10 Macam Metode Persalinan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Melahirkan bayi merupakan tugas yang memerlukan perencanaan yang cermat dan hati-hati. Pasangan dapat mencoba mengenali macam-macam teknik dan terapi untuk membuat proses persalinan lebih mudah, lebih aman, atau lebih nyaman bagi ibu dan bayi[1].

Masing-masing metode persalinan memiliki kelebihan dan kekurangan. Biasanya, lebih dianjurkan untuk memilih metode persalinan yang dapat membantu mengurangi rasa sakit dan tidak nyaman[1].

Berikut macam-macam metode persalinan:

1. Persalinan Pervaginam

Saat bayi dilahirkan melalui saluran keluar rahim (vagina), proses persalinan ini disebut sebagai persalinan pervaginam (vaginal delivery) atau persalinan alami. Metode persalinan ini merupakan yang paling umum dan paling aman[1, 2].

Metode alami memiliki banyak kelebihan, terutama karena bayi yang dilahirkan melalui persalinan alami memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami infeksi dan masalah pernapasan[2].

Kebanyakan dokter akan menganjurkan metode alami selama kondisi memungkinkan dan ibu menghendakinya. Metode ini sangat dianjurkan untuk ibu yang berencana untuk hamil lagi[1].

2. Persalinan Vagina Berbantu

Metode persalinan vagina terbantu digunakan ketika persalinan alami memerlukan bantuan tertentu mulai dari penggunaan obat hingga prosedur persalinan darurat. Prosedur yang digunakan dokter akan bergantung pada kondisi yang terjadi selama proses persalinan[3].

Metode persalinan terbantu dapat meliputi:

Episiotomi

Episiotomi ialah sayatan bedah yang dibuat pada perineum (bagian dari kulit di antara vagina dan anus). Insisi memperbesar lubang vagina sehingga memungkinkan kepala bayi untuk keluar dengan lebih mudah dan mencegah sobeknya kulit ibu[3].

Pada kebanyakan persalinan, ibu tidak memerlukan episiotomi. Prosedur ini digunakan pada kasus tertentu, misalnya ketika persalinan harus dilakukan dengan segera[3, 4].

Dalam episiotomi terdapat dua jenis insisi, yaitu[3]:

  • midline incision: dibuat langsung mengarah ke belakang menuju anus
  • medio-lateral incision: miring dari anus

Amniotomi

Amniotomi dikenal sebagai metode memecahkan air ketuban. Metode ini dilakukan dengan membuat sobekan buatan pada membran atau kantung amniotik yang mengandung air ketuban yang mengelilingi bayi[3].

Amniotom dapat dilakukan sebelum atau pun selama persalinan. Biasanya metode ini dilakukan untuk[3]:

  • menginduksi augment persalinan
  • menempatkan monitor internal untuk memeriksa pola kontraksi uterus
  • menempatkan monitor internal pada kulit kepala bayi untuk memeriksa kondisi bayi
  • mengecek mekonium (substansi coklat kehijauan yang merupakan feses pertama bayi)

Untuk memecah kantung amniotik, dokter akan menggunakan amniohook. Setelah prosedur amniotomi, persalinan harus dilakukan dalam 24 jam untuk mencegah infeksi[3].

Persalinan Forceps

Forceps ialah alat serupa sendok besar yang dimasukkan ke vagina dan ditempatkan di sekitar kepala bayi. Selanjutnya forceps akan digunakan dokter untuk mengarahkan bayi untuk keluar melalui vagina dengan perlahan[3, 4].

Ekstraksi Vakum

Metode ini hampir seperti persalinan forceps. Dokter akan menggunakan alat berupa mangkuk plastik yang ditempatkan pada kepala bayi untuk membantu proses persalinan[3, 4].

Vakum dibuat menggunakan sebuah pompa dan bayi ditarik menuruni saluran vagina menggunakan alat dan dengan bantuan kontraksi ibu. Pompa sering kali menimbulkan memar pada kepala bayi, namun akan pulih setelah 48 jam[3].

Persalinan Terinduksi

Persalinan terinduksi ialah ketika dokter memulai kontraksi sebelum proses persalinan mulai dengan sendirinya. Metode ini biasanya digunakan karena adanya alasan tertentu mengapa persalinan perlu dilakukan dengan segera, misalnya pada kehamilan yang disertai masalah kesehatan[3, 4].

Proses persalinan biasanya diinduksi dengan Pitocin, suatu bentuk oksitosin sintetik yang diberikan secara intravena[3].

