Daftar isi
Autisme adalah gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun yang berupa gangguan interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang. [1, 2, 3]
Anak yang menderita autisme termasuk salah satu jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami gangguan neurobiologis dengan adanya hambatan fungsi saraf otak yang berhubungan dengan fungsi komunikasi, motorik sosial, dan perhatian. Hambatan yang dialami berupa gangguan perkembangan saraf otak dan perilaku yang muncul pada tiga tahun pertama usia anak.[1,2,3]
Orang dengan autisme mungkin mengalami masalah dalam belajar. Namun mereka memiliki keahlian lain. Misalnya, mereka mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi tetapi sangat ahli dalam seni, musik, matematika, atau memori. Karena itu, mereka mungkin berhasil dengan sangat baik pada tes analisis atau pemecahan masalah. [3]
Berikut merupakan fakta-fakta mengenai Autisme:[1,2,3]
Autisme merupakan spektrum gangguan perkembangan pada anak, berikut adalah macam-macam gangguan autisme: [1]
Penyandangnya memilki masalah interaksi sosial, komunikasi, dan imajinasi.
Anak-anak Asperger sering kali merupakan anak-anak yang luar biasa cerdas. Mereka menggunakan dan mengerti perbendaharaan kata secara luas, tetapi mereka memiliki minat yang sangat sempit dan menunjukkan banyak kekurangan dari segi sosial. Seorang anak dengan sindrom Asperger bisa sangat ahli mengenai mesin cuci, tapi mesin cuci adalah satu-satunya hal yang mau ia bicarakan.
Gangguan ini memiliki gejala yang menyerupai autistik namun perilaku yang ditunjukkan tidak serepetitif autistik. Gangguan ini biasanya terdeteksi saat anak berusia 4 tahun.
Sindrom ini hanya terjadi pada anak perempuan. Pada usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan cara berkomunikas yaitu dengan cara gerakan tangan yang diulang dan pergantian gerakan tangan.
Gangguan ini dialami anak-anak yang berkembang secara normal namun kemudian dengan cepat kehilangan banyak keterampilan sosial, bahasa, dan mental, biasanya antara usia 2 sampai 4 tahun. Seringkali, anak-anak ini juga mengalami gangguan kejang.
Berikut merupakan penyebab autisme pada anak:[1]
Beberapa faktor mungkin berkontribusi pada autisme, termasuk gen yang dimiliki anak sejak lahir atau faktor lingkungan anak tersebut. Seorang anak memiliki risiko lebih besar mengalami autisme jika memiliki anggota keluarga yang juga mengidap autisme. Penelitian telah menunjukkan bahwa hal itu tidak disebabkan oleh pola asuh yang buruk, dan bukan disebabkan oleh vaksin. [4, 5]
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) telah mengidentifikasi kemungkinan tanda bahaya untuk gangguan spektrum autisme pada anak-anak, termasuk:[5]
Jika ada kekhawatiran kuat bahwa anak Anda menunjukkan kemungkinan tanda-tanda autisme, maka evaluasi diagnostik harus dilakukan. Hal ini biasanya melibatkan wawancara dan tes berbasis permainan dengan anak Anda yang dilakukan oleh psikolog, dokter anak perkembangan-perilaku, psikiater anak atau penyedia lainnya. [5]
Gangguan spektrum autisme memengaruhi anak-anak tanpa memandang ras dan kebangsaan, berikut adalah faktor risiko anak mengalami autisme:[4]
Autisme dapat didiagnosis dengan mengamati karakteristik anak menurut DSM-IV. Berikut merupakan karakteristik anak autisme yang dijadikan panduan diagnosis: [1]
1. Gangguan Kualitatif dalam Interaksi Sosial
2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi
3. Gangguan Pemusatan Perhatian
Autisme dapat ditangani dengan memberikan pendidikan khusus, antara lain:[1]
Kelas yang diperuntukkan bagi anak autistik yang telah diterapi dan memerlukan layanan khusus sesuai dengan kebutuhan anak.
Dilaksanakan di sekolah regular. Anak autistik dilayani di kelas khusus untuk remedial atau layanan lain yang diperlukan. Keberadaan anak autistik di kelas khusus bisa sebagian waktu atau sepanjang hari tergantung kemampuan masing-masing anak.
Dilaksanakan oleh sekolah regular yang sudah siap memberikan layanan bagi anak autistik dan sudah memenuhi persyaratan tertentu
Sekolah ini diperuntukkan untuk anak autistik yang sangat sulit berkonsentrasi
diperuntukkan bagi anak autistik yang tidak mampu mengikuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasan seperti mental retardasi, gangguan motorik, serta gangguan auditori yang serius.
Selain pendidikan khusus, autisme dapat ditangani dengan terapi: [1]
Terapi yang dilakukan untuk mendidik dan mengembangkan kapasitas tingkah laku anak yang mengalaimi keterlambatan dan untuk mengurangi perilaku-perilaku yang tidak wajar lalu menggantikannya dengan perilaku yang bisa diterima dalam masyarakat.
Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan yang ada. Terapi ini umumnya mememperlihatkan hasil yang cukup signifikan bila telah dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.
Terapi wicara (speech therapy) adalah terapi yang harus dilakukan, karena anak autistik mengalami keterlambatan dalam bicara dan kesulitan berbahasa. Terapi ini bertujuan adalah untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih baik. Hampir semua anak dengan autisme mengalami kesulitan dalam bicara maupun berbahasa.
Terapi okupasi dilakukan untuk melatih motorik halus anak. Pada dasarnya hampir kebanyakan anak penderita autisme memiliki keterlambatan dalam perkembangan motorik halus, seperti kesulitan memegang sesuatu.
Autisme dapat dicegah sebelum atau saat kehamilan, dengan cara:[4]
1. YPAC. Buku Penanganan dan Pendidikan Autis di YPAC; 2013.
2. Anonim. Autism Spectrum Disorder. CDC; 2020.
3. Anonim. Autism. WebMD; 2020.
4. Anonim. Can you prevent autism?. WebMD; 2019.
5. Anonim. What Is Autism Spectrum Disorder?. Psychiatry Org; 2021.