Iklim atau cuaca panas yang berlangsung sepanjang hari membuat penggunaan alat pendingin ruangan seperti AC dan kipas angin meningkat. Kipas angin menjadi opsi yang lebih ekonomis bagi masyarakat umum. Beberapa orang bahkan menggunakan kipas angin saat tidur di malam hari.
Paparan suhu panas dapat mengakibatkan ruam panas, sakit kepala, kram, keletihan, kelemahan, dan lebih mudah marah. Pada kasus tertentu suhu panas dapat menyebabkan dehidrasi berat, masalah cerebrovaskuler akut, dan memicu trombogenesis (bekuan darah)[1].
Penggunaan kipas angin ditujukan untuk mempercepat hilangnya panas, terutama melalui metode evaporasi dan konveksi. Meski demikian, menggunakan kipas angin secara berlebihan tidak dianjurkan. Hal ini karena kipas angin dapat menimbulkan berbagai dampak merugikan bagi kesehatan tubuh[2, 3].
Daftar isi
Kipas angin dapat membuat tubuh merasa lebih dingin, namun penggunaan kipas angin sebenarnya meningkatkan risiko heat sick bahkan kematian akibat serangan panas (heat stroke)[4].
Kipas angin tidak mendinginkan tubuh dengan mensirkulasikan udara yang lebih dingin, udara yang berputar melalui kipas angin memiliki suhu yang sama dengan lingkungan sekitar. Efek pendinginan ditimbulkan dengan mempercepat evaporasi keringat[4].
Studi menunjukkan bahwa kipas angin tidak memberikan dampak positif ketika temperatur meningkat lebih dari 35oC[5].
Ketika suhu mencapai lebih dari 35 oC, udara yang ditiupkan ke kulit menyebabkan evaporasi keringan sehingga tubuh akan memproduksi keringat dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini mengarah pada kehilangan cairan tubuh (dehidrasi) secara berlebihan[6].
United States Environmental Protection Agency (USEPA) menyatakan bahwa kipas angin yang digunakan pada indeks panas 37,2o C meningkatkan tekanan panas (heat stress) yang harus direspon tubuh[5].
Saat suhu lingkungan lebih panas daripada suhu tubuh, maka udara yang ditiup oleh kipas angin dapat meningkatkan temperatur inti (core temperature) tubuh[4].
Selain itu, ketika suhu sekitar lebih tinggi dari suhu kulit, penggunaan kipas angin dapat meningkatkan perolehan panas konvektif dengan meniupkan udara panas ke tubuh. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan panas terjadi dengan lebih cepat[2].
Suatu penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Annals of Internal Medicine mensimulasikan dua kondisi gelombang panas dan dampaknya pada orang sehat. Dalam penelitian tersebut digunakan dua kamar khusus, yaitu kamar dengan suhu sangat panas dan kering, serta kamar dengan suhu yang lebih dingin dan lembab dengan indeks panas lebih tinggi[3].
Indeks panas ialah pengukuran tingkat panas ketika kelembapan dan suhu udara diperhitungkan[3].
Penelitian dilakukan dengan membiarkan subjek percobaan duduk di kamar khusus selama dua jam. Beberapa tes menggunakan kipas angin sementara yang lain tidak[3].
Kemudian dilakukan pengukuran suhu tubuh subjek percobaan, laju jantung, dan tekanan darah. Selain itu dilakukan pemeriksaan terjadi tidaknya dehidrasi dan tingkat kenyamanan subjek[3].
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi panas dan lembab dengan indeks panas 56 oC, kipas angin dapat membantu menurunkan core temperature dan tegangan kardiovaskuler pada tubuh, sehingga membuat orang tersebut lebih nyaman. Akan tetapi, pada kondisi panas dan kering, kipas angin menunjukkan dampak merugikan, bahkan ketika indeks panas sebesar 46 oC[3].
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa meskipun penggunaan kipas angin efektif untuk mendinginkan tubuh pada suhu lebih dari 35 oC, dalam kondisi kering dengan kelembapan rendah penggunaannya berdampak merugikan terhadap kesehatan[3].
Dehidrasi yang disebabkan oleh penggunaan kipas angin menimbulkan dampak yang lebih merugikan ketika digunakan saat tidur. Kehilangan cairan secara tiba-tiba dari udara langsung dapat mempengaruhi kulit, terutama bagi mereka yang memiliki kulit sensitif[6].
Kipas angin dapat menyebabkan kulit kering dan iritasi ringan akibat berkurangnya kelembapan. Selain itu, kipas angin juga dapat mempengaruhi sinus, mata, dan otot[6].
Pada orang yang tidur dengan mata terbuka sebagian, aliran udara konstan akan membuat mata kering dan dapat mengakibatkan iritasi mayor. Iritasi tersebut dapat terbawa ke dalam sinus dan membuat saluran hidung kering, sehingga menjadi lebih rentan terhadap hidung tersumbat dan sakit kepala sinus[6, 7].
Kipas angin mensirkulasikan udara di ruangan sekitar dapat mengakibatkan udara menjadi lebih kering. Hal ini dapat mengarah pada mengeringnya membran mukosa dan iritasi sinus[6].
Pada orang yang tidur dengan mulut terbuka, aliran udara yang ditimbulkan oleh kipas angin dapat menyebabkan mulut dan tenggorokan terasa kering dan terbakar[7].
Udara dingin yang terkonsentrasi karena kipas angin dapat menyebabkan otot bereaksi dengan menegang dan kram. Kondisi ini berisiko lebih tinggi untuk terjadi ketika kipas angin diposisikan secara langsung dekat wajah dan kepala[6, 7].
Penggunaan kipas angin juga dapat menimbulkan lebih banyak kerugian pada orang yang memiliki alergi. Kipas angin akan meniup udara ke sekitar ruangan dan dengan itu meniupkan partikel debu[6].
Apalagi jika kipas angin tidak sering dibersihkan, bilah kipas dapat menjadi tempat terkumpulnya debu. Pada orang yang memiliki alergi terhadap tungau debu, paparan terhadap kipas angin dapat memperburuk gejala[6, 7].
Penggunaan kipas angin juga berpotensi mensirkulasikan pollen ke seluruh ruangan. Hal ini berdampak buruk pada orang-orang yang mengalami alergi pollen dan dapat memperburuk gejala hay fever[6].
Berikut beberapa tips untuk menghindari bahaya penggunaan kipas angin[7, 8, 9]:
1. Anonim. Heatwaves. World Health Organization; 2021.
2. Saurabh Gupta, Catriona Carmichael, Christina Simpson, Mike J Clarke, Claire Allen, Yang Gao, Emily Y Y Chan, Virginia Murray. Electric Fans for Reducing Adverse Health Impacts in Heatwaves. Cochrane Database Syst Rev; 2012.
3. Kashmira Gander. Electric Fans Could Be Dangerous in These US States, Scientists Warn. Newsweekk; 2019.
4. Dennis Thompson. In Heat Waves, Fans May Do More Harm That Good. WebMD; 2019.
5. Anonim. Is It Safe to Use An Electric Fan for Cooling? Science Daily; 2019.
6. Sophie McEvoy. Why Sleeping with A Fan On Could Lead to All Sorts of Trouble. Bustle; 2020.
7. Anonim. The Little-Known Health Risks of Sleeping with A Fan On. The Asian Parent; 2021.
8. Julie Marks, reviewed by Raj Dasgupta, MD. Is It Healthy to Sleep with a Fan On? Healthline; 2020.
9. Gemma Mullin. Sleeping with A Fan On is Bad for Your Health-12 Tips That Will Keep You Cool in Bed as African Plume Hits. The Sun; 2019.