pemberian obat melalui infus. Jika kejang masih terus berlangsung, maka dokter akan mengeluarkan bayi melalui operasi Caesar.
Jika kejang sering terjadi selama trimester ketiga, maka kemungkinan untuk mengalami kejang saat persalinan akan lebih tinggi. Untuk kasus ini, dokter membicarakan tentang metode persalinan yang terbaik dengan ibu untuk menghindari naiknya risiko kejang saat persalinan.
Jika dosis obat anti-kejang yang diminum disesuaikan selama masa kehamilan, maka bicarakan dengan dokter mengenai kemungkinan untuk kembali ke dosis yang lama bila mendekati waktu persalinan agar kejang bisa lebih terkendali namun obat tetap pada kadar yang aman. [2, 3]
Wanita penderita epilepsi tetap bisa hamil dan menjalani masa mengandungnya dengan aman dan sehat, baik bagi dirinya maupun bayi dalam kandungannya. Tetapi, tentu, perawatan selama kurang lebih 9 bulan ini akan lebih intensif dibandingkan wanita yang tidak menderita epilepsi.
Pastikan untuk melakukan konsultasi lebih dulu dengan dokter kandungan maupun spesialis syaraf sebelum memutuskan untuk hamil. Ini untuk kebaikan ibu maupun bayinya dalam jangka panjang.
Dengan memperhatikan semua faktor-faktor diatas, sangat banyak wanita penderita epilepsi yang bisa hamil dan melahirkan bayi yang normal dan sehat. [4]
1. NHS Team. Epilepsy and pregnancy. UK National Health Service; 2021.
2. Mayo Clinic Staff. Epilepsy and pregnancy: What you need to know. Mayo Clinic; 2020.
3. Sima I. Patel, Page B. Pennell. Management of epilepsy during pregnancy: an update. Therapeutic Advances in Neurological Disorders; 2016.
4. Steven C. Schachter MD, Joseph I. Sirven MD, Kimford J. Meador MD. Risks During Pregnancy. Epilepsy Foundation; 2014.