Jengkol merupakan tanaman asli Asia tenggara yang konsumsinya sangat populer di Indonesia. Pohon jengkol memiliki nama ilmiah Archidendron pauciflorum dan dapat tumbuh hingga setinggi 25 meter. Kulit jengkol berwarna ungu gelap dan berisi 3-8 biji jengkol yang bentuknya pipih[1, 2].
Jengkol mentah berwarna kehijauan dan memiliki rasa pahit serta bertekstur kaku. Setelah dimasak, jengkol kehilangan rasa pahitnya dan teksturnya berubah menjadi lembut dan seperti tepung. Rasa gurih dalam jengkol terutama berasal dari kandungan proteinnya yang tinggi[1].
Jengkol dapat dinikmati dengan dicampurkan sambal, diolah menjadi rendang, atau disemur dengan saus kecap manis. Meski konsumsi jengkol dapat menyebabkan napas dan urin berbau tidak enak, penggemar jengkol tetap mencarinya, bahkan saat sedang hamil[3].
Daftar isi
Jengkol yang banyak digemari karena rasanya juga kaya akan kandungan nutrisi yang diperlukan tubuh. Berikut informasi nutrisi jengkol segar (100 gram) berdasarkan Nilai Gizi[4]:
% AKG | ||
Energi | 192 kkal | 8,93% |
Lemak total | 0,3 gram | 0,45% |
Vitamin B1 | 0,05 mg | 5% |
Vitamin B2 | 0,2 mg | 20% |
Vitamin B3 | 0,5 mg | 3,33% |
Vitamin C | 31 mg | 34,44% |
Karbohidrat total | 40,7 gram | 12,52% |
Protein | 5,4 gram | 9% |
Serat pangan | 1,5 gram | 5% |
Kalsium | 4 mg | 0,36% |
Fosfor | 150 mg | 21,43% |
Natrium | 60 mg | 4% |
Kalium | 241 mg | 5,13% |
Tembaga | 300 mcg | 37,5% |
Besi | 0,7 mg | 3,18% |
Seng | 0,6 mg | 4,62% |
Air | 52,7 gram | |
Abu | 0,9 gram |
Kandungan nutrisi di dalam jengkol membuat konsumsinya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, antara lain[5,6]:
Jengkol memiliki kandungan tinggi zat besi yang mana berperan dalam mencegah dan mengatasi anemia akibat produksi darah merah yang rendah. Kekurangan zat besi menyebabkan produksi sel darah merah menurun. Akibatnya suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel tidak mencukupi, mengarah pada gejala mudah lelah dan letih.
Kandungan kalsium dan fosfor dalam jengkol berperan penting untuk kesehatan tulang. Kedua mineral ini berperan dalam mencegah hilangnya massa tulang yang dapat mengarah pada osteoporosis.
Jengkol memiliki kandungan serat pangan yang tinggi. Serat berperan meningkatkan flora baik di usus dan memperlancar proses pencernaan.
Jengkol mengandung vitamin C dalam kadar tinggi. Vitamin C termasuk suatu antioksidan, yaitu senyawa yang dapat melawan dampak merugikan radikal bebas.
Kandungan beberapa jenis vitamin B dan berbagai mineral dalam jengkol berperan dalam memperlancar peredaran darah, melebarkan pembuluh darah yang mengalami penyempitan, serta membantu menjalankan berbagai fungsi metabolisme dalam tubuh.
Saat hamil, ibu biasanya menjadi lebih berhati-hati dalam memilih menu makanan. Sebab adanya beberapa jenis makanan yang termasuk pantangan untuk ibu hamil untuk menghindari hal yang dapat merugikan bagi ibu dan janin.
Beberapa ibu hamil dapat menjadi sensitif dengan aroma menyengat sehingga tidak bisa makan jengkol. Namun jengkol tidak termasuk makanan yang perlu dihindari ibu hamil. Sebaliknya, konsumsi jengkol dapat bermanfaat untuk ibu hamil[3].
Hal ini karena jengkol mengandung berbagai nutrisi seperti protein, kalsium, serat, kalium, dan beberapa vitamin yang diperlukan tubuh[1, 4].
Kandungan kalsium dalam jengkol cukup tinggi. Kalsium merupakan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang. Sehingga konsumsi jengkol saat hamil dapat membantu mensuplai kalsium untuk mendukung pertumbuhan tulang bayi dalam kandungan[3].
Selain itu, jengkol memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat pangan dapat membantu memperlancar pencernaan dan menghindari konstipasi, yang mana sering kali dialami oleh ibu hamil[3].
Jengkol tidak hanya memiliki rasa yang enak, tapi juga memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Akan tetapi, konsumsi jengkol sebaiknya tidak dilakukan dalam jumlah terlalu banyak. Efek samping kebanyakan makan jengkol dapat menyebabkan keracunan jengkol atau jengkolisme[2].
Jengkolisme dianggap sebagai penyebab perlukaan ginjal akut yang tidak umum terjadi akibat konsumsi jengkol di wilayah Asia tropis. Gejala jengkolisme yang biasanya terjadi dalam 2-12 jam setelah konsumsi, meliputi gangguan dan spasme kandung kemih, disuria, kolik, perut kembung, muntah, dan diare atau konstipasi[2].
Penderita jengkolisme mengeluarkan urin yang berbusa, yang kemudian secara konsisten mengandung darah. Analisis urin menunjukkan adanya kandungan albumin, sel epitel, zat sisa, sel darah merah, dan kristal berbentuk jarum[2].
Kristal berbentuk jarum ini disebabkan oleh suatu senyawa dalam jengkol yang disebut asam jengkolat. Asam jengkolat membentuk kristal tajam seperti jarum di dalam ginjal atau saluran urin dan menyebabkan kerusakan[5].
Kandungan asam jengkolat di dalam jengkol berjumlah cukup besar, yaitu sekitar 0,3-1,3 gram/100 gram berat basah. Pembentukan kristal bergantung pada pH secara parsial, karena kelarutan asam jengkolat meningkat dalam pH basa[2].
Kristal dapat mengoyakkan jaringan ginjal dan menyebabkan pendarahan. Pada beberapa kasus dapat mengakibatkan obstruksi dengan mengendap pada lintasan yang diperlukan pada kateter uretra[2].
Jengkolisme terjadi secara sporadikal. Orang yang pernah mengalami jengkolisme sebelumnya tidak selalu mengalami gejala keracunan saat melakukan konsumsi jengkol setelahnya[2].
Untuk menghindari terjadinya jengkolisme dianjurkan untuk membatasi konsumsi agar tidak berlebihan. Saat ini belum diketahui anjuran batas konsumsi jengkol yang aman untuk ibu hamil. Namun ada baiknya membatasi konsumsi hingga beberapa biji jengkol saja per hari.
1. Anonim. Jering. Specialty Produce; 2021.
2. Nur C Bunawan, Asghar Rastegar, Kathleen P White, and Nancy E Wang. Djenkolism: Case Report and Literature Review. International Medical Case Report Journal; 2014.
3. Anonim. Health Benefits of Jengkol, Jering Bean (Dogfruit) for Pregnant Women (During Pregnancy), Diabetes and Heart. Based on Healthy; 2015.
4. Anonim. Jengkol, Segar. Nilai Gizi; 2021.
5. Anonim. Health Benefits of Ngapi Nuts. Health Benefits Times; 2021.
6. Anonim. 14 Jengkol (Archidendron pauciflorum) For Body Health Benefits. Steemit; 2016.