Beberapa alasan medis untuk menginduksi persalinan meliputi[3]:

3. Water Birth

Dalam metode ini persalinan akan dilakukan dengan ibu merendam diri dalam bak berisi air hangat. Water birth merupakan teknik kuno yang dilakukan oleh orang Mesir, Yunani, Hawai, dan Maoris[2, 5].

Air hangat dapat membantu ibu untuk lebih tenang. Metode ini memanfaatkan gaya apung di air untuk membantu meringankan sensasi tidak nyaman dan tekanan yang dirasakan selama persalinan[5].

Beberapa orang percaya bahwa air dapat membantu bayi untuk memasuki dunia dengan lebih sedikit perubahan cahaya, suara, dan perubahan dramatis lain[5].

Studi pada Obstetrics and Gynecology mengindikasikan bahwa berendam dalam air selama persalinan meringankan rasa sakit, mengurangi penggunaan analgesik atau epidural, waktu kelahiran lebih singkat, dan peningkatan kepuasan pasien[2].

4. Metode Lamaze

Metode ini dikembangkan oleh Dr. Ferdinand Lamaze, yaitu metode persalinan alami dan biasanya dikenal dengan teknik pernapasan terkontrol. Metode ini memanfaatkan distraksi selama kontraksi untuk mengurangi persepsi rasa sakit dan menurunkan rasa tidak nyaman[1, 5].

Bersamaan dengan teknik pernapasan, dilakukan juga teknik lain untuk persiapan kelahiran bayi. Wanita hamil dan pasangan perlu mengikuti kelas Lamaze untuk mempelajari pernapasan dalam, pijat, konsentrasi, dan bagaimana cara mempertahankan kendali selama persalinan[1, 5].

5. Teknik Alexander

Teknik Alexander merupakan teknik untuk duduk, berdiri, dan berjalan dengan keamanan, efisiensi, dan mudah. Teknik ini mempelajari cara untuk melepaskan ketegangan muskuler untuk meningkatkan kapasitas bernapas dan memulihkan keseimbangan tubuh serta postur yang tepat[5].

Teknik Alexander dapat dipelajari sejak ibu mulai hamil. Beberapa modifikasi sederhana dalam gerakan dapat meringankan gejala saat tubuh mulai mengalami sakit pada punggung bagian bawah, masalah keseimbangan dan pencernaan, serta napas pendek[5].

Ketika waktu persalinan tiba, ibu hamil akan dapat bernapas dengan lebih baik, menenangkan diri, fokus selama persalinan, membantu membuka serviks selama dilatasi, dan mempersiapkan dorongan yang efektif saat bayi mulai keluar[5].

6. Metode Bradley

Metode ini membantu ibu untuk melahirkan secara alami dengan sedikit atau tanpa obat. Metode Bradley dikembangkan oleh Dr. Robert Bradley pada tahun 1940an[1, 5].

Metode Bradley berfokus pada mempersiapkan ibu hamil untuk melahirkan secara alami dengan dipandu oleh pasangan. Metode diajarkan selama lebih dari 12 minggu, menggunakan buku kerja dan bantuan lain dari teman dan keluarga[1, 5].

Metode Bradley menekankan pentingnya nutrisi yang baik dan olahraga, teknik relaksasi untuk mengatasi rasa sakit, dan keterlibatan efektif pasangan sebagai pembimbing[5].

Ibu hamil juga akan belajar mengenai cara menyesuaikan tubuh dan posisi sehingga dapat mengurangi rasa sakit selama persalinan dan mempersiapkan diri untuk tahap-tahap persalinan[5].

7. Hipnosis

Penggunaan hipnosis selama persalinan dipelopori oleh Dr. Grantly Dick-Read pada tahun 1940an. Hipnosis akan membantu ibu hamil merasakan relaksasi total di mana otot tubuh dapat berfungsi sesuai seharusnya[5].

Sesi hypnobirthing mengajarkan relaksasi berdasarkan self-hypnosis, visualisasi, dan teknik bernapas untuk menghasilkan fase relaksasi tanpa resisten yang ditimbulkan oleh rasa takut. Metode ini meningkatkan kepercayaan ibu hamil pada potensi melahirkan yang dimiliki tubuhnya.

Hipnosis memberdayakan insting melahirkan alami ibu pada waktu persalinan untuk memastikan proses kelahiran anak yang tenang dan nyaman[1].

8. Operasi Sesar

Operasi sesar yaitu prosedur operasi yang dilakukan jika proses persalinan alami tidak memungkinkan. Dalam prosedur ini, bayi akan dikeluarkan melalui insisi yang dibuat pada perut dan uterus[3].

