Daftar isi
Asfiksia merupakan suatu kondisi di mana tubuh tidak mendapatkan cukup oksigen untuk bernapas, sehingga dapat menyebabkan pingsan bahkan dapat menjadi situasi yang mengancam jiwa [1].
Selain itu, asfiksia ini juga merupakan gangguan apapun dalam proses menghembuskan karbon dioksida [2].
Umumnya seseorang yang bernapas normal akan menghidup oksigen dan paru paru akan mengirimkannya ke dalam darah hingga membawanya ke jaringan untuk digunakan menghasilkan energi [1, 2].
Ketika tahap awal pernapasan berupa menghirup oksigen sudah mengalami gangguan, maka seseorang dalam hitungan detik dapat mengalami kehilangan kesadaran [2].
Dan apabila hal ini dibiarkan maka, bukan tidak mungkin akan menyebabkan otak kekurangan oksigen hingga menyebabkan kerusakan otak yang membahayakan jiwa [2].
Untuk itu, mengetahui gejala hingga pencegahan Asfiksia ini merupakan hal yang penting. Simak penjelasan selengkapnya.
Asfiksia ini diketahui dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu Asfiksia fisik dan Asfiksia kimiawi. Adapun masing masing jenis ini juga terdiri dari beberapa contoh sebagai berikut [1]:
Asfiksia fisik atau mekanis merupakan salah satu jenis Asfiksia yang terjadi ketika suatu kekuatan atau benda membuat seseorang tidak bisa bernapas. Berikut ini merupakan beberapa contoh Asfiksia fisik :
Tersedak merupakan suatu kondisi di mana makanan atau benda tersangkut di jalan napas dan menghalangi udara masuk ke paru-paru sehingga mengakibatkan Asfiksia.
Orang tua atau lansia diketahui memiliki peluang lebih besar untuk mengalami tersedak, khususnya jika lansia tinggal sendiri, memakai gigi palsu, memiliki gangguan atau kesulitan menelan.
Selain lansia, bayi dan balita juga berisiko lebih tinggi mengalami tersedak makanan atau benda yang masuk ke mulutnya.
Aspirasi merupakan suatu kondisi di mana makanan atau minuman yang dimasukkan ke mulut masuk ke jalur atau saluran yang salah hingga memasuki saluran napas atau paru-paru. Hal ini kemudian mengganggu udara masuk ke paru paru. Aspirasi ini umumnya dapat terjadi dalam bentuk tenggelam.
Asfiksia jenis ini merupakan Asfiksia yang terjadi akibat adanya cekikan baik dari benda seperti tali atau tangan yang melingkari leher dan mengganggu saluran pernapasan.
Selain itu, sesak napas juga dapat terjadi ketika suatu benda menutupi wajah atau dada hingga terhalangnya saluran pernapasan. Hal ini termasuk juga pada kondisi seseorang berada di ruang tertutup kedap udara.
Asfiksia fisik ini terjadi akibat adanya overdosis obat opioid memengaruhi pernapasan dengan memperlambat pernapasan karena tubuh tidak dapat mengambil cukup oksigen.
Asfiksia lahir ini merupakan salah satu jenis Asfiksia fisik di mana bayi yang belum lahir mungkin mendapatkan terlalu sedikit oksigen selama kehamilan.
Asfiksia lahir ini diketahui dapat terjadi ketika bayi kekurangan oksigen dalam darah ibu, atau masalah dengan plasenta.
Mengingat, ketika terjadi masalah atau gangguan pada tali pusat atau waktu persalinan yang lama dapat mengakibatkan bayi tidak bisa mendapat oksigen yang cukup.
Asfiksia fisik jenis ini dapat terjadi akibat adanya kondisi kejang epilepsi yang dapat membuat pernapasan tiba-tiba berhenti (apnea).
Selain itu, Asfiksia jenis ini juga dapat menurunkan oksigen dalam tubuh ke tingkat yang bahkan dapat mengancam jiwa.
Mengingat, ketika kondisi kejang terjadi, umumnya tubuh akan bergerak atau tersentak sehingga mempengaruhi dan menghalangi saluran pernapasan.
Asfiksia fisik dapat juga disebabkan oleh beberapa penyakit atau cedera tertentu yang dapat menyeb
abkan saluran udara membengkak dan menutup, termasuk :
Jenis Asfiksia ini disebut sebagai Asfiksia kimiawi tidak lain adalah karena Asfiksia jenis ini terjadi disebabkan oleh bahan kimia tertentu yang dapat mencegah oksigen mencapai sel.
Adapun bahan kimia yang dapat menyebabkan Asfiksia Kimiawi meliputi:
Karbon monoksida merupakan gas tidak berwana dan tidak berbau hasil sampingan dari pembakaran bahan bakar yang jika terhirup dapat menumpuk dan menggantikan oksigen dalam darah.
Sianida merupakan bahan kimia berbahaya yang dapat mengakibatkan sel tidak dapat mengambil oksigen sehingga sangat membahayakan jiwa jika terkontaminasi.
Hidrogen sulfida merupakan gas yang berbau seperti telur busuk yang jika terhirup terlalu banyak dapat mencegah oksigen memasuki sel.
Berikut ini merupakan beberapa gejala Asfiksia secara umum [2]:
Asfiksia saat melahirkan merupakan suatu kondisi di mana kurangnya aliran darah atau pertukaran gas ke atau dari janin pada periode saat dan setelah proses kelahiran [3].
Asfiksia saat melahirkan ini kasusnya terjadi bervariasi, di mana pada negara kaya muncul dengan perbandingan1/1000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara miskin kejadian 5–10 / 1000 kelahiran hidup [4].
Adapun penyebab terjadinya Asfiksia saat melahirkan termasuk [2]:
Perlu diketahui juga bahwa, ketika ada seorang ibu hamil yang memiliki faktor risiko Asfiksia maka, selama proses melahirkan akan diberikan oksigen ekstra atau melakukan persalinan sesar [2].
Jika terjadi Asfiksia saat melahirkan, bayi mungkin akan menunjukkan gejala langsung setelah lahir, termasuk [5]:
Asfiksia akan lebih berisiko terjadi pada orang orang yang memiliki faktor risiko berikut ini [2]:
Diagnosa terhadap Asfiksia sebagaimana Asfiksia yang terjadi pada bayi umumnya akan dilakukan dengan melakukan sistem penilaian menggunakan skor Apgar sekitar 1 hingga 5 menit setelah lahir [5].
Adapun sistem penilaian ini akan mencakup lima faktor utama Asfiksia termasuk [5] :
Untuk penilaiannya, skor yang lebih rendah dari 7 menunjukkan kondisi bayi yang tidak memiliki cukup oksigen. Untuk skor 3 atau lebih rendah dari 3, menunjukkan bayi mengalami Asfiksia [5].
Selain itu, dokter mungkin juga akan melakukan pengujian darah untuk mengetahui kadar asam yang tinggi yang mengindikasikan oksigenasi yang buruk [5].
Dan, kemungkinan tes darah juga dapat dilakukan oleh dokter untuk melihat kondisi ginjal, jantung, dan hati bayi [5].
Pengobatan terhadap Asfiksia diketahui berbeda beda bergantung pada penyebabnya. Adapun pengobatan yang dapat dilakukan antara lain [2]:
Resusitasi kardiopulmoner atau CPR merupakan hal yang dapat dilakukan untuk membantu darah dan oksigen bergerak ke seluruh tubuh ketika seseorang pingdan karena sesak napas atau karena jantungnya berhenti berdetak.
Dalam hal ini, CPR berguna sebagai pengganti sementara kerja jantung dan paru-paru menggerakkan darah dan oksigen ke seluruh tubuh.
Pengobatan Asfiksia diketahui dapat dilakukan juga dengan terapi oksigen, di mana selama terapi seseorang memakai masker di hidung dan mulutnya atau hanya menggunakan selang di hidungnya untuk mengalirkan oksigen.
Adapun oksigen yang dialirkan selama terapi ini berasal dari tabung silinder yang mengandung oksigen lebih banyak dari biasanya. Atau dapat juga disebut sebagai oksigen yang lebih murni dari oksigen bebas yang biasa dihirup di lingkungan.
Pencegahan Asfiksia diketahui dapat dilakukan dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada penyebabnya. Adapun teknik atau cara pencegahan untuk beberapa penyebab Asfiksia antara lain [2]:
Asfiksia yang disebabkan oleh pencekikan dapat menghalangi oksigen masuk ke paru paru karena adanya tekanan pada leher.
Oleh karena itu, sebelum tekanan pada leher sampai menimbulkan kondisi sesak napas maka seseorang perlu segera melepaskan diri atau lehernya dari cengkeraman.
Dalam hal ini, mempelajari teknik bela diri untuk lepas dari cekikan pada leher merupakan suatu hal yang sangat disarankan sebagai upaya pencegahan Asfiksia akibat pencekikan.
Berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah Asfiksia akibat benda asing :
Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah Asfiksia akibat tenggelam :
Pencegahan utama agar Asfiksia akibat AnAsfiksiailaksis dapat terjadi yaitu dengan melakukan penghindaran pada apapun yang memicu reaksi alergi.
Asfiksia akibat bahan kimia diketahui dapat dilakukan dengan mencegah terjadinya keracunan karbon monoksida dan bahan kimia berbahaya lainnya. Adapun hal yang dapat dilakukan antara lain :
Salah satu hal penting yang harus dilakukan untuk mencegah penderita asma mengalami Asfiksia yaitu dengan selalu membawa inhaler. Dengan demikian, ketika gejala sesak napas mulai muncul dapat langsung diredakan dengan menggunakan inhaler tersebut.
1. Tim Webmd & Renee A. Alli, M.D. What Is Asphyxia?. Webmd; 2019.
2. Louise Morales-Brown & Alana Biggers M.D., MPH. What to know about asphyxiation. Medical News Today; 2020.
3. Maria Gillam-Krakauer & Clarence W. Gowen Jr. Birth Asphyxia. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2021.
4. William McGuire. Perinatal asphyxia. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2007.
5. Rachel Nall, MSN, CRNA & Karen Gill, M.D. Asphyxia Neonatorum. Healthline; 2018.