Tinjauan Medis : dr. Angelia Chandra
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan kegawatdaruratan berupa kekurangan oksigen pada bayi baru lahir yang dapat terjadi selama masa persalinan maupun setelah persalinan. Keadaan asfiksia ditentukan menggunakan
Daftar isi
Asfiksia neonatorum adalah kondisi bayi yang tak memperoleh oksigen secara memadai baik itu sebelum, selama proses kelahiran, atau setelah lahir [1,2,3,4,5,6,7].
Asfiksia neonatorum dikenal juga dengan istilah asfiksia bayi baru lahir atau asfiksia perinatal di mana hal ini dapat mengancam nyawa sang bayi dengan menyebabkan gawat janin.
Tinjauan Asfiksia neonatorum adalah kondisi bayi yang sebelum, selama atau setelah proses persalinan mengalami kekurangan oksigen dan dapat mengalami komplikasi mengancam jiwa jika kondisi sangat parah.
Asfiksia neonatorum dapat disebabkan oleh faktor apapun yang mengganggu penyerapan oksigen oleh bayi selama di dalam kandungan, proses kelahiran, atau setelah proses persalinan [2,3,5,6,7].
Pada kasus asfiksia neonatorum, umumnya penyerapan oksigen oleh bayi sangat kurang pada proses persalinan.
Hal ini menjadi alasan bagi bidan ataupun dokter untuk benar-benar memastikan bahwa ibu dan bayi mendapatkan kadar oksigen memadai.
Berikut ini adalah sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko asfiksia neonatorum :
Oksigen yang kurang menjadi penyebab utama kerusakan pada jaringan tubuh bayi yang baru lahir hanya dalam beberapa menit saja.
Saat sel-sel pulih dari terjadinya kekurangan oksigen, kerusakan pun dapat langsung terjadi.
Bahkan pelepasan toksin ke dalam tubuh oleh sel-sel ini juga mampu memicu kerusakan.
Selain dari beberapa kondisi yang telah disebutkan, terdapat faktor risiko lain yang perlu diketahui dan diwaspadai, yaitu antara lain [3,5,6] :
Ada dua tahap cedera atau masalah pada tubuh bayi yang dapat terjadi ketika asfiksia neonatorum terjadi, yaitu [5] :
Tinjauan - Penyerapan oksigen oleh bayi yang sangat kurang selama persalinan dapat menjadi penyebab asfiksia neonatorum. - Beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko asfiksia neonatorum adalah bayi prematur, usia ibu terlalu muda atau tua untuk melahirkan, berat lahir bayi terlampau rendah, sang ibu merupakan penderita diabetes atau pre-eklampsia, atau akses perawatan yang kurang di negara berkembang.
Walaupun asfiksia neonatorum terjadi pada bayi-bayi yang baru lahir, gejalanya tidak serta-merta langsung dialami oleh mereka.
Sebagai indikator terjadi kekurangan oksigen yang dapat berdampak pada asfiksia neonatorum, biasanya detak jantung janin akan terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Dari denyut jantung tersebut, bayi setelah lahir berkemungkinan mengalami langsung beberapa gejala berikut [3,5,6] :
Gejala dapat semakin parah ketika bayi tidak memperoleh oksigen secara cukup dalam waktu yang lebih lama.
Karena organ tubuhnya yang juga masih belum sempurna, oksigen yang tak mencukupi dapat menjadi penyebab kerusakan pada organ tubuh bayi.
Gagal fungsi pada ginjal, otak, jantung dan/atau paru-paru dapat terjadi saat seorang bayi baru lahir tidak mendapat oksigen yang memadai.
Tinjauan Detak jantung bayi yang terlalu rendah, ditambah kelemahan otot, kulit pucat atau cenderung kebiruan, hingga kesulitan bernafas merupakan gejala dari asfiksia neonatorum.
Penting untuk diketahui bahwa setiap bayi yang baru lahir dalam waktu 1-5 menit, dokter atau bidan akan memberi skor Apgar [4].
Ada lima hal yang dipertimbangkan dan menentukan penilaian/skor Apgar dari tim medis, yaitu :
Setiap faktor memiliki penilaian 0 sampai 2 di mana jika skor dari tiap faktor semakin rendah, hal ini menunjukkan risiko bayi mengalami asfiksia neonatorum semakin tinggi.
Bila skor Apgar pada bayi yang baru lahir antara 1-5 menit atau keseluruhan skor bahkan tak mencapai angka 7, ini tanda oksigen pada bayi sangat rendah.
Dokter kemudian biasanya melakukan pemeriksaan darah lebih dulu untuk mengetahui kadar asam dalam tubuh bayi.
Jika kadarnya tinggi, hal ini menandakan adanya oksigenasi yang buruk dan dokter perlu memeriksa kondisi bayi secara menyeluruh.
Pemeriksaan darah untuk mengecek kondisi hati, jantung, dan ginjal pun umumnya dilakukan.
Tinjauan Penilaian skor Apgar menjadi pemeriksaan utama yang dilakukan oleh dokter pada bayi untuk mendeteksi asfiksia neonatorum. Dari 5 variabel, masing-masing memiliki skor 0-2 di mana bila secara keseluruhan tak mencapai angka 7 ini menandakan bayi kekurangan oksigen.
Dalam menangani asfiksia neonatorum, ada beberapa metode yang dokter dapat lakukan baik sebelum persalinan berlangsung atau sesudahnya [2,3,5,6].
Pada ibu hamil sebelum persalinan akan diberikan oksigen tambahan yang bertujuan agar oksigenasi bayi dapat meningkat sebelum kelahirannya.
Cara ini akan dapat menyelamatkan bayi serta ibunya.
Untuk mencegah persalinan yang memakan waktu lama atau menghindari kesulitan pada proses ini, dokter akan sangat merekomendasikan prosedur bedah caesar.
Hal ini mampu menurunkan risiko gangguan kesehatan pada ibu dan bayi.
Bantuan pernafasan berupa ventilator akan membantu bayi untuk bernafas dengan lebih baik.
Jika masih memungkinkan, dokter segera memasangnya pada bayi yang baru lahir dengan kondisi positif asfiksia neonatorum.
Metode menghangatkan bayi, kemudian mengeringkannya atau memberikan rangsang taktil adalah salah satu cara memberikan pertolongan bagi bayi dengan gejala asfiksia neonatorum.
Bayi yang mendapatkan kehangatan cukup maka akan terhindar dari gejala dan komplikasi yang lebih buruk.
Pemantauan terhadap tekanan darah bayi tetap dilakukan oleh dokter.
Tak hanya itu, dokter juga akan mengawasi kecukupan asupan cairan pada bayi di mana kedua cara ini adalah sebagai cara memastikan apakah bayi memperoleh oksigen memadai.
Nutrisi intravena pun menjadi salah satu hal yang diterapkan oleh dokter dalam memulihkan pencernaan bayi.
Asfiksia neonatorum pun dapat mengakibatkan bayi mengalami kejang sehingga dokter perlu menghindarkan risiko kejang dengan beberapa metode penanganan.
Pemberian magnesium, obat anti-inflamasi, allopurinal (obat penurun kadar asam dalam tubuh), hingga vitamin tertentu akan dilakukan.
Penanganan dapat berhasil dan efektif ketika asfiksia yang dialami bayi belum terlalu lama.
Namun jika asfiksia terjadi cukup lama, ada kemungkinan berbagai upaya penanganan tidak membuahkan hasil.
Bahkan bayi yang dapat diselamatkan bukan berarti ia tidak mengalami masalah kesehatan apapun.
Tetap ada risiko pada bayi yang dapat bertahan hidup untuk mengalami cacat jangka panjang.
Bila terdapat organ di dalam tubuhnya yang sudah sempat terkena dampak asfiksia, cacat jangka panjang seperti kerusakan otak, paru, ginjal dan jantung dapat terjadi walau anak selamat.
Tinjauan Persalinan dengan operasi caesar, pemberian oksigen tambahan bagi sang bayi, pemasangan ventilator bagi bayi, resusitasi neonatus, pemantauan tekanan darah dan asupan cairan, serta perawatan pencegahan kejang adalah bentuk penanganan yang diberikan kepada penderita asfiksia neonatorum.
Bayi yang positif terdiagnosa asfiksia neonatorum dapat mengalami komplikasi sebagai hasil dari perkembangan gejala yang memburuk, yaitu seperti [3,5] :
Bayi yang mengalami asfiksia neonatorum ringan hingga sedang berpotensi untuk pulih total jauh lebih besar.
Namun bila sel-sel tubuh bayi tak memperoleh oksigen dalam waktu cukup lama, sebagai risiko komplikasinya ia dapat mengalami cedera atau gangguan organ permanen.
Cedera permanen pada organ-organ vital seperti pencernaan, ginjal, paru, otak dan jantung tak dapat terhindarkan bila oksigen yang dibutuhkan tubuh bayi tak segera mencukupi.
Hipotermia terapeutik atau body cooling merupakan metode pendinginan tubuh bagi bayi yang lahir tepat waktu atak tidak jauh dari hari perkiraan lahir maka dapat sangat menolong.
Namun pada kasus bayi yang lahir bahkan 5 minggu lebih awal tak dapat mendinginkan tubuh sehingga sebagai akibat terparahnya, gagal organ dan kematian bisa terjadi.
Tinjauan Gangguan pada organ paru, jantung, ginjal, otak dan pencernaan adalah bentuk komplikasi yang perlu diwaspadai. Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, cerebral palsy, ADHD, serta tumbuh kembang anak yang lambat adalah komplikasi-komplikasi lain yang juga perlu dikenali dan dicegah.
Pengecekan kondisi kehamilan secara rutin ke dokter adalah salah satu cara menjaga kondisi ibu dan janin tetap sehat, normal dan baik [5].
Diagnosa dini dan penanganan yang tepat akan mampu membantu memenuhi kebutuhan oksigen yang kurang pada janin.
Penanganan dini pun perlu dokter lakukan supaya komplikasi cacat jangka panjang pada bayi bisa diminimalisir.
Tinjauan Selama hamil, pengecekan kondisi kehamilan secara rutin dapat dilakukan. Diagnosa dan penanganan dini dapat meminimalisir risiko asfiksia neonatorum.
1) Jonathan M Spector & Subhash Daga. 2008. World Health Organization. Preventing those so-called stillbirths.
2) Maria Gillam-Krakauer & Clarence W. Gowen Jr. 2019. National Center for Biotechnology Information. Birth Asphyxia.
3) Hafiz Muhammad Aslam, Shafaq Saleem, Rafia Afzal, Umair Iqbal, Sehrish Muhammad Saleem, Muhammad Waqas Abid Shaikh & Nazish Shahid. 2014. Italian Journal of Pediatrics. Risk factors of birth asphyxia.
4) Mary L. Gavin, MD. 2018. Kids' Health from Nemours. What Is the Apgar Score?
5) Anonim. Seattle Children's Hospital. Birth Asphyxia.
6) Anonim. Encyclopedia of Children's Health. Asphyxia neonatorum.
7) Ndaru Puspita. 2018. Jurnal Berkala Epidemiologi. Pengaruh Berat Badan Lahir Rendah Terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum di Sidoarjo.