Operasi sesar dapat perlu dilakukan demi keamanan ibu dan bayi, terutama untuk satu atau beberapa alasan berikut[4]:

  • bayi sungsang (kepala tidak mengarah ke vagina)
  • ukuran tubuh bayi terlalu besar untuk dapat dilahirkan melalui panggul
  • bayi mengalami gangguan
  • ibu mengandung lebih dari satu bayi
  • plasenta menutupi bagian saluran serviks (kondisi ini disebut placenta previa)
  • proses persalinan tidak berprogres
  • tali pusar keluar melalui serviks sebelum bayi
  • plasenta telah terlepas dari dinding bagian dalam uterus sebelum persalinan (kondisi ini disebut placental abruption)
  • sebelumnya pernah melakukan operasi sesar

9. Vaginal Birth After Caesarean Section

Ibu yang melahirkan anak pertama menggunakan operasi sesar kebanyakan bisa melahirkan secara alami pada kehamilan anak selanjutnya[2, 3].

Jika ibu hamil memenuhi kriteria berikut, maka ia memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk dapat melahirkan normal setelah operasi sesar[3, 4]:

  • dokter membuat insisi horizontal (low transverse incision) dalam uterus selama operasi sesar
  • pelvis tidak terlalu kecil untuk dapat mengakomodasi bayi berukuran tubuh normal
  • ibu hanya mengandung satu bayi, bukan beberapa bayi
  • prosedur sesar yang pernah dilakukan disebabkan karena bayi sungsang

Sering kali kebutuhan persalinan secara sesar tidak dapat ditentukan hingga setelah proses persalinan dimulai. Jika ibu pernah menjalani prosedur sesar, maka ibu memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami uterine rupture selama persalinan[4].

Untuk mengantisipasi terjadinya masalah selama persalinan, sebaiknya dilakukan perencanaan persalinan terlebih dahulu untuk memastikan ketersediaan anestesi dan fasilitas untuk prosedur sesar di rumah sakit[2].

10. ERACS (Enhanced Recovery After Caesarean Surgery)

ERACS merupakan metode persalinan yang dapat mempersingkat masa pemulihan setelah melahirkan. Metode ERACS dapat menjadi opsi yang lebih baik bagi ibu hamil yang memutuskan untuk melahirkan dengan operasi sesar. Metode ini telah diaplikasikan dalam persalinan di Indonesia sejak tahun 2019[6, 7].

Metode ERACS memerlukan persiapan yang dimulai sejak masa kehamilan hingga paska persalinan. Selama kehamilan, kondisi kesehatan ibu hamil mulai dioptimalkan untuk persalinan metode ERACS[6, 7].

Fase selanjutnya ialah persiapan operasi oleh tim dokter. Pada operasi sesar biasa, ibu hamil perlu puasa selama 6-8 jam sebelum prosedur. Namun pada metode ERACS, ibu hamil diminta mengonsumsi minuman berkalori tinggi 2 jam sebelum melahirkan untuk mengatasi stress metabolik dan resistensi insulin selama operasi[6, 7].

Paska operasi dokter akan memberikan obat untuk meringankan gejala mual, muntah, dan meredakan rasa sakit. Ibu akan bisa melakukan sit up dalam 2 jam setelah operasi dan dapat berjalan dalam 6 jam setelahnya[6].

Berbeda dari operasi sesar biasa, operasi dengan metode ERACS memiliki batas waktu karena dosis obat yang digunakan lebih rendah. Proses persalinan dengan metode ERACS paling lama berlangsung 60 hingga 90 menit[6].

Metode ERACS memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan operasi sesar biasa yaitu[6]:

  • memperpendek masa rawat inap
  • rasa sakit paska operasi lebih ringan
  • luka operasi sembuh dengan lebih cepat
  • mengurangi mual dan muntah

Metode ERACS pada dasarnya dapat digunakan oleh semua ibu hamil yang sehat. Ibu hamil tidak dapat melakukan metode ERACS jika memiliki kondisi medis berat, seperti plasenta akreta yang mana memerlukan proses persalinan yang lama dengan banyak tranfusi darah[6].

Pasangan sebaiknya mengkonsultasikan dengan dokter saat merencanakan persalinan karena selain memahami kelebihan dan kekurangan metode persalinan saat memilih, penting juga untuk mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu.

Dokter akan menganjurkan metode yang paling baik untuk mencegah terjadinya komplikasi dan memungkinkan proses kelahiran anak berlangsung dengan lancar[1].

